Part 16 (end) - Jatuh Cinta Berkali-Kali

5.5K 355 4
                                    

Besok paginya, Fathur bangun dengan badan yang fit. Sakit kepala hilang, beban pun hilang. Ia kemudian bersiap-siap dan turun ke bawah. Namun sebelum ia sampai di lantai dua, adik Najia bernama Halim menghadangnya.

"Abang belum boleh lihat kak Najia, Oke. Sebelum malam nanti memang tak boleh jumpa." Halim tertawa ia menarik calon abang iparnya kembali ke kamar. Logat bahasanya masih bercampur melayu. Sedikut lucu.

Dari dalam kamar Fathur mendengar suara Najia. Gadis itu terlihat bahagia dari nada bicaranya. Ada suara mahasiswanya juga, siapalagi kalau bukan Yuni yang heboh. Malam itu banyak yang datang, bahkan Naqila dan Langit pun datang bersama bayi mereka. Juga suara Rheni. Ah.. Dia iri dengan anak gadisnya itu.

Waktu tak terasa berjalan begitu cepat. Akhirnya malam pun datang, dari lantai tiga Fathur mengintip proses hantar belanja, dia dari tadi sudah di dandan dengan baju kurung putih dan songket.

Setelah itu, barulah ijab kabul. Fathur turun dan duduk di hadapan ayah Darius. Menatapnya mantap.

Kedua tangan berjabat.

"Saya terima nikahnya Najia Syarha Humaira Faiz ... "

***

Fathur tidak tahu kalau disini setelah akad nikah mempelai pria belum boleh tidur bersama pengantinnya. Ya dia sih tak terlalu berharap banyak, hanya saja Fathur habis-habisan digoda seisi rumah.

Walau belum boleh sekamar, tapi duduk berdua di taman sampil pegangan tangan sih sudah boleh.

"Ciehh.. Akhirnye kawen juge." Fathur tersedak ludahnya sendiri. Fiya datang membawa makanan yang di suruh Ibunya. Melihat adiknya datang, Najia menyenderkan kepala di bahu Fathur, sambil memeletkan lidah. "Sirik."
"Tahan-tahan ya Bang dengan Kak Najia. Kak Najia ini paling manja di antara kami. Maklum anak Ibu perempuan yang pertama." Fiya mengetuk kepala kakaknya dengan telunjuk kemudian lari takut di balas.

"Kalau di sini 'kawen' itu apa?" Fathur menatap serius kearah Najia. Gadis itu mengangkat kepalanya yang bersender, membalas tatapan suaminya. Kemudian tertawa.

"Disini kadang kala kalau bilang nikah itu kawen atau kahwin. Beda sih sama di Indonesia maknanya. Eh.. Mas udah nggak tahan ya?" Najia mengoda. Fathur menelan ludah karena godaan itu. Jangan sampai ia lepas kontrol. Malam ini belum boleh kan?

"Sayang jangan goda mas ya. Sekali mas makan kamu, besok kita gagal resepsi loh." Fathur berujar dengan nada serius. Ia menatap tajam kearah Najia. Tangannya memeluk pinggang istrinya erat, wajahnya bahkan hampir sampai di ceruk leher Najia yang terbuka.

"Oke.. Oke.. Ampun." Najia menahan tubuh Fathur. Dan lelaki itu kembali ke posisi semula. Najia pun kembali bersender di bahu suaminya.

"Kalau cium boleh nggak ya?"
"Mas nggak tahan hahahaha."
"Kamu gemesin."
"Najia mah emang gemesin. Tuh kan Mas beruntung nikahin Najia."
"Iya."

Satu kecupan bersarang di kepala gadis itu. "Tidur yuk. Udah malam. Besok pagi-pagi kamu harus dandan kan?"

"Mas juga." Najia memeluk sebentar. 

Sebelum gadis itu melangkah pergi, Fathur menarik tangan istrinya membuat Najia mendekat kembali kearah Fathur. Saat itu juga Fathur mengecup kilat bibir istrinya.

Najia melotot, ia menutup bibirnya dan kemudian berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Begitu juga Fathur.

***

Pernikahan berjalan dengan lancar. Fathur dan Najia bahkan di paksa bulan madu besok harinya ke Italia.

Waktu memang terasa singkat jika dinikmati. Tak terasa bahkan sudah dua hari mereka menyandang status suami istri.

"Mas dulu kuliah S2 dan S3  di sini."
"Oh ya?"
Mereka menikmati perjalanan. Pergi ke kampus Fathur dan memakan makanan lezat di sana.

"Haus deh." Najia kode, suaminya tampak tersenyum dan mengandengnya menuju cafe.

"One Cappuchino and one hot americano, please."

Mereka duduk didekat dinding kaca cafe. Menikmati minuman masing-masing.

"Ingat ini nggak?" Najia menunjuk es cappuchino miliknya.
"Ingat."
"Mas cuek banget waktu itu. Tapi aku kok langsung suka ya." Najia berujar kemudian terkekeh geli akan tingkahnya dahulu.

"Hanya karena segelas cappuchino." Fathur mencubit hidung Najia gemas.
"Kalau yang bayarin Cappuchino kamu bukan Mas. Gimana ya nasib mas?" ucap Fathur. Najia tersenyum lebar karenanya. "Tetep jodoh dong.. Mungkin dengan hal yang lain."

Fathur mengacak kepala Najia. Ia memandang arah luar jendela. Dan kembali melihat Najia saat wanita itu berbisik sesuatu padanya.

"Najia cinta sama Mas."

Fathur mendekatkan kepalanya ikut berbisik. "Kamu bikin Mas jatuh cinta berkali-kali."

Setelahnya mereka terawa karena ulah aneh mereka sendiri.

Fin

Segelas Cappuchino (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang