"Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada... siapa tadi namanya? Ah ya... Jisoo. Dan ada kepentingan apa mereka semua dengannya," Wonwoo menjelaskan apa yang dapat ia lihat dari balik kaca toko bunga miliknya.
Tentu saja setelah Seokmin menjelaskan bagaimana latar belakang kehidupan Kim Mingyu selama ini. Terkejut, juga sama sekali tidak menyangka. Bagaimana tidak? Selama ini Mingyu terlihat manis saat bersamanya. Termasuk saat mereka berkencan, juga saat menyatakan perasaan kepada Wonwoo. Sungguh tidak terlihat berjiwa kriminalitas sama sekali. Sampai Wonwoo kehabisan kata-kata beberapa saat. Kecewa. Namun di lain sisi, ia juga harus menepati janji. Menceritakan apa yang terjadi setelah kasus penabrakan toko bunga miliknya pagi ini.
Wonwoo meringis membayangkan berada di posisi Jisoo. "Dia menangis, dipaksa keluar dari mobil lalu dibawa pergi oleh mereka. Ciri-cirinya..."
"Tidak perlu," Seokmin memotong ucapan Wonwoo. Tidak perlu menjelaskan hingga ke ciri-ciri fisik. Tanpa diberitahu pun, ia tahu persis siapa yang telah membawa Jisoo pergi.
Jam baru menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak terlalu malam untuk beraksi. Bahkan jika benar sudah larut malam pun, Seokmin tidak akan peduli. Memanfaatkan ketidakberadaan dokter atau suster di sana. Seokmin membuat Wonwoo bergidik ngeri. Lelaki Lee itu berhasil melepas infus secara paksa dari tangannya.
"Kamu sudah gila?"
"Lebih gila lagi kalau aku membiarkan Jisoo bersama mereka," balas Seokmin. Meringis menahan rasa nyeri. Diam sejenak. Berusaha beradaptasi dengan rasa sakit.
"Boleh aku ikut?"
"Kamu gila?"
Wonwoo menggigit bibir bawah kuat-kuat. Tentu ia memiliki alasan lain kenapa ingin ikut dalam misi berbahaya Seokmin ini. "Mingyu pasti ada di sana, kan?"
Seokmin tidak tahu harus menjawab apa. Bukan menimbang keinginan Wonwoo. Tentu saja Seokmin akan menolak permintaan gadis Jeon itu, apa pun alasannya. Akan tetapi, ia memikirkan pertanyaan Wonwoo tadi. Apakah Mingyu ada di sana? Seokmin merasa ragu, karena seingatnya, Mingyu dan Chan memiliki misi lain yaitu menghabisi seluruh saksi yang telah menggagalkan pengiriman senjata api mereka. Tapi selain itu, Seokmin kini meragukan kebenarannya. Ada kemungkinan bahwa penahanan senjata itu hanyalah skenario mereka untuk menahan Mingyu. Entahlah... Seokmin tidak mengetahui apa-apa.
"Hello..." Wonwoo menegur. Mengibaskan tangan di depan wajah Seokmin. "Bagaimana? Aku boleh ikut, kan? Sudah hampir dua minggu aku tidak bertemu dengan Mingyu. Kurasa dia memang sengaja menjauhiku. Padahal sebelum menghilang dia melamarku. Bukankah itu sangat menyebalkan?"
"Jangan." Satu kata itu berhasil membuat Wonwoo kecewa setengah mati. Turun dari ranjang. Rasa nyeri yang Seokmin rasakan sudah sangat berkurang. Hidup sebagai pembunuh bayaran, membuat Seokmin bisa begitu cepat beradaptasi dengan rasa sakit.
Wonwoo menahan tangan Seokmin. "Ini kesempatan terakhirku untuk bertemu dengan Mingyu. Aku akan mengakhiri hubungan kami setelah ini. Setidaknya aku ingin melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Aku yakin kamu pun mengerti bagaimana menyakitkannya ini. Kamu menyukai gadis yang mereka bawa itu, kan?"
"Tapi tempat itu tidak ramah sama sekali, Jeon Wonwoo!" Seokmin marah. Berucap lantang. "Sekali masuk, kamu tidak akan pernah bisa keluar lagi dari sana. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu, kalau Mingyu tidak ada."
"Mingyu juga tidak ada di sana? Jadi di mana dia?"
Seokmin merentangkan telapak tangan. Meminjam ponsel genggam Wonwoo. Buka aplikasi note. Menuliskan alamat lengkap di sana. "Tolong bantu aku. Kali ini saja. Jika dalam lima jam ke depan aku tidak kembali ke rumah sakit ini bersama Jisoo, tolong hubungi polisi dan minta mereka datangi alamat ini. Bisa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...