"Aman?"
Mingyu mengangguk. Meminta Seokmin untuk mengikuti langkahnya di belakang melalui isyarat tangan. Menelusup masuk ke dalam salah satu kamar sebuah apartemen mewah di lantai tujuh. Sebisa mungkin keduanya melakukan setiap aktivitas tanpa mengeluarkan suara. Seokmin menutup pintu apartemen, agar tidak ada yang merasa curiga.
Sebelum benar-benar menyergap, Mingyu dan Seokmin mengecek seluruh perlengkapan satu kali lagi. Pisau kecil dan karung telah tersimpan aman di dalam saku celana Seokmin. Sebuah pistol yang berisi peluru, juga peralatan bius telah tersimpan aman dalam kantung mantel yang tengah Mingyu kenakan. Keduanya mengangguk kala saling memandang satu sama lain. Memberi sinyal. Siap beraksi.
Tentu tidak mudah masuk ke dalam apartemen ini. Karena apartemen ini adalah apartemen yang ditempati oleh banyak orang-orang penting, penjagaannya pun ekstra ketat. Setengah mati Mingyu dan Seokmin mempelajari seluk beluk setiap ruangan dan letak CCTV. Demi memuluskan misi yang diserahkan secara khusus oleh Choi Seungcheol.
Secara khusus. Seungcheol menyebutnya demikian karena besaran bayaran yang akan mereka terima tidaklah main-main. Beberapa kali dari bayaran biasanya, karena target kali ini pun bukanlah orang biasa. Seorang aktor yang malang melintang dalam dunia perfilman. Bahkan sudah beberapa kali menghadiri acara bergengsi sekelas Hollywood. Moon Junhui.
Sebelum masuk ke dalam kawasan apartemen, Mingyu dan Seokmin berhasil meng-nonaktif-kan seluruh CCTV yang akan mereka lewati. Mudah saja. Mereka hanya perlu menghabisi lima orang penjaga dan masuk ke dalam ruang pengawas. Kurang dari sepuluh menit, kedua pembunuh bayaran profesional ini berhasil melakukannya meski mendapat sedikit jejak di pelipis dan sudut bibir.
Tanpa menyalakan lampu yang ada di dalam kamar Junhui, Mingyu dan Seokmin tahu persis harus melangkahkan kaki ke arah mana. Mendapati Junhui yang tengah tertidur pulas memeluk guling berbalut selimut. Mendengkuran halus.
Mingyu memperhatikan lamat wajah bayi Junhui. Pipinya menggelembung besar kala meniupkan angin. Seperti sedang meniup balon. Sedang mengigau ternyata. "Wonwoo akan menyesal sempat mengidolakannya jika melihat ini."
"Wonwoo siapa?" Seokmin membisiki.
Untuk menjawab pertanyaan rekan kerjanya itu, Mingyu hanya menggelengkan kepala. Mereka harus bergerak cepat sebelum Junhui terbangun dari tidurnya yang cantik. Mengeluarkan sapu tangan dan cairan bius. "Keluarkan karungnya."
Seokmin mengangguk. Bersamaan dengan suara terbatuk. Bukan Seokmin, juga bukan Mingyu. Tapi Junhui. Pemuda bermarga Moon itu telah terbangun. Melebarkan kedua mata detik itu juga. Bangkit dari ranjangnya. Membuat kuda-kuda siaga. "Siapa kalian? Mau apa kalian masuk ke sini?"
Nyatanya bukan hanya Mingyu dan Seokmin yang memiliki alat ancaman. Tapi Junhui juga. Dengan mudah Junhui mengambil tongkat baseball yang tergeletak di samping nakas. Mengabaikan sarung tangan dan bolanya. Junhui hanya memerlukan tongkat. Tanpa ragu ikut mengancam. "Kalian tahu aku dari Tiongkok? Mau aku keluarkan jurus kungfu dan mematahkan leher kalian satu per satu?"
Hanya ancaman. Mingyu dan Seokmin sudah mengantisipasi ini. Mencari tahu kelebihan bela diri Junhui melalui artikel-artikel di internet. Hasilnya? Junhui tidak menguasai bela diri apa pun.
Seokmin terkekeh geli. Mendatangi tempat Junhui berdiri dengan santai. Begitu tongkat baseball Junhui layangkan, dengan sangat mudah Seokmin menepis dan merebut. Melayangkan kaki. Tendangan Seokmin tepat mengenai perut sang aktor hingga jatuh tersungkur. Punggungnya menabrak nakas. Junhui meringis kesakitan.
Berkat lampu yang tidak juga dinyalakan, Junhui tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa dua orang penjahat yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya itu. Dengan ringisan Junhui meminta ampun. Minta dikasihani. Bahkan mempersilakan si penjahat untuk mengambil seluruh uang tunai yang ia miliki. Dan tentu saja gagal. Mingyu dan Seokmin tidak menginginkan uang Junhui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...