Seungcheol menikmati paginya yang tidak nikmat. Tidak ada yang berbeda, tidak ada yang lain, tidak ada keistimewaan. Wajar saja jika Seungcheol menyebutnya pagi yang tidak nikmat. Satu-satunya kenikmatan yang dapat ia rasakan adalah kehadiran Yoon Jeonghan. Bukan sekadar kenikmatan seks yang selalu berhasil membuat ia mengerang nyaring. Namun kenikmatan abadi yang sangat jarang atau bahkan mungkin tidak mungkin pernah ia rasakan jika itu bukan seorang Yoon Jeonghan.
Dada Seungcheol gemetar kala menarik napas dalam-dalam. Dari warna langit, dapat diprediksi bahwa hujan akan turun. Sebentar lagi. Langit telah mengubah warnanya dengan sangat cepat. Padahal saat pertama kali Seungcheol mulai memasuki ruangan pagi ini, cuaca masih nampak cukup terik dan berhasil mengucurkan beberapa tetes keringan di keningnya meski belum menyentuh jam delapan.
Cucuran keringat. Seungcheol tersenyum. Semakin lama senyum itu terlihat semakin lebar kala memikirkan kata cucuran. Tapi bedanya, cairan yang berada dalam otaknya sekarang adalah darah. Cairan berwarna merah pekat bersama bau amis yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Sudah tidak terhitung berapa liter darah yang mengucur keluar dari tubuh para korbannya. Mungkin bak mandi tidak akan muat untuk menampung, mengingat jumlah korban mereka yang tidak bisa dikatakan sedikit. Selama enam belas tahun terakhir.
Enam belas tahun terakhir. Bukan Seungcheol sepenuhnya. Ia hanya bertugas sebagai penerus, dan sudah melakukannya selama delapan tahun. Sebelum itu, Ayah Seungcheol adalah sang pemimpin yang sebenarnya. Bagaimana kisah bisnis menakjubkan ini bisa berpindah tangan ke ahli waris tunggal Choi Seungcheol juga bukan sebuah drama. Hanya kejadian kecil yang berhasil mengubah hidup seseorang.
Choi Seungcheol yang malang. Ayahnya pergi bahkan sebelum Seungcheol belajar banyak. Sekali lagi harus diulangi. Yoon Jeonghan-lah yang berhasil membantu Seungcheol berdiri saat tidak ada satu pun tongkat yang tersedia untuk ia bertumpu.
Terdengar ketukan pintu. Seungcheol berharap seseorang yang datang adalah gadis yang sedari tadi ia pikirkan. Namun begitu orang itu dipersilakan masuk, Jihoon-lah yang berada di ambang pintu. Masuk sambil memeluk setumpuk kertas di depan dada. Membungkuk sebelum menjelaskan kedatangannya. "Saya sudah berhasil mengumpulkan semua data yang Tuan pinta. Daftar target kita di tahun 2009."
Setebal kamus ensiklopedi. Memandangnya saja Seungcheol malas. "Kamu juga membuat daftar namanya?"
Jihoon mengangguk. Selama lima tahun bekerja di sana, membuatnya begitu hafal dengan semua tugas tanpa harus diminta dan diucapkan secara detail. Menyerahkan daftar yang Seungcheol pinta. "Ini daftar nama target, beserta keterangan halaman kertas mana yang harus Anda buka jika hendak memeriksa."
Setiap nama diberi keterangan yang berbeda. Dari A-1, hingga Z-3. Hong Jisoo adalah titik pencarian. Seungcheol menyeringai kala menemukan nama Hong lainnya. Hong Myunsoo. Keterangan lengkapnya terdapat di lembaran R-2.
"Untuk kasus yang satu itu, pembunuhan dilakukan karena ia sempat melihat transaksi kita di perbatasan. Tanggal, jam, lokasi, sampai siapa yang bertugas untuk membunuh semuanya lengkap ada di sana," Jihoon kembali menjelaskan.
"Kasus pembunuhannya ditutup karena pihak keluarga tidak mengizinkan polisi untuk melanjutkan kasus." Seungcheol membaca banyak tulisan di sana. Membuat keningnya mengerut. Semakin banyak yang terbaca, keterangan yang ada di sana semakin aneh. "Pihak keluarga? Di sini pihak keluarga Hong Myunsoo satu-satunya adalah putrinya yang berumur enam tahun."
"Benar," Jihoon mengangguk yakin.
"Bagaimana bisa permintaan seorang anak kecil didengar oleh kepolisian?"
Dan untuk pertanyaan ini, Jihoon tidak sanggup menjawab. Mata Seungcheol menyalang. Terus mendesak jawaban. Jihoon membungkuk. Meminta maaf. "Tidak ada keterangan mengenai hal tersebut. Satu-satunya informasi yang saya dapat, anak itu memiliki pendamping. Menemaninya selama mengurus proses penyelidikan polisi hingga pemakaman target. Tapi tidak ada yang tahu siapa dia. Dan anehnya lagi, anak itu menghilang tanpa jejak usai pemakaman dilaksanakan. Bahkan tetangganya pun tidak ada yang tahu anak itu pergi ke mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo bertahan. Seokmin adalah buku diary-nya, hanya itu yang Jisoo rasakan. Akan tetapi, tanpa Jisoo tahu, S...