5. Can't Stop

878 114 45
                                    

Gelap. Samar bayang-bayang muncul. Cahayanya abstrak. Putih, biru, merah, kuning, dan warna lainnya. Garis, juga bintik-bintik kecil.

Jisoo menebak ini baru sebentar. Diperkirakan belum menyentuh hitungan puluh menit. Tapi rasanya sudah sangat lama. Sama lamanya dengan sudah berapa lama ia hidup tanpa kedua orangtua. Ditemani orang asing yang dipanggilnya dengan sebutan paman.

Ya, benar. Orang asing.

Lee Seokmin adalah orang asing. Orang yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali dengan Jisoo. Jangankan hubungan keluarga, kenal juga tidak. Dan secara ajaib Seokmin muncul di saat Jisoo tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa.

Jisoo juga tidak tahu kenapa semasa kecil ia begitu mudah percaya kepada orang asing, padahal tentu kedua orangtunya tidak hanya sekali dua kali memperingatkan jangan mudah percaya kepada orang yang tidak dikenal. Bisa diculik, kata mereka.

Mata Jisoo terbuka paksa. Cahaya lampu tepat berada di atas. Membuat silau, setelah sedari tadi hanya mendapat cahaya samar saat menutup mata. Di detik itu, barulah Jisoo sadar. Apakah selama ini ia sedang diculik Seokmin?

Kini bukan lagi hanya sekadar membuka mata. Jisoo bangkit dari posisi tidurnya. Mengitari sekitar. Menemukan foto keluarga sewaktu ia masih kecil, dipajang di atas nakas. Hanya dengan melihat foto itu, perasaan Jisoo menjadi jauh lebih tenang. Tarik napas, hembuskan. Lagipula untuk apa Seokmin menculiknya? Ingin menguasai harta kedua orangtua Jisoo?

Benar. Seokmin memang menjual rumah keluarga Jisoo. Namun menggantinya dengan memberikan Jisoo pendidikan hingga lulus SMA. Tidak hanya itu, Seokmin juga telah memenuhi seluruh kebutuhan hidup Jisoo hingga detik ini. Harga rumah keluarga Jisoo bahkan tidak seberapa dengan seberapa banyak jumlah uang yang telah Seokmin gelontorkan.

Mana ada penculik yang mau rugi.

Selain foto keluarga, Jisoo juga meletakkan jam di atas nakas. Jarum pendeknya telah menyentuh angka satu. Tebakan Jisoo sebelumnya telah meleset jauh. Sudah masuk diri hari ternyata. Jisoo menutup mata selagi menarik napas. Kepalanya mendadak nyeri. Waktu sudah berlalu beberapa jam sejak Seokmin mengatakan kalimat sakral tadi. Jisoo malah kepikiran hingga detik ini. Sialan sekali.

"Jadi kamu mau apa setelah mengatakannya? Ingin kita menikah? Tapi kamu sendiri yang bilang kalau itu tidak mungkin. Argh!" Jisoo mengerang nyaring. Meninju guling, seakan guling tersebut adalah sosok si faktor utama kenapa kepalanya hampir pecah. Lee Seokmin. "Ayolah... Jangan membuatku gila! Kamu sudah terlalu dewasa untuk membuatku baper. Jangan seperti ini..."

Guling itu dipukul membabi buta. Baru berhenti begitu ia merasa lelah. Menjatuhkan tubuh. Mendarat tepat di atas bantal. Berguling ke sebelah kanan, memeluk guling. Menutup mata. Cahaya putih dan abstrak yang biasanya ia dapati saat menutup mata kini malah berubah perlahan menjadi sosok Lee Seokmin. Ingatan Jisoo kembali ke kejadian lama. Sudah tidak terhitung berapa kali Jisoo melihat Seokmin tanpa pakaian. Tubuh atletis, kulit kecokelatan bersih dengan beberapa noda bekas luka. Ah, Jisoo juga ingat ada tahi lalat berukuran sedang di dada Seokmin. Bahkan Jisoo pernah menyentuhnya.

Menyentuh?

Mata Jisoo terbelalak. Menyentuh tahi lalat di dada sama artinya dengan menyentuh dada Seokmin. "No!" Jisoo berteriak. Segera menutup mulut begitu sadar. Seokmin tidak boleh tahu kegelisahannya. Mematikan lampu, menarik selimut. "Kamu sudah tidak waras, Hong Jisoo. Tidur. Tidur. Tidurrr!"

Harapan Jisoo, tidur, bangun seperti biasa seakan kalimat yang diucapkan Seokmin usai mereka makan malam kemarin, tidak pernah ia ingat lagi. Seperti tidak pernah terucap oleh Seokmin.

Kenyataannya, tangan Jisoo mengepal. Berdiri kaku seperti patung maneken di depan kamar Seokmin. Tentu kecanggungan ini sangat aneh. Karena biasanya, tanpa segan Jisoo mengetuk pintu lalu masuk begitu saja. Membuka korden, menarik selimut Seokmin untuk membangunkan, lalu mengomel jika Seokmin malah lebih memilih untuk menarik selimutnya lagi dan menutup mata membelakangi jendela.

Black Romance (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang