Setelah ke sepuluh mencoba menelfon abel, akhirnya diangkat juga."Gimana, nis? Sori banget tadi sibuk",
"Sibuk ngapain si? Ini lho, udah pada ngumpul di rumah bila",
"Ha? Emang kenapa? Ada pengajian?",
"Serius ah bel. Bila daritadi belum sampe rumah, nggak bisa dihubungi juga",
"HA?! BILA ILANG?!",
"Makanya lo cepet kesini ih",
"Iya iya gue kesana sekarang",
Setelah abel datang dengan alan, semuanya berbagi tugas berpencar mencari bila. Mencari kemungkinan di sekitar sekolah.
Namun sudah hampir larut malam, bila tidak kunjung ditemukan. Papanya hendak meminta bantuan polisi, tapi tidak bisa karena hilangnya bila belum duapuluh empat jam.
Sedangkan mama bila yang daritadi sudah menangis, khawatir akan keadaan anak perempuan satu-satunya, sedang berusaha ditenangkan husna, abel, nisa, dan mila.
Alan pun mencoba menghubungi teman-teman nya untuk membantu, tapi hanya hafi yang bisa dihubungi dan gercep menyusul.
Sedangkan di sisi lain, zena terduduk lelah di trotoar, itu kakak laki-laki bila. Bajunya berantakan. Ia mengusap wajah gusar.
Cowok itu sudah tidak tau lagi harus mencari adiknya dimana. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lebih.
Meski bila sering membuat zena kesal, tidak dipungkiri dia sekarang sangat mengkhawatirkan keadaan bila.
Zena menghembuskan napas kasar, lalu memutuskan mencari bila kembali.
Dan syukurnya, semesta sedang berpihak kepada cowok itu, ketika belum ada lima langkah berjalan, mata zena menangkap sosok gadis remaja sedang duduk di sebuah halte.
Meski lampu halte redup, zena bisa langsung mengenali bahwa yang dilihatnya itu memang bila.
Bila yang masih menggunakan seragam, kepalanya menunduk.
Zena langsung berlari, menghambur memeluk bila.
"Eh... mas zen?",
Zena melepas pelukannya, menatap lurus adiknya itu. Mata bila tampak sembab.
"Mas zena ngapain disini?",
"Harusnya gue yang tanya! Lo ngapain?! Ini udah jam berapa bil? Mamah udah nangis daritadi nyariin lo, semua udah pada khawatir. Lo dihubungin juga nggak bisa!!",
"Gue lagi nggak pengen dimarahin ih", jawab bila pelan.
"Kalo tiba-tiba ada yang nyulik lo gimana?",
"Buktinya nggak kan?",
Zena yang sudah lelah tidak ingin memperpanjang perdebatan. Akhirnya mengajak bila ke tempat berkumpul orang-orang tadi.
Kedatangan bila langsung diserbu mamahnya yang masih menangis.
Sedangkan teman-teman yang lain terlihat lega.
"Maafin bila ya mah",
Mamah bila menangkup kedua pipi bila.
"Udah gapapa. Yang penting anak mamah sekarang baik-baik aja. Yuk sekarang kita pulang",
Bila hanya mengangguk dan berjalan menurut ibunya ke mobil.
Zena menghampiri abel dan yang lain.
"Emm, sori ya gais udah ngerepotin kalian",
"Santuy mas, lagian bila juga temen kita",
"Thanks ya. Gue duluan", zena yang memang membawa motor sendiri akhirnya juga ikut berlalu menyusul mobil tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
pelik
Teen Fiction"Bel, gue boleh minta tolong?" "Apaan?" "Bantu gue ngelupain faza" Dengan cara gue jadi pelampiasan lo gitu? Woe alan! Mikir dong. Dipikir gue apaan seenaknya lo jadiin pelarian!, batin abel geram. . . . . Kisah kedua tokoh yang tersesat di alur...