Bertambahnya jadwal harian, tidak serta merta membuat Jisoo melupakan kewajiban lama. Bangun di pagi-pagi buta, menyiapkan sarapan, membangunkan Seokmin. Kegiatan yang sudah bertahun-tahun dilakoninya. Tanpa diperintah. Dengan suka rela Jisoo lakukan karena merasa telah memiliki banyak hutang budi kepada Seokmin. Merasa tidak akan pernah bisa membalas kebaikan sang paman angkat, sebisa mungkin Jisoo berperilaku baik agar setidaknya tidak membuat kehidupan Seokmin jadi bertambah susah karena keberadaannya.
Tentu pembangkangan yang dilakukan Jisoo kemarin tidak masuk ke dalam daftar. Jisoo malah menyimpan misi penting di dalamnya. Tidak mau terlalu lama membebankan Seokmin. Ingin cepat hidup mandiri, lalu memulai hidup sebagai manusia sebatang kara tanpa menyusahkan orang lain.
Jisoo akan meninggalkan Seokmin?
Ya, tapi tidak dalam waktu dekat. Ia akan tetap berdiri di samping Seokmin sampai dunia memberi kode kepada Jisoo agar ia segera pergi.
Kapan waktu itu akan tiba?
Jisoo mengangkat bahu. Juga tidak tahu. Ada kemungkinan masih sangat lama, tapi juga tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat. Tergantung kapan Seokmin menemukan pendamping hidup. Kapan pun itu, Jisoo harus siap pergi. Tidak mau membebani kehidupan rumah tangga Seokmin dengan kehadirannya.
Beberapa potong roti panggang selai nanas telah siap disantap. Dua gelas susu hangat juga sudah siap untuk diminum. Jisoo tersenyum puas melihatnya. Menata seluruhnya di atas meja. Mengembalikan beberapa bahan makanan kembali ke tempat asal. Bergegas mendatangi kamar Seokmin. Mengetuk sebelum membuka.
"Paman... Ayo kita sarapan!"
Kamar berukuran besar itu terasa sangat sunyi, gelap dan dingin. Samar terdengar percikan air dari dalam kamar mandi. Jisoo senyum. Tanpa ragu masuk ke dalam. Membuka korden, merapikan ranjang yang sudah tidak berbentuk lagi. Kemarin malam Seokmin memang tidur di kamar Jisoo. Tapi lelaki bermarga Lee itu kembali ke kamarnya sendiri, begitu jarum pendek jam dinding menyentuh angka empat.
Lalu, kegiatan merapikan kamar itu selesai bertepatan dengan Seokmin yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Tumben sekali Paman bangun sebelum aku bangunkan," kata Jisoo. Meledek. Mendatangi Seokmin. Hanya menutupi bagian bawah tubuhnya yang basah mengenakan sehelai handuk. Tetes demi tetes air turun hingga membasahi lantai. Tanpa ragu Jisoo menepuk pergelangan tangan Seokmin. "Ow... Tubuh Paman semakin bagus. Ototmu semakin besar. Kapan Paman pergi ke gym? Kenapa tidak pernah mengajakku? Aku juga mau, supaya terlihat seksi."
Seokmin menjauhkan lengannya dalam sekali tarik. Raut wajah tidak menggambarkan perasaan apa pun. Sulit terbaca. Menarik dagu Jisoo ke atas. Membuat Jisoo menelan ludah. Jarak wajah mereka sudah terlalu dekat. Hingga dapat merasakan hembusan napas satu sama lain. Dengan suara parau Seokmin berucap. "Ini masih pagi. Jangan macam-macam. Aku lapar."
Jika orang dewasa yang mendengar perkataan Seokmin, pasti tafsiran yang tersembunyi di balik kalimat tersebut dapat dengan mudah dimengerti. Sungguh salah jika kalimat ambigu ini dikatakan kepada Jisoo. Gadis itu pasti menangkap hal yang sesuai dengan kecapaian otak polosnya.
Jisoo mengangguk. Menarik dagunya. Tersenyum riang. "Makanya aku ke sini. Aku sudah selesai memasak. Hanya roti, sih... Tapi aku jamin rasanya enak." Menciptakan jarak, mendorong tubuh Seokmin. Menepuk punggung polos paman kesayangannya itu pelan. "Cepat berpakaian yang rapi. Aku tunggu di dapur, oke?"
Bahkan Jisoo sedikit melompat dan berlari kecil saat beranjak dari kamar Seokmin. Membuat Seokmin meringis, merutuk, kesal bukan main. Anak itu terlalu pandai mempermainkan naluri lelaki Seokmin. Karena sudah tidak ada orang lain di sana, tanpa segan Seokmin menjatuhkan handuk yang menjadi satu-satunya kain penutup tubuh. Buka lemari, ke sana-kemari mengumpulkan pakaian yang hendak ia kenakan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...