Sehari setelah pulang dari Cirebon, Ivona kembali masuk sekolah bersama Ravid yang menjemputnya menggunakan motor. Pukul enam lebih empat puluh menit, keduanya sudah ada di parkiran sekolah. Ivona turun dari motor dan menyerahkan helm kepada Ravid. Keduanya lalu berjalan berdampingan menuju kelas. Beberapa siswi yang berpapasan mereka saling berbisik sambil menatap Ivona membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Ivona bertanya dengan berbisik pada Ravid, “Ada yang aneh sama Vo?”
“Gak ada.”
“Yang bener, Rav!”
“Beneran. Biarin aja.”
“Seriusan?”
“Iya.”
Ravid meninggalkan Ivona di kelas dan pergi ke kelasnya. Saat memasuki kelas, semua murid yang sudah datang pun menatapnya aneh. Menaruh tas di atas meja, Ivona langsung menatap Mettasha yang juga sudah menatapnya lebih dulu.
“Mett, kenapa sih?”
“Lo...” Mettasha yang tampak ragu mengatakan sesuatu membuat Ivona semakin tak nyaman. “lo jadi bahan omongan satu angkatan. Bahkan mungkin adik kelas juga udah tau.”
“Kok bisa?”
“Soalnya ada gosip yang gak enak.”
“Gosip gimana?”
Mettasha mencondongkan tubuhnya ke arah Ivona dan berbisik, “Gosip lo nyuri uang Nica dari ATM dia.”
Ivona mengerjap bingung, ia bertanya lirih pada dirinya sendiri, “Nyuri gimana?”
“Gue gak tau gimana lengkapnya. Tapi pas hari pertama lo gak masuk, kabar itu udah kesebar. Masalahnya, kabar itu dibarengin foto sama video lo juga yang ngebuat anak-anak tuh percaya gak percaya.”
“Maksudnya?”
Sebelum Mettasha menjelaskan lebih rinci, Ravid masuk ke kelas dengan muka khawatir. Ia menarik tangan Ivona dan membawanya ke luar kelas.
“Vo.”
“Ya?”
“Jangan khawatir ya?”
“Ini kenapa sih? Vo enggak ngapa-ngapain!” serunya kesal. “Rav tau sesuatu? Tadi Metta bahas foto sama video.”
“Itu...” Ravid menatap mata Ivona yang terlihat jelas jika dirinya kesal. “waktu istirahat kedua sehari sebelum kita izin sekolah, Vo ngapain sama Nica?”
“Nica? Yang anak IPS itu?”
Ravid mengangguk.
“Dia sakit, Vo temenin nunggu jemputan.”
“Terus?”
Sebelum sempat menjawab, Pak Tofan selaku guru BK menghampiri keduanya. “Ivona, telepon orang tua kamu untuk datang ke sekolah sekarang. Dan kamu, ikut bapak ke ruang BK.” Ivona tampak linglung, ia tak mengerti!
Mau tak mau, ia mengikuti langkah Pak Tofan yang sudah duluan dan mencoba menghubungi Momina. Ravid mengumpat seketika dan menyusul Ivona dengan sedikit berlari. Momina menyanggupi untuk datang ke sekolah bersama Daniel guna memenuhi panggilan dari sekolah. Ravid dan Ivona langsung masuk ke ruang BK yang sudah diisi oleh dua guru BK lainnya, wali kelasnya, guru ekonomi yang merupakan wali kelas IPS 3, seorang wanita paruh baya, dan Nica tentunya. Ravid berdiri di samping Ivona.
“Duduk Ivona.”
Ivona mengambil duduk di depan Nica setelah mendengar Pak Tofan berbicara. Ia menatap Nica dengan tidak mengerti dibalas tundukan kepala oleh gadis itu. Wanita paruh baya yang duduk di sebelah Nica menatapnya dengan pandangan mencemooh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Watch Me!
Teen Fiction❝Mengejar hal yang patut dikejar dan merelakan apa yang dirasa tidak bisa digapai.❞ 🍁 Perjalanan hidup masing-masing tokoh dengan garis tangan yang sudah ditakdirkan. Kisah rumit yang memiliki penyelesa...