"Iya, Rheni tahu kok, pacaran itu nggak boleh."
"..."
"Ih.. Kakak mah bawel."
"..."
"Jangan diaduin ke Baba dong. Rheni malu. Awas aja."
"..."
"Rheni kangen, kenapa pindah ke Malaysia sih. Rheni pengen kuliah sana ah biar bisa bareng Kakak."
"..."
"Biarin Baba sendiri. Nggak ada temen curhat enak."
"..."
"Malu kalau cerita sama Baba mah. Calonnya juga sibuk kerja keknya deh."Fathur mencuri dengar apa yang diucapkan Rheni dengan orang yang di seberang telpon. Dari ucapannya saja Fathur bisa tahu siapa yang menelpon.
"Jangan malu sama Baba." Fathur berujar. Ia melirik ponsel Rheni yang pemiliknya kaget atas kehadirannya. Rheni masih menatap ayahnya penuh penilaian. Baba orangnya serius, jarang becanda. Apa reaksinya jika Rheni bilang lagi naksir cowok?
Pasti kena amuk macan hitam dia. "Oke.." Rheni menlocspeker hp tanpa sepengetahuan Fathur. Sehingga seseorang di sana dapat mendengar mereka Berdua. "Rheni naksir ketua osis di sekolah."
"Apa?! Tidak boleh!"
"Aduhhh.. Baba kamu Rhen." Fathur terdiam. Suara itu.
"Tuh kan nggak asik curhat sama Baba." Rheni nelangsa. Najia terkikik geli, membuat Fathur salah tingkah karena merasa aneh pada dadanya. "Nggak apa-apa lah. Namanya juga ayah, siapa sih nggak marah anak gadisnya jatuh cinta sama pria lain. Seorang ayah maunya anak perempuan dia jatuh cinta pertama kali ya sama ayahnya." Najia berujar penuh perhatian."Cinta pertama Kakak, Tok Faiz ya?"
"Tentu."
"Cinta kedua?"
"Ettssss rahasia dongg."
"Pasti Baba."
"Eh.. Eh.. sudah dulu ya, Kakak dipanggil sama Ayah.. Semangat Rheni, ujian bahasa inggris harus dapat seratus ya!!" setelah mengucapkan salam telpon terputus. "Uhhh.. Salting kan."Rheni menatap Ayahnya cemberut. Fathur pun ikut salting di buatnya. "Baba denger nggak tuh. Kalau pengen Rheni jatuh cinta ke Baba. Baba usaha dong dapetin cinta Rheni. Ini sibuk kerja mulu."
"Maaf." Fathur tak enak hati. Otaknya tak fokus setelah mendengar suara Najia.
"Gagal lagi deh misi Rheni. Nanti malam Rheni nggak mau tahu pokoknya harus ketemu sama calon Baba. Pengen Rheni nilai. Mana lamaran tinggal seminggu lagi. Huftt ya sudahlah, nggak jodoh sama Kak Najia. Mau dikata apa."
Rheni berlalu dari ruang keluarga menuju kamarnya.
***
"Ke Malaysia?" Fathur kaget saat Langit berkata bahwa ada investor baru yang ingin membantu hanya saja Fathur dan Langit harus ke Malaysia malam ini juga.
"Aduh, saya ada janji malam nanti."
"Yah, terserah Abang. Investornya ngotot ketemu malam ini juga di sana."
Tak butuh waktu lama, Fathur menjawab, "Oke deh. Kita kesana." Ujarnya mengalah. Langit ikut mengangguk.
Akhirnya mereka mendadak ke Malaysia saat itu juga. Agar mereka sempat bersiap untuk bertemu dengan calon investor hebat dari negeri jiran. Fathur kadang merasa lucu, mengapa akhir-akhir ini ia berurusan dengan sesuatu dari negara seberang?
Malamnya Rheni ngambek ngotot pengen ikut. Fatma melarang, memberi pengertian bahwa di sana Fathur tidak bertemu dengan Najia.
***
Rumah megah ini tampak apik dipandang mata. Fathur dan Langit masuk saat pelayan rumah mempersilahkan mereka.
Menunjuk kearah ruangan dengan pintu jati beraksen khas. "Datok Darius ade di dalam. Tuan-tuan silahkan masuk."
Fathur mengangguk. Mereka akhirnya masuk dan mendapati Datok Darius duduk di sana bersama seorang lelaki berusia 30an berkaca mata. "Ha.. Dah sampai rupenye. Sile dudok."[Ha.. Udah sampai ternyata. Silahkan duduk]
"Selamat malam, Datok." Fathur menyalami Darius, begitu juga Langit. Dan tak lupa menyalami laki-laki yang ikut berdiri saat mereka masuk tadi.
"Tunggu sebenta ye. Saye perikse darah dulu. Gule darah naik.. Biase lah dah tue."[Tunggu sebentar ya, saya cek darah dulu. Gula darah naik.. Maklum udah tua.]
Fathur dan Langit mengangguk paham. Mengamati Darius dan lelaki yang kemungkinan dokter itu. "Dah selesai. Ayah mesti jage makan tau, kan Sya dah kat sini. Suruh je dia yang masak buat Ayah. Ingat.. Jangan minum kopi manis-manis."[Sudah selesai. Ayah harus jaga pola makan, kan sudah ada Sya di sini. Suruh dia yang masak untuk Ayah. Ingat.. Jangan minum kopi terlalu manis.]
Lelaki berkaca mata itu menasehati. Membuat Darius tertawa ketahuan kalau ia melanggar pantangan.
"Eh.. Kenalkan, ini calon menantu saye. Dokte kat syarikat rumah sakit saye."[Eh.. Perkenalkan, ini calon menantu saya, dokter di perusahaan rumah sakit milik saya] Darius berujar penuh wibawa.
"Kenalkan, saye Ahmadillah Athaya Akbar. Panggil Athaya saja."
"Fathur Aditya Kyle."
"Langit Tsabiru Faturi."Lelaki bernama Athaya itu pamit bertepatan dengan pintu yang terbuka dan menunjukkan seorang gadis dengan nampan berisikan minuman hangat.
"Ini untuk Ayah." gadis itu menyerahkan minuman. Ia memandang Athaya dan tersenyum. Kemudian menyodorkan air untuk dua tamu mereka.
"Astagfirullah!" gadis itu kaget. Membuat orang di sana ikut terperanjat dan bertanya-tanya. "Macam kenal je."
"Sutttt.. Kamu diam Fiya. Ini urusan Ayah."
Gadis bernama Fiya akhirnya mengangguk dan mengekori Athaya yang keluar ruangan.
"Maafkan anak gadis saya." Darius mengubah logat bicara. Membuat Fathur dan Langit binggung. Ia tertawa pelan. "Istri saya orang Bandung. Saya belajar bahasa darinya."
"Pengucapan anda sangat baik, Datok." Langit memuji.
"Jadi kamu yang bernama Fathur itu."
"Ya?"
"Saya heran mengapa semua anak saya kok sukanya sama dokter ya."Fathur dan Langit mengernyit. Saling pandang tanda kebingungan.
"Sebelum kita bahas masalah kerja sama. Saya ingin memberi anda pelajaran sedikit." Darius terkekeh. Sedang Fathur kaget minta ampun. Dia kesulitan mencerna keadaan.
"Anak gadis saya menangis dipelukan Ibunya waktu pulang dari Bandung. Saya kaget. Ternyata anak saya sedang patah hati."
Fathur kepayahan menelan ludah. Ia memandang Langit yang mengulum bibir. Mereka seperti sedang cari mati. "Apa saya boleh permisi keluar sebentar?" itu suara Langit.
"Ya silahkan."Langit berdiri dan pergi tanpa peduli panggilan Fathur. Astaga!! Fathur seperti akan disidang calon mertua. Padahal bukan. Fathur paham situasi sekarang, berharap waktu berlalu dan semua ini hanya mimpi.
"Hebat benar kamu menolak anak sulung saya yang paling berharga." Darius terkekeh pelan. Fathur hanya mampu menunduk dan meminta maaf.
"Undang saya di acara pernikahan mu ya. Saya dan Najia akan datang dengan dada yang lapang. Najia akan saya nikahkan dengan Athaya. Sesama dokter. Paling tidak Najia tidak akan bersedih lagi."
Fathur berdegub kencang, jemarinya mengerat saat mendengar penuturan Darius. Ia memandangi wajah kebapakan milik lelaki itu. "Najia akan menikah?"
"Yah.. Dia bisa menerima keputusan saya."
Fathur keringat dingin. Ada emosi yang tak ia kenal menguasai dadanya. Tidak bisa ia terima tapi mengapa???
Tbc ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas Cappuchino (End)
RomanceBagi Fathur, Najia bukan diciptakan untuknya. Bagaimana bisa gadis ini jatuh cinta karena segelas cappuchino yang ia bayar? Dia sebegitu cintanya dan tak mempedulikan masa lalu Fathur da betapa pengecutnya lelaki itu. Mereka bahkan berbeda 13 tahun...