Dari lantai tiga, Seungcheol bisa melihat seberapa banyaknya mobil yang berlalu lalang di bawah sana. Nampak kecil meski sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Lebih besar dari semut. Tapi tidak lebih besar dari kenangan bahagia yang ia miliki.
Sejak kecil, Choi Seungcheol tidak asing dengan bau anyir dan warna merah pekat darah segar yang mengalir dari tubuh seseorang. Sampai Seungcheol mengira bahwa hidupnya tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan. Dugaan itu nyatanya terbantahkan begitu ia berkenalan dengan seorang gadis bernama Yoon Jeonghan.
Sialnya, bukan Seungcheol yang dipengaruhi Jeonghan, lalu mereka berdua sama-sama keluar dari kubangan hitam. Tapi sebaliknya. Malah Seungcheol yang mempengaruhi Jeonghan, lalu mereka berdua sama-sama jatuh ke dalam kubangan hitam. Semakin lama, jauh semakin dalam.
Seungcheol memijat sisi kepalanya yang terasa pusing. Jujur saja. Seungcheol sedikit merasa bersalah atas hal ini. Yoon Jeonghan yang dulu lugu dan tidak tahu apa-apa, kini malah tidak kalah jauh beringasnya, meski baru lima tahun mereka saling berkenalan. Sekali lagi, sedikit. Karena rasa bahagia Seungcheol masih jauh lebih mendominasi. Mengukir janji di dalam hati. Apa pun yang ia lakukan sekarang ini adalah semata-mata untuk membahagiakan Jeonghan. Bukan lagi sebatas keterpaksaan karena ia adalah putra tunggal Keluarga Choi.
Dalam waktu dekat, Seungcheol akan membangun istana mewah untuk kehidupan Jeonghan yang lebih baik. Bersembunyi di dalam sana. Tanpa ada seorang yang mampu merebutnya dari pelukan Seungcheol.
Bertepatan dengan janji tersebut, petir menyambar. Seungcheol tertawa. Petir itu seolah memberi tanda bahwa janjinya akan segera terlaksana.
Dari kejauhan Seungcheol bisa mendengar suara notifikasi ponsel genggamnya. Tergeletak begitu saja di atas meja. Dengan langkah lamban Seungcheol mendatangi. Meletakkan gelas kopi hangat yang sedari tadi menemaninya melamun di depan jendela. Nama Hansol tertera pada layar.
Apakah Seokmin tahu kalau mini market ini milik Nyonya Han?
Kening Seungcheol mengerut. Bersama pesan tersebut, Hansol juga mengirimkan sebuah foto. Seokmin bersama seorang perempuan di depan Mini Market Han. Mini market yang menjadi persembunyian Jeonghan. Seungcheol ingat persis. Perempuan yang ada di foto tersebut adalah karyawan baru kemarin. Hong Jisoo. Seungcheol mengetik pesan balasan. Awasi mereka, katanya. Entah kenapa Seungcheol memiliki firasat buruk terhadap perempuan bermarga Hong itu.
"Aish! Menyebalkan sekali. Kenapa hujannya turun dadakan? Bajuku jadi basah."
Seungcheol tertawa. Mengenyampingkan ponsel genggamnya. Jeonghan jauh lebih menarik untuk diperhatikan. "Bukankah Soonyoung menjemputmu?"
"Tidak. Aku menyuruhnya pergi. Karyawanku akan curiga kalau aku diantar jemput seperti itu." Jeonghan melepaskan pakaiannya yang basah. Berkeliaran begitu saja di dalam ruangan pribadi Seungcheol, meski tanpa pakaian. Mendatangi lemari. Beberapa lembar pakaiannya tersimpan rapi di dalam sana. Sama halnya dengan ruang pribadi Jeonghan di mini market, ruangan ini pun sering menjadi sasaran mereka saat ingin bermain. "Sialnya, aku lupa membawa payung di mobil. Jadi aku berlari dari tempat parkir ke sini. Basah sudah semuanya."
Seungcheol tidak bisa berhenti menyinggungkan senyuman. Ikut mendatangi Jeonghan yang sibuk memilih pakaian pengganti. Menghentikan aktivitasnya. Meminta perhatian lebih. "Sial? Bagaimana kalau kita mengganti kesialan itu dengan kesenangan?"
Perlahan namun pasti Seungcheol meraup bibir kekasihnya. Tangan berkeliar bebas. Menyentuh banyak titik hingga Jeonghan tidak tahan untuk tidak mengerang. Terlepas. Mereka sama-sama kehabisan napas.
Suara notifikasi terdengar lagi.
"Kamu urus itu dulu," kata Jeonghan. Berjalan mendatangi ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...