Bismillah, semoga cerita kali ini saya selalu istiqomah dalam alur yang dibuat. Bantu up cerita ini ya sayangku🥰 Selamat membaca semua!💜💜💜
🍁🍁🍁
Duduk di atas kasur dengan posisi menyender. Tangannya sibuk bermain di ponsel dengan tatapan sesekali melirik televisi di dinding yang menyala. Ruangan yang dingin menambah kadar kemalasan gadis enam belas tahun untuk rebahan semakin rekat. Memeluk bantal yang terasa dingin. Jam menunjukan pukul enam pagi, namun ia masih asyik bergelung dengan selimut.
Ivona namanya.Si gadis berambut pirang berkulit putih pucat itu menaruh asal ponselnya di kasur. Ia mengambil remote televisi dan mematikannya. Membaringkan tubuhnya, mencoba mencari posisi yang enak untuk melanjutkan tidur di Sabtu yang bebas ini.
"Tidur sampe sore." gumamnya lirih.
"Von, bangun!"
Ivona membuka mata. Mengerang sebal mendengarnya. Ia mengabaikan seruan dari luar kamar. Menutup kambali matanya, tidur sepanjang hari adalah pilihan yang terbaik di hari Sabtu.
"Ivona! Ayah tahu kamu udah bangun."
Setelahnya, ia tidak mendengar suara apapun lagi. Yey, ayah nyerah. Batinnya bersorak girang. Ia tahu jika ayahnya tak mungkin masuk ke kamar jika hari Sabtu. Itu perjanjiannya. Ia pun mencoba kembali tidur. Hingga kegelapan mengambil alih tubuhnya, membawanya ke alam mimpi.
Di meja makan, Momina duduk dengan manis menunggu suaminya yang ke lantai atas memanggil putri mereka. Melihat suaminya sorang diri, membuat Momina tersenyum geli. Sesuai dugaannya, ia pun sudah menyendok nasi hanya untuk dirinya dan suami. Matanya memperhatikan bagaimana Daniel, duduk di kursi dan langsung minum air.
"Ivona kebiasaan kalau weekend."
Momina tertawa kecil menanggapi. "Biarin aja, Yah. Sabtu itu harinya dia. Dari Senin sampai Jum'at capek di sekolah. Ya, 'kan?"
Daniel mencibir. Ia mulai memakan makanannya. "Di sekolah juga dia belajar gitu-gitu aja."
"Capek, Yah. Dari pagi sampe jam empat di sekolah. Nyampe rumah maghrib." bela Momina membuat Daniel merenggut kesal.
"Terserah."
Keduanya melanjutkan makan. Baru beberapa sendok makan, keduanya melihat sosok lelaki jangkung berjalan santai menuju mereka. Momina mengambil tisu dan mengelap mulutnya. Daniel berdecak saat sosok tersebut mencium pipi istrinya dengan lancang.
"Pagi, Bunda Mom."
Momina mengecup keningnya sebagai balasan. "Pagi, Ravid."
Ravid menatap Daniel yang cuek saja. Ia bertanya dengan iseng, "Ayah mau dicium juga?"
Daniel menatap kesal Ravid. "Pulang sana! Pagi-pagi udah keluyuran."
"Yah." tegur Momina yang sudah kembali makan.
Ravid tertawa senang karena berhasil memancing Daniel. "Sama anak sendiri kayak gitu. Ya, Bun?"
"Iya."
"Anakku cuma satu, Ivona."
Ravid memasang wajah sedih. Berpura-pura limbung dan menjatuhkan diri di kursi. "Ayah jahat banget!"
"Drama!"
Ravid merengek pada Momina. "Bunda."
"Ayah ih, Ravid anak kita loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Watch Me!
Teen Fiction❝Mengejar hal yang patut dikejar dan merelakan apa yang dirasa tidak bisa digapai.❞ 🍁 Perjalanan hidup masing-masing tokoh dengan garis tangan yang sudah ditakdirkan. Kisah rumit yang memiliki penyelesa...