Bab 2 : Bersama Tanpa Jarak

482 56 3
                                    

Bantu up cerita ini ya💜💜💜
Selamat membaca wuf💕
🍁🍁🍁

Ivona berlari kecil setelah turun dari mobil. Ia memeluk Qiana, ibunda Ravid yang sudah merentangkan tangannya setelah melihat kedatangan mereka.

"Vo kangen Mama Qi."

Qiana tersenyum. "Mama kangen gak ya?" tanyanya pada diri sendiri, menggoda Ivona.

Ivona merengek. "Mama ih!"

Qiana mengelus punggung Ivona. "Mama kangen kamu melebihi apapun, Ivona Renoa Taleetha. Putri mama yang paling cantik."

Wajah Ivona merengut mendengarnya. "Memang mama punya anak cewek lain selain aku?"

Qiana tertawa mendengar nada cemburu Ivona. "Enggak dong, Sayangnya Mama. Kalau Rav nikah baru mama punya anak perempuan selain kamu. Ya kan?"

"Hati Vo tertusuk mendengar mama mengharap menantu lain. Vo kan pacar Rav, Ma," Qiana terkekeh mendengar ucapan ngawur Ivona. "ya 'kan, Pacar?"

Ravid mengangguk lalu mencium pipi ibunya.

"Ma, makan yuk!"

Qiana menatap Ivona. "Belum makan?"

"Sengaja gak makan. Mau makan masakan mama." jelasnya.

Qiana menggaruk pelipisnya. "Mama belum masak lagi. Lauk sarapan tadi udah habis. Bentar ya, tunggu mama masak makannya."

"Oke, Ma!"

Qiana menggiring keduanya masuk. Ia langsung pergi ke dapur untuk masak. Sementara itu, Ravid dan Ivona langsung duduk di kursi ruang tamu yang terbuat dari kayu. Kursi itu cukup luas, bisa dipakai tiduran. Ivona menyender, membiarkan Ravid tiduran dengan menggunakan pahanya sebagai bantal. Keduanya langsung menyalakan televisi yang menayangkan kartun.

"Ma, jangan yang lama-lama masaknya. Rav laper banget. Terakhir makan kemarin siang." kata Ravid dengan sedikit berteriak.

"Suruh siapa tadi malem gak makan. Pagi juga diajak sarapan gamau." balas Qiana santai.

Lima menit kemudian, Qiana datang dengan membawa piring. Piring tersebut berisi gorengan bulat yang aromanya menguar. Ia menaruhnya di kursi, di belakang tubuh Ravid yang posisi tubuhnya miring menatap televisi.

"Nyemil itu dulu aja. Gorengan tadi pagi. Anget, udah mama panasin." kata Qiana kemudian berlalu pergi kembali ke dapur.

Ivona maupun Ravid menyomot gorengan anget tersebut. Mereka makan dalam diam. Saat iklan, Ravid mengalihkan pandangan dan menatap Ivona yang tetap menatap layar televisi walau iklan. Ia tersenyum geli, untuk apa Ivona menonton iklan padahal ia yakin semua iklan di tv sudah Ivona tonton.

Ivona menunduk. "Kenapa ketawa?"

"Gak, Ivo lucu?"

"Masa sih, Pacar?"

Ravid menggigit gorengan dan menahannya di mulut. Tangannya yang berminyak mencubit kedua pipi Ivona. Gadis itu merengek karena pipinya terkena dengan minyak. Ia mencibir saat Ravid melepas cubitannya.

"Gemes banget sih pacar Ravid."

"Tau ah, minggir! Mau cuci muka."

Ravid manut.

Ivona berjalan ke wastafel yang di antara kamar mandi dan dapur. Tidak ada sekat yang memisahkan ruang keluarga dengan dapur. Setelah mencuci muka lalu tangannya, Ivona menuju Qiana yang sedang mengupas kulit udang.

"Vo bantu, Ma."

"Oke, tolong lanjutin potong bawang putih."

Ivona melakukannya dengan wajah sebal. "Kenapa bawangnya gak digerus aja sih, Ma? Bawang putih diiris kan gak enak."

Watch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang