Rambut panjangnya digulung hingga memamerkan leher yang jenjang. Sebuah kalung berhuruf J dan S menghiasi. Menambah kesan cantik dan feminim. Bersama balutan seragam SMA musim dingin, ia memeluk buket bunga berwarna merah yang baru saja diberikan oleh salah seorang kawan terdekat. Aaron Kwak.
Menerima bunga, tanpa segan Jisoo menghambur peluk. Rasa bahagianya terasa berlipat ganda hari ini. Akhirnya pendidikan selama 3 tahun di bangku SMA telah resmi ia selesaikan. Dengan nilai yang terbilang bagus, juga mendapat hadiah. Lengkap sudah. Membuat Jisoo melupakan sejenak kesakitan lama. Kejadian buruk 11 tahun lalu, di saat kedua orangtuanya pergi hanya berjarak beberapa bulan. Dengan cara yang sama tragis pula.
Senyuman lebar tidak hentinya Jisoo pancarkan di tengah sorakan semua siswa-siswi yang juga merayakan kelulusan hari ini. Meski Jisoo sadar bahwa ia adalah salah satu dari sebagian kecil dari siswi yang tidak mendapat sambutan hangat dari keluarga terdekat, itu sama sekali tidak masalah. Karena ia yakin, ayah dan ibunya sudah memiliki kebahagiaan abadi di Surga sana.
Sudah tidak terhitung berapa lama Jisoo dan Aaron saling memeluk. Baru terlepas begitu ada orang lain datang dan secara paksa menarik tubuh kecil Jisoo. Termundur. Hampir terjatuh. Jisoo kaget luar biasa. Wajah masam pamannya terlihat jelas meski baru beberapa detik kedua mata mereka bertemu.
Hanya dengan lirikan mata, Aaron perlahan mundur dari posisi berdirinya. Adegan ini menjadi perhatian seluruh siswa-siswi dan juga tamu yang hadir.
"Aish! Paman kenapa? Jangan membuatku malu!" Jisoo cemberut. Bibir ditekuk ke bawah. Melepas genggaman tangan seseorang yang baru saja ia panggil dengan sebutan Paman. Ia memang sudah tahu kalau sang paman akan datang ke acara perpisahan sekolahnya hari ini. Tapi sungguh tidak berpikir kalau akan membuat keributan kecil. Membuat malu saja.
Seokmin tidak peduli dengan omelan Jisoo. Memberikan buket bunga yang dibawanya spesial untuk Jisoo hari ini. Tidak hanya itu, ia juga membelikan sekotak cokelat dengan wadah yang cantik. Berbentuk hati. Perpaduan warna merah dan hitam. Warna kesukaan Jisoo. "Selamat untuk kelulusanmu."
Dalam bayangan Seokmin, Jisoo akan terkesima dengan semua hadiahnya. Melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya terhadap Aaron. Menghambur peluk di tengah keramaian. Tidak peduli dengan orang lain, seakan hanya mereka berdua yang ada di sana. Akan tetapi, apa yang terjadi? Wajah cantik Jisoo begitu datar memperhatikan hadiah-hadiah yang Seokmin persembahkan.
Seokmin mendorong semua hadiahnya hingga mengenai dada Jisoo. Membuat gadis Hong itu termundur. Dengan wajah terpaksa Jisoo menerima hadiah Seokmin.
"Baiklah... Aku anggap hadiah ini sebagai permintaan maaf Paman. Lain kali jangan sembarangan mengganggu aku dengan teman-teman, oke? Kalau tidak..."
Seokmin memeluk Jisoo. Membuat ucapan gadis Hong itu terhenti di detik berikutnya. Menjadi pusat perhatian. Semua orang begitu terkejut melihat interaksi manis ini. Bersorak. Mereka terlalu manis untuk ukuran seorang paman dengan keponakannya. Tanpa ada yang tahu bahwa hubungan mereka memang tidaklah sebatas itu.
Merasa tidak puas, Seokmin mencium pipi kanan Jisoo.
Cukup. Jisoo tahu. Ini adalah sinyal bahwa dirinya harus membawa kabur sang paman keluar dari keramaian. Menyudahi acara memeluk-dipeluk hanya dalam satu kali dorongan. Menarik tangan Seokmin keluar dari sekolah. Sedikit risi terus diperhatikan banyak orang di sepanjang koridor. Menemukan mobil Seokmin. Masuk.
"Apa yang paman lakukan, astaga... Aku sangat malu..." Jisoo meringis begitu menutup pintu mobil. Meraung keras. Menutup wajah dengan dua buket bunga yang berhasil ia dapatkan hari ini. Seokmin baru menyusul masuk. Duduk di belakang setir mobil. "Aku sudah berulang kali memperingatkan paman. Jangan sembarangan menciumku. Aku malu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...