2

152 9 4
                                    


Abel mengendap-endap menuju kelas, memastikan guru jam terakhir benar-benar sudah keluar kelas atau belum.

Sedangkan alan hanya mengikuti dibelakang cewek itu dengan langkah santai.

Abel balik badan, lalu menghela napas lega.

"Gimana? Kelas aman?", tanya alan.

Abel tersenyum senang, mengacungkan jempolnya.

Mereka berdua lalu melangkahkan kaki masuk kelas.

Masih terdapat beberapa anak yang berada di kelas. Entah piket atau malah bergosip ria.
Contohnya mila dan husna.

"Weshh habis kemana buk, kok baru balik?", tanya mila saat menyadari kehadiran abel.

"Hehe dari alam barzah",

"Hush bel", husna tergelak.

"Habis mabal lo? Eh ntar, sama alan?", tanya mila heran.

Abel hanya menggedikan bahu tidak peduli.

"Loh bila sama nisa udah balik?" tanya abel mengalihkan pertanyaan.

"Bila udah balik sama ryan. Kalo nisa, tau sendiri lah, pasti pergi pacaran dulu sama hafi", jawab husna.

"Bila pulang bareng ryan? Gilak gilak. Udah lampu ijo aja tu anak. Lo kapan, na? Hahah",

Husna melirik ke abel sinis.
"Brisik banget si lo. Gilak gilak. Abel habis mbolos sama alan? Kalian diem-diem deket ni? Sejak kapan bel?", balas husna tidak mau kalah.

"Iya bel. Ko bisa si. Lo second habis faza ni ceritanya? Eh tapi mereka kan belum putus",

"Hih kalian berdua apaan si, gue tu...",

Belum selesai abel menjelaskan, alan malah menghampiri meja mereka.

"Bel, dipanggil",

"Ha? Dipanggil siapa?",

"Lo sama gue dipanggil BK. Sama devan faza juga. Tuh mereka udah nunggu", mata alan seolah menunjuk ke ambang pintu tempat devan dan faza berdiri.

Abel yang terlalu peka atau memang faza berniat melayangkan tatapan tidak terima dan mungkin, cemburu?

Apasih liatnya gitu banget. Apa? Nggak terima gue mbolos bareng sama alan? Cih cemburu lo? Padahal kan lo duluan yang selingkuh sama devan.

Abel sangat ingin memaki faza saat itu juga, tapi dia lebih memilih diam sambil melangkah mengikuti alan.

Husna dan mila yang melihat itu malah tertawa.

"Duhh ketauan deh. Hahah",

"Tapi asli tega banget tu yang ngelaporin. Apalagi devan ketos lho",

"Halah, yakin deh. Paling devan nanti buat alesan super ngeles nya biar nama nya tetap bagus di depan para guru", ceplos mila.

"Nggak boleh nuduh mil",

"Lho emang bener ko. Aduh lupa, mau gue jelek-jelekin devan sampe kek tai tetep keliatan bagus ya dimata lo. Duhduhh CINTA BUTAA",

Husna memukul pelan bahu mila dengan buku didepannya.

"Enak aja kalo ngomong",

Tidak asing lagi kalau seorang ketua osis memiliki banyak penggemar. Pun itu yang terjadi pada devan. Mempunyai badan bagus, otak encer, dan muka tampan menambah nilai ples bagi cowok itu.

Dan memang husna adalah salah satu penggemar devan.

"Udah lah, na. Cinta lo tu cuma sebatas halu. Cari yang lain sana. Atau mau sama sam nggak tu?",

pelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang