"Hufft piket sendiri lagi", husna kemudian mulai menaikkan kursi ke meja satu persatu.Belum ada setengah, dia sudah mengeluh.
"Gilak! Ya kali lima puluh kursi gue angkat sendiri! Bisa potek ni bahu!", gerutu husna sambil merenggangkan ototnya yang kaku, tapi gerakannya berhenti saat terdengar suara...
"Ekhem",
Husna terdiam, mematung.
"Lo nyapu aja", dia devan, yang sekarang sedang melanjutkan pekerjaan husna tadi.
Husna mengangguk patah-patah, dalam hati menggeram kesal.
Njiir kenapa harus dia si?! Malah jadi canggung gini
Tidak ingin membuang waktu, cewek itu segera mulai menyapu kelas. Sesekali melirik devan yang terlihat sudah kelelahan.
Devan mengusap dahinya yang berkeringat. Kancing seragam yang sudah terbuka semua, sehingga memperlihatkan kaos hitam yang dia pakai, dan kedua lengan baju yang sudah digulung, membuat husna salfok sendiri dengan penampilan berantakan itu.
Fabiayiiala. Hahah! Gini caranya piket tiap hari pun gue jabanin! Devan ko bisa ganteng gitu astaga?!
Husna terus berceloteh ria di dalam hati memuji devan.
Pasti pegel banget deh tu tangannya.
"Devvv... ayoo puuulll...angg",
Devan dan husna spontan menoleh, ternyata faza.
Merasa datang disaat yang tidak tepat, faza ikut canggung.
Sialan lo za! Ngerusak moment banget si?!
"Ehh, duh. Emm, gue tunggu di parkiran aja ya, dev!",
Faza segera berlari kecil meninggalkan kelas ix IPA 1. Sementara devan hanya menggidikkan bahu, tidak paham dengan suasana canggung tadi.
"Udah selesai?", tanya devan.
"Eh? Hah? Apanya?",
"Piketnya, na", devan menahan tawa.
"Owh. Udah ko hehe", husna kembali menggerutu.
Aduuh husna, bisa-bisa nya malah telmi gini di depan devan!
"Gue duluan",
"Eh bentar", husna merogoh tasnya, lalu mendekat ke arah devan.
Dengan agak gemetar, cewek itu menarik lengan devan, menempelkan plester koyo.
"Biar nggak pegel", husna nyengir bodoh.
Memalukan!
Belum sempat devan menjawab, cewek itu sudah duluan berpamitan, karena saking malunya.
"Gue duluan, bye!", husna ngacir keluar kelas.
Devan yang sedari tadi diam, akhirnya tertawa sendiri.
"Fans gue ada yang unik juga",
Cowok itu lalu mengambil tasnya dan segera keparkiran, menyusul faza yang sedari tadi menunggunya.
"Sori lama", kata devan kepada faza yang sedang berkutat pada ponselnya.
"Hmm santuy", jawab faza, tatapannya tidak beralih sedikitpun dari benda pipih itu.
"Lagi ngapain si serius amat", devan mencibir, membuat faza akhirnya mendongak, lalu melirik sinis.
"Kepo!", tukas faza. "Eh dev, tangan lo kenapa? Pake koyo?",
KAMU SEDANG MEMBACA
pelik
Teen Fiction"Bel, gue boleh minta tolong?" "Apaan?" "Bantu gue ngelupain faza" Dengan cara gue jadi pelampiasan lo gitu? Woe alan! Mikir dong. Dipikir gue apaan seenaknya lo jadiin pelarian!, batin abel geram. . . . . Kisah kedua tokoh yang tersesat di alur...