12. Poison

645 94 60
                                    

Sebelas tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama itu, Seokmin menghabiskan sebagian besar dari waktunya hanya untuk berpikir. Menyusun rencana terhadap berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Mulai dari kemungkinan kecil yang dampaknya pun hanya kecil, juga kemungkinan besar yang dampaknya akan mengubah lebih dari setengah kehidupan Seokmin. Atau bahkan, mungkin akan mengubah kehidupan Seokmin secara keseluruhan.

Dari banyak taktik yang secara diam-diam telah Seokmin susun dengan matang, nyatanya tidak ada yang cocok dilaksanakan untuk situasi sekarang. Seokmin sudah memilahnya. Mengingat-ingat seluruh catatan kecil dalam otaknya. Mencari celah strategi mana yang pantas dilakukan. Setidaknya agar hidupnya sedikit lebih diperpanjang. Meskipun itu hanya beberapa detik.

Tidak. Sudah tidak ada waktu. Di waktu yang bersamaan, sesaat setelah kalimat mengerikan yaitu kejadian sebelas tahun lalu telah diungkap oleh Seungcheol, Seokmin tahu. Misinya sudah berakhir sampai di sini. Kehidupan tidak nyamannya bersama Jisoo sudah cukup sampai di sini. Gayung bersambut, kenyataan pun berkata demikian. Seokmin, berhentilah di sana. Sudah tidak ada kesempatan meskipun kamu mengorbankan nyawa.

Satu, dua, tiga, tidak terhitung. Ruangan Seungcheol sudah penuh sesak. Seokmin dikepung tanpa ada celah yang memungkinkannya untuk kabur dari lantai tiga. Seokmin menelan ludah. Bahkan mereka semua datang tanpa memberi Seokmin kesempatan untuk menjelaskan kronologi.

"Jisoo tidak tahu apa-apa."

Seungcheol tertawa. Mengambil pistol dari dalam jasnya. Memasukkan peluru. "Ya... Benar. Jisoo tidak tahu apa-apa. Tapi dia tahu kamu. Kalau sekarang tidak tahu, suatu saat nanti pasti tahu. Benar, kan? Hendak sampai kapan kamu menyembunyikan ini? Sampai Jisoo mau menerimamu sebagai pendamping hidupnya meskipun kamu adalah pelaku pembunuhan ayahnya? Begitu, kah?"

Di belakang, akses menuju pintu keluar telah ditutup oleh banyak bawahan Seungcheol. Seokmin mendengus. Ini pertarungan satu banding... Puluhan orang. Sungguh tidak adil. "Aku hanya tidak tega membunuh anak kecil."

"Alasan yang masuk akal," Seungcheol menganggukkan kepala. Kembali menimbang. Bermain dengan pistol di tangannya. Seolah pistol tersebut hanyalah mainan anak-anak. "Bagaimana dengan sekarang? Dia sudah lulus SMA."

Seokmin tidak mengerti. Untuk itu, ia hanya diam menunggu kalimat Seungcheol berikutnya.

Pistol itu diletakkan Seungcheol di atas meja. Didorong hingga dekat dengan Seokmin. "Bawa Jisoo ke sini. Bunuh dia di hadapanku."

Kesempatan untuk merebut pistol tidak Seokmin sia-siakan. Namun pergerakannya hanya sampai di situ. Begitu cekatan bawahan Seungcheol bergerak. Masing-masing menenteng senjata api. Dan semuanya mengarah ke Seokmin. Satu tembakan dilayangkan, pasti Seokmin akan mendapat tembakan balasan puluhan butir peluru. Strategi diubah. "Bagaimana kalau aku membunuhnya sendiri?"

Seungcheol tergelak menahan tawa. "Kamu pikir aku akan percaya begitu saja setelah kebohonganmu ini?"

"Kalau begitu tidak." Seokmin mengembalikan pistol ke atas meja. "Kalian bisa membunuhku sekarang juga. Tapi biarkan Jisoo hidup. Dia tidak tahu apa-apa. Jadi kalian bisa bernapas lega tanpa takut akan terbongkar."

Tawa Seungcheol belum juga reda. Menggeleng pelan. "Cinta sudah meracunimu, Lee Seokmin... Buka matamu. Tapi ya... Terserah. Kalau kamu ingin mati, kami siap membunuhmu. Tapi aku tidak berani menjamin bagaimana dengan Jisoo. Sekali lagi, dia adalah saksi. Saksi wajib dibunuh. Itu aturan mainnya. Kamu sudah tahu itu sejak lama."

Semua kesempatan telah Seokmin perhitungkan. Hanya ada satu cara untuk keluar dari sana. Apakah berhasil atau gagal, itu bukan lagi hal yang harus dipikirkan. Coba saja. Seokmin berjalan lamban mendatangi sisi kanan. Siaga seluruh bawahan Seungcheol terus mengarahkan senjata api masing-masing ke tubuh Seokmin. Di sisi kanan ruangan, ada lemari besar bersama beberapa pajangan. Salah satu kasus yang paling membanggakan bagi Seungcheol telah terpajang di sana. Pembunuhan Perdana Menteri Shin. Lima tahun lalu. Kasus yang belum juga terungkap hingga sekarang.

Black Romance (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang