Begitu sampai di parkiran sekolah, Ravid mengulurkan tangannya untuk menerima helm yang biasanya akan Ivona serahkan kepadanya. Namun hari ini berbeda, Ivona menaruh helm yang dipakainya tadi di jok tanpa memberikannya ke Ravid.
“Vo duluan.”
Ravid menahan tangan Ivona. “Kok gitu? Bareng. Tunggu bentar.”
Ravid mengangkat helm yang Ivona taruh di atas jok motor. Ia masukan helm tersebut ke dalam bagasi, begitupun dengan helmnya. Mereka berjalan beriringan. Ravid menatap kedua tangan Ivona yang memegang erat pinggiran tasnya sehingga mereka tidak bergandeng tangan. Ia hendak bertanya, namun segera mengurungkannya.
“Dah, Rav.”
Ravid mengamati Ivona yang langsung masuk kelas tanpa adegan cium kening dan cium tangan seperti biasa. Ia bersandar di pintu sambil melipat kedua tangan di depan dada. Ivona tampak abai dengan sekitarnya. Gadis itu bahkan langsung membuka tas dan mengeluarkan beberapa buku yang ia yakini mata pelajaran pertama.
Mettasha membalik ponselnya di atas meja. Ia menatap Ivona. “Vo.”
“Ya?”
“Ada masalah?”
“Gak ada.”
Mettasha mengangguk. Ia tak memaksa agar Ivona membuka mulut. Jadi ia hanya mengeluarkan satu kata, “Oke.”
“Mau ke kantin? Gue lupa bawa minum.”
“Ayo.”
Keduanya bangkit. Mata Ivona bersitubruk dengan mata cokelat milik Ravid. Ivona tak mengeluarkan suara saat melewati Ravid. Mettasha pun diam saja. Keduanya berjalan menuju kantin. Ravid mengikuti dua gadis yang berjalan di depannya. Mettasha dan Ivona tentu sadar jika Ravid mengikuti mereka, namun keduanya mengabaikan keberadaan remaja itu.
“Lo mau jajan apa?”
“Liat nanti.”
“Oke.”
Tak ada yang membuka suara setelahnya. Menuruni lima anak tangga di koridor menimbulkan suara yang cukup nyaring karena koridor dalam keadaan sepi. Mettasha menoleh sekali ke belakang, ia menemukan jika Ravid hanya fokus pada Ivona.
Sesampainya di kantin, Mettasha langsung mengambil air mineral botol dan juga jajanan ringan lain. Ia membayarnya kemudian duduk di kursi. Ivona tampak bingung memilih jajanan yang ada. Ravid yang berdiri di belakangnya mengambil dua buras dan menaruhnya di atas telapak tangan Ivona.
“Beli itu. Vo makan dikit tadi.”
“Hm.”
Ivona membayar sekaligus air mineral kemasan gelas yang sekalian ia ambil karena minumnya ada di kelas. Ia duduk di hadapan Mettasha yang sudah lebih dulu memakan kudapannya. Mettasha mendongak agar dapat melihat Ravid yang setia berdiri di belakang Ivona.
“Duduk, Rav.”
“Makasih.”
Mettasha mengangguk kecil sebagai respon. Melihat Ravid yang tetap berada di posisinya membuat ia hanya dapat tersenyum kecil. Ivona membuka buras yang masih hangat dan memberikannya untuk Ravid tanpa menoleh. Ravid menerimanya dengan senang hati. Ia lalu membalik badannya dan mencoba duduk di kursi yang Ivona duduki.
“Majuan dong.”
“Kursi masih lega kanan kiri!”
“Majuan, Vo.”
Ivona menuruti Ravid. Ia memajukan duduknya agar Ravid bisa duduk juga. “Ngaco ih.” Mettasha tertawa mendengar perdebatan keduanya.
“Biarin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Watch Me!
Teen Fiction❝Mengejar hal yang patut dikejar dan merelakan apa yang dirasa tidak bisa digapai.❞ 🍁 Perjalanan hidup masing-masing tokoh dengan garis tangan yang sudah ditakdirkan. Kisah rumit yang memiliki penyelesa...