Bab 11 : Kejadian Yang...

96 19 0
                                    

Nada dering alarm dari ponsel yang menggema membuat dua manusia berbeda gender itu menggeliat namun hanya satu yang benar-benar terbangun. Ivona langsung membuka mata dan mengambil ponselnya di atas nakas. Ia pencet tombol power sekali dan alarm tersebut langsung mati seketika. Ia turun dari ranjang, menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.

Keluar dari kamar mandi, ia menjerit senang melihat sosok Ravid yang tertidur di atas kasurnya. Ia tidak menyadari jika ada orang lain yang berbagi ranjang dengannya. Mungkin karena posisinya yang berubah menjadi memunggungi sosok yang masih asyik menikmati alam mimpi.

Ivona langsung menerjang Ravid di ranjang dan memeluknya erat. “Ih, dasar nakal. Gak bilang-bilang!” Ravid mengeluarkan protes kecil dengan tidak sadar karena merasa tidurnya terganggu.

Ivona tetap memeluk walau yang dipeluk merasa terganggu tidurnya. “Ayo bangun! Kita ke bawah. Bentar lagi jam dua belas.” katanya sambil menekan-nekan pipi Ravid sebagai upaya membangunkan.

“Rav!” desisnya.

“Nanti pagi aja, Vo. Ngantuk.”

“Ngapain ke sini kalau gak mau ikut ngasih surprise ke ayah?!” omelnya kesal kemudian berlalu meninggalkan Ravid.

Ravid membuka mata begitu pintu ditutup dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Ia nyengir setelah matanya terbuka dengan satu efek bangun tidur lalu berdiri untuk menyusul Ivona. Tak lupa mematikan AC sebelum keluar kamar setelah sebelumnya ia mencuci muka dan menggosok gigi.

Ravid menemukan Ivona di dapur sudah membawa kue dua tingkat di tangannya. “Rav bantu apa?”

“Nih pegang.”

Ivona menyerahkan kue kepada Ravid lalu mengambil topi berbentuk kerucut dan membantu memakaikan seperti dirinya yang sudah memakai topi tersebut. Ia juga membawa dua topi lainnya untuk dikenakan oleh kedua orang tuanya nanti. Ravid berjalan di depan dengan didorong kecil oleh Ivona. Setibanya di depan kamar, Ivona mengetuk pelan pintu kamar.

Terdengar bunyi kunci diputar, lalu muncul Momina dengan rambut setengah basah dan memakai baju tidur yang berbeda dengan yang tadi dipakai sewaktu ke D’A Cafe. Momina langsung memakai  topi yang diserahkan oleh Ivona beserta konfeti setelah ia membuka pintu. Mereka masuk dan pemandangan yang dilihat kedua anak SMA itu adalah Daniel yang tidur dengan posisi salah satu kaki tertekuk naik di atas ranjang.

Tangan kanan Ivona sudah memegang ponsel dengan senter yang menyala bersiap merekam sedangkan tangan satunya memegang terompet mini. Sama hal dengannya, mulut Ravid sudah disumpal terompet oleh Ivona. Momina memberi arahan saat jam menunjukan beberapa detik lagi berubah hari, ia langsung membuka konfeti dan meledak di udara. Bersamaan dengan itu, Ivona dan Ravid meniup terompet kecil.

Daniel sontak bangun dari tidurnya karena terkejut. Ia duduk dengan tegap di atas kasur. Matanya menatap linglung ketiga orang yang mengelilinginya. Tak ambil pusing, ia kembali melemparkan diri ke atas kasur namun Momina memegang tangannya hingga ia kembali duduk tegap. Ketiganya mulai menyanyikan lagu selamat ulang tak mengindahkan Daniel yang masih setengah sadar.

“Yey, tiup lilinnya, Ayah!”

Daniel menuruti seruan Ivona setelah lagu berakhir. Ia meniup lilin berangka empat puluh sembilan yang disodorkan Ravid. Ia kembali membaringkan tubuh di atas kasur. Momina ikut berbaring dan menepuk pipi Daniel gemas.

“Apa doanya?”

“Bunda hamil.” katanya dengan tidak sadar.

Ivona menahan napas dengan muka bingung. Ravid mengerutkan kening mendengarnya. Mata Momina mengedip tiga kali. “Aamiin,” katanya seraya tersenyum kecil lalu mencium pipi Daniel guna membangunkan pria itu. “bangun, ayo makan kue.”

Watch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang