Extra Part - Kamu Hamil?

5.3K 369 13
                                    

"Kamu hamil?"
"Gara-gara, mas!" Najia cemberut. Ini kehamilannya yang ketiga. Fathur tertawa dan memeluk istrinya begitu erat. "Mas hebat banget ya." Najia memutar bola matanya geram. Fathur memuji diri sendiri itu merupakan sifat baru setelah Najia melahirkan anak pertama. Usia anak keduanya memang sudah dua tahun. Tapi kalau kali ini kembar juga bagaimana?

Najia menatap wajah anak pertama dan keduanya. Bukan... Bukan...  Bukan satu-satu dilahirkannya.

Anak pertamanya kembar perempuan. Anak kedua juga kembar perempuan. Beda dua tahun. Sekarang anak ketiga artinya calon anak ke lima. Gila sekali nggak sih si Fathur.

"Kalau kembar lagi?"
"Keren kan." Fathur menggendong Najia menuju sofa ruang tengah. Membiarkan wanita itu duduk dipangkuannya. "Dokter itu ya biasanya anaknya cuman satu atau paling banyak itu dua."

"Mas beda. Mas mau punya banyak dari kamu."
"Kita periksa yuk." Najia mengelayut manja di leher Fathur.

Mereka akhirnya menitipkan keempat anak cantik-cantik mereka ke Omanya. Kemudian melaju ke arah rumah sakit milik Fathur.

Setelah pemeriksaan oleh salah seorang dokter perempuan. Di sanalah Fathur tahu bahwa kali ini hanya dapat satu. "Yah.. Cuma satu." Fathur mengaduh karena dicubit Najia. Membuat Dokter Naqi tertawa.

"Kandungannya kuat, kamu harus banyak makan buah dan jangan nolak lagi minum susu ya." Naqi menuliskan resep. Ia menyerahkannya pada suster di sana. "Obatnya langsung diletakkan di ruangan Dokter Fathur ya, Sus."
"Baik, dok."

Sekarang Naqila menatap wajah bahagia Fathur. "Dokter ini.. Udah tua juga. Kalian udah kasi tahu Rheni belum?"
"Belum."
"Bisa jadi kelahiran ketiga ini akan berbarengan dengan kelahiran pertama Rheni." Naqi terkekeh geli. Membuat Najia menepuk keningnya. Sedang Fathur tertawa. "Seru dong."

"Seru dong.. Seru dong.. Rheni pasti malu, Mas. Masa anak pertamanya seumuran sama adik nya." Najia nelangsa.

Fathur tertawa kembali. "Dokter harus makan makanan sehat, olahraga teratur. Akan ada bayi berarti perlu tenaga eksra lagi."

"Saya ini baru berumur 49 tahun." Fathur mengendong Najia agar turun dari kasur. Memang sih apa yang di ucapkan Fathur benar. Ia bahkan masih bisa mengendong Najia kemanapun wanitanya itu minta. Wajahnya bahkan masih tampan, awet muda sekali. Fathur bilang sih efek bahagia sama minum air putih.

Seusai periksa. Mereka pamit. Untung bagi Fathur saat anak kedua Naqila sekolah, ia kuliah lagi spesialis kandungan. Jadi Naqila dapat membantunya dalam proses persalinan Najia.

"Lama-lama aku yang keliatan menyesuaikan umur sama Mas ya." Najia memandang suaminya. Dalam mobil mereka tertawa karena hal ini.

"Mas mah dulu ogah Najia deketin. Nolak pake acara bentak-bentak segala. Mau nikah sama yang lain pula. Sekarang baru tahu rasa. Anak sampai lima dari Najia begini. Doyan kan."

Fathur meringis mendengar omelan cerewet Najia. Sudah jadi kebiasaan. Dia yang agak dingin dan pendiam dengan Najia yang cerewet. Lengkap sudah.

"Kamu makin lama makin sexy."

"Mas makin lama makin kek keladi."

"Sama kamu doang, kan pahala. Aduh jadi pengen."

"Iihhhhhhhh!!!!" Najia memukul lengan Fathur yang asik tertawa.

Sampai di rumah Fatma. Najia tak lepas dari pelukan Fathur. Ia masuk dan duduk di meja makan bersama Rheni dan suaminya. Juga Omanya yang panjang umur.

"Baba ada kabar baik." Fathur membuat seisi meja makan memperhatikannya. "Amajia hamil." Ucap Fathur enteng. Rheni bahkan melepas sendoknya hingga berdenting. Membuat kaget suaminya.

"Barengan sama aku dong?!" Rheni menjerit. Najia tersenyum keki.

"Gas pol banget samu, Fathur." Fatma datang membawa sepiring udang.

"Yah.. Baba mah! Anaknya banyak banget! Mana saingan sama aku lagi. Mas liat tu Baba genit deh sama Amajia." adu Rheni gemas.

Fathur hanya tertawa mendengar rengekan anak pertamanya.

"Mau bagaimana lagi? Punya Baba berkekuatan super, KB Amajia aja KO. Aduhhhh sakit, sayang."

"Mulutnya itu loh." Najia gemas pengen cubit.

"Nggak apa-apa Rhen. Kan biar tambah seru dan rame." Suami Rheni berujar pelan. Menenangkan istrinya yang labil karena hamil anak pertama.

"Baba? Kita akan dapet adik lagi? Dua atau satu?" kembar pertama berujar sambil nyomot udang goreng. "Kali ini satu." Fathur membalas ucapan anaknya. Dan di hadiahi sorakan hore dari keempat kembar cantik mereka. Rheni berdiri dan melangkah menjauh.

"Ketos.."
"Iya Ama?"
"Tenangin Rheni ya. Mau bagaimana lagi, Ama juga kaget. Baba kamu nih cari masalah aja. Tapi kan anak itu rezeki." Najia menatap teduh anak menantu pertamanya. Lelaki yang ia sebut Ketos sebagai panggilan sayang itu mengangguk dan tersenyum. Ia berdiri dan menghampiri istrinya.

Ending

"Selamat ya, Amajia ku!!" Rheni datang ke kamar Mama sambungnya dengan sang Ayah. Membawa hadiah yang baru di beli Ketos. Mumpung di kamar hanya ada Najia seorang.

"Eh.. Rheni sudah tidak apa-apa?" Najia berujar sambil menerima hadiah. Rheni cengengesan.

"Aku seneng dong, Ama. Tadi itu akting, jarang-jarang cowok itu bujukin aku. Hamil itu seru ya." Rheni tertawa setelah berucap. Perempuan berusia 24 tahun ini mengusap perutnya dan tergelitik mengingat sang suami yang membujuknya tadi.

"Kamu jangan gitu sama menantu Amajia dong. Gitu-gitu kesayangan Baba mu."

Segelas Cappuchino (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang