Bab 15 : Pria Memang Membingungkan

115 20 10
                                    

“Vo, kenapa dari tadi ayah ngomong dicuekin?”

Ivona yang sedang melamun langsung menegakan tubuhnya saat tangan besar dan hangat Daniel menyentuh pipinya.

“Vo capek.”

“Makan dulu. Nanti siang kita main ke happy zone, gimana?”

“Males, Yah.”

Ivona kembali menyandarkan tubuhnya pada kursi yang didudukinya. Mereka sedang berada di salah satu restoran yang buka dua puluh empat jam. Daniel mengambil piring Ivona dan menyendok lalu mengarahkan ke mulut Ivona.

“Buka mulutnya. Ayah suapin.”

“Vo udah gede juga.” protesnya.

“Susah disuruh makan. Aaa...”

Ivona membuka mulut dengan terpaksa. Ia mengunyah dengan pelan. Matanya menatap Ravid yang tampak asyik dengan makanannya. Momina pun menikmati es campur yang dipesannya. Mata Ivona beralih pada Daniel yang sedang memegang piring makannya.

“Ayah gak kerja?” tanyanya sebelum menerima suapan dari Daniel.

“Bolos.”

Momina yang mendengar itu memutar bola matanya malas. “Anaknya disuruh bolos sekolah. Ayahnya ikutan bolos ngantor juga.” cibir Momina yang dibalas raut muka penuh ejekan dari Daniel.

“Sesekali, Bun. Capek sekolah terus.”

Momina memelototi Ravid yang menyeletuk. “Terus gak mau sekolah gitu kalau capek? Mau jadi apa?”

“Jadi orang.”

“Males ngomong sama tiga orang yang gak jelas.” kata Momina sudah jelas siapa saja yang ia maksud dengan tiga orang itu.

Daniel kembali menyuapi Ivona dengan telaten. Ia bahkan mengelap tangan Ivona yang sedikit kotor karena tadi mengelap bibirnya. Ia mengaduk sedikit nasi dan lauk agar tercampur. Tangannya mengambil gelas miliknya dan meminum minumannya.

“Sini Vo makan sendiri.”

“Ayah aja yang suapin. Aaa... lagi.”

Ivona menurut. Ia lalu tersedak saat melihat sosok yang tak ia duga duduk di depan mejanya. Ivona menepuk-nepuk dadanya karena terasa sakit akibat tersedak tadi. Daniel menyerahkan air mineral kepada Ivona dan tangan satunya memukul-mukul punggung Ivona dengan pelan.

“Hati-hati, Kak.”

Ivona mengangguk saja. Ia putuskan kontak mata yang sempat terjalin dengan sosok pria di meja seberang sana. Daniel kembali menyuapi Ivona, kali ini porsinya ia kurangi dari yang tadi. Ravid menoleh ke belakang dan menemukan sesosok yang nampak tak asing namun tak ia ingat.

“Siapa?”

“Yang mana?” tanya Ivona pura-pura tak tahu.

Ravid berdecih. “Oh! Rav inget!”

Ivona menggigit bibir atasnya. “Siapa?”

Ravid mengangkat bahunya abai.

“Nyebelin!”

“Jangan ganggu Vo makan!” tegur Daniel dengan nada tinggi membuat Ravid cemberut.

“Jangan bentak putraku!” bela Momina membuat Ravid tersenyum.

Daniel dan Momina bertatapan dengan tajam. Lalu keduanya memalingkan wajah dengan serempak. Ivona tertawa dengan lepas membuat Momina dan Daniel saling tatap. Ravid menyuap sambil memperhatikan tawa Ivona yang belum surut. Ivona menghentikan tawanya setelah merasa perutnya sakit.

Watch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang