Part 1 - Najia

6.5K 421 2
                                    

Part 1

Namanya Najia. Perempuan campuran Indonesia-Malaysia yang memulai S2-nya di negara sang ibunda yang berdarah sunda. Di keluarga Ibu dan Ayah, Najia cucu paling tua, paling cantik dan paling jenius, juga yang paling pinter masak. Tiada tandingan, No 1 produk terbaik di keluarga besarnya yang hampir 80% bertempat tinggal di Kuala Lumpur.

Najia mengambil S2 bidang Parawisata di salah satu Universitas ternama di Indonesia, termasuk telat karena usianya sudah menginjak 27 tahun. Dan di sini lah kisah cintanya di mulai. Di negara sang ibunda.

...

Gadis itu ikut mengantri untuk membeli segelas cappuchino favorite di cafe langganan. Tiba saat gilirannya untuk memesan. Najia menyadari sebuah kebodohan yang ia perbuat. Dompet! Ia meninggalkannya di rumah Teteh Nila.
'Aduh! Mana udah pesen lagi'
Najia gelagapan. Melihat sekitar kafe berharap ada seseorang yang dapat membantu. Ia memukul kepalanya pelan, dan mengigit bibirnya. Dalam tasnya pun tak terdapat ponsel. Apa yang harus ia lakukan?
"50 ribu, Mbak." Sembari menyodorkan pesanan, pelayan tadi tersenyum ramah.

Najia makin salah tingkah.
Menangis? Ide bagus!

Karena orang yang berada di belakangnya menunggu agak terlalu lama dan mendapati Najia merogoh dompet dan saku baju tergesa-gesa. Akhirnya orang tersebut melangkah maju.

"Tolong segelas Americanonya satu. Ini bayarannya sekalian dengan Mbak ini ya." Orang itu menyerahkan selembar uang. Najia yang mendapati ada seorang asing yang membayar cappuchinonya sedikit tertegun. Ia memandangi lelaki itu kaget.
'Peka bangetttt' suara bisikan yang hanya lelaki itu dengar dari mulut sang gadis. Ia mengernyit. Agak kurang nyaman dengan mulut ceplos Najia.

Sekedar informasi. Walaupun umurnya 27 tahun, Najia masih anak manja di keluarga mereka. Najia memandangi lelaki itu tanpa berkedip sekalipun, mulutnya terngaga. Cappuchino di tangannya bahkan hampir jatuh. Ekor matanya mengikuti langkah orang baik bak malaikat itu dan mengikutinya sampai duduk.

"Kamu baik sekali!" Najia berujar sabil tersenyum. Tanpa sopan santun ia duduk di hadapan lelaki itu dan menyeruput minumannya.

"Ya?" Lelaki tersebut tampak kurang nyaman diikuti Najia. Ia berdehem agak keras. "Ini tidak boleh gratis. Saya akan bayar jika sudah mendapatkan dompet saya kembali. Jadi.. bagaimana caranya saya menghubungi anda?"

'Perempuan ini agresif sekali'

Sang lelaki kaget sebelum akhirnya ia mengontrol ekspresi, ia mengelengkan kepala dan tersenyum seadanya. "Tidak perlu."

Najia yang mendapati respon seperti itu langsung mengeleng keras. "No!! I will return the money ."

"Tidak perlu. Serius."

"Saya bahkan lebih dari duarius." Najia geregetan. "Cepatlah beri tahu bagaimana cara menguhungi anda untuk membayar ini. Saya ada kelas sebentar lagi. Kalau tidak saya akan menunggu dan bolos adalah pilihan bagus."

'Tipe pengancam! Berbahaya, harus di hindari sebelum berbuntut panjang' Lelaki itu bergumam dengan kening mengkerut.

Mau tak mau lelaki itu menyerahkan sebuah kartu nama dari dompetnya. Menyerahkan pada gadis di hadapannya agar cepat pergi dan berlalu. Najia tersenyum menyambut kartu nama itu. "Oke! Sekali lagi terima kasih."

Lelaki itu hanya mengangguk sekali dan tersenyum kaku. Mendapati Najia yang menatapnya dengan tatapan yang 'entahlah' seperti itu sembari menyeruput cappuchino dinginnya dan bibir yang tersenyum. Lelaki itu merasa tidak nyaman. Sudah beberapa menit berlalu dan bahkan Najia belum berkedip. Akhirnya lelaki tersebut bangkit dan mendatangi pelayan tadi untuk membatalkan pesanan. Melihatnya Najia kaget. Ia bahkan tak sempat mengejar lelaki itu ketika sudah keluar dari kafe.

"Hei!!! Yah!! Dia pergi."

Bagi Najia sudah mendapatkan kontak lelaki itu saja sudah syukur. Ia mengamati kartu nama tadi dan tersenyum untuk kesekian kalinya.

"Dr. Fathur Aditya Kyle. Dosen di Jurusan Kedokteran."

Mata Najia semakin berbinar, ia memandangi arah jendela besar yang bahkan bayangan Fathur saja tak tampak.

"Oh!! Aku sepertinya jatuh cinta!! Gimana ni!! Agkk!!" walaupun dengan suara dipelankan. Najia tetap terlihat geregetan dengan sikapnya.

Bagaimana ini??
Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
Karena segelas kopi cappuchino?

TBC

Segelas Cappuchino (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang