17

58 8 2
                                    

Abel menyampirkan ransel pink nya, lalu berjalan menghampiri Alan yang sudah siap berada di atas motor.

Cowok itu tetap diam dengan menyodorkan kepin, padahal pagi-pagi biasanya Alan akan menggoda Abel habis-habis an entah mengatakan sun-cream nya kurang rata sampai rambut Abel yang katanya belum disisir. Bahkan selalu memakaikan helm itu ke Abel.

Jangan ditanya lagi, Alan memang paling jago kalau tentang memperlakukan selingkuhan seperti pacar sungguhan.

"Lan",

"Hmm?",

"Dih ngambek",

"Dih siapa?",

"Ga liat ni mata gue sampe kayak panda gara-gara nungguin lo bales chat semalem?!",

"Alay",

Abel tidak tahan untuk tidak mengeplak bahu Alan.

"KAK AWAN!!!", teriakan Ardhan dari ambang pintu rumah Abel membuat Alan menoleh, lalu tersenyum dan melambai.

"PAGI ARDHAN!!",

"Dih sejak kapan lo jadi akrab gitu sama Ardhan?", sengit Abel.

"Dih sejak kapan juga lo udah akrab sama Zaka? Sampe udah nge date ke pasar malem",

Mendengar itu, Abel malah tersenyum geli. Jelas-jelas nada bicara Alan sangat menunjukkan kalau dia cemburu.

"Owhh iyaiya yang cemburu",

Alan menghela napas. "Bel, gue serius. Berapa kali gue udah bilang, lo jangan mau di deketin sama Zaka", dia menatap Abel dalam, seperti sangat yakin bahwa Zaka adalah suatu masalah besar.

"Suruh siapa engga bales chat gue kemarin?!",

"Suruh siapa juga lo asal terima ajakan si Zaka",

"Lo nya juga yang dateng telat", Abel tetap tidak mau kalah, membuat Alan semakin kesal sendiri.

"Naik. Sepuluh menit lagi gerbang ditutup", kata Alan santai, berbeda dengan Abel yang langsung membelalak kaget dan memukul bahu Alan, lagi.

"Kayaknya gue harus pake pelindung bahu deh", gerutu Alan.

"Hih kok lo nggak ngomong daritadi si?!",

"Lahh yang ngajak debat juga siapa?", udah lah emang gue terus yang salah. Sabar Alan tu sabar.

Abel menaiki motor itu. "Ayo cepet jalan!",

"Lahh kan kemarin udah jalan sama Zaka?",

"Laan!!",

~~~

Zaka

- satu kosong bro

Alan mematikan ponselnya, sangat tidak minat membalas chat Zaka yang jelas hanya mengompori. 

"Van, izin ke kamar mandi", ucap Alan sambil beranjak.

"Mentang-mentang ga ada gurunya, mau bolos lo?",

"Nah sip, malah dikasih saran. Tenang, gue engga bolos bareng Faza kok",

Devan hanya mendengus. Membiarkan Alan yang sudah berjalan keluar kelas.

"Han, gue mau ngomong sama lo", kata Ryan dengan nada serius lalu tanpa mendengar jawaban Jehan, sudah duluan keluar.

Jehan menggedikkan bahu, menyusul.

"Lahh ini kenapa anak kelas gue pada bolos semua? Jadi pengen", ujar Devan.

pelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang