15

89 7 3
                                    


Hari senin adalah hari paling tidak ditunggu karena ada upacara. Ditambah cuaca panas dan amanat kepala sekolah yang sangat panjang, siapapun pasti tidak akan betah.

Seperti Abel, kebiasaannya tidak sarapan membuat cewek itu tambah menggerutu kesal karena lapar.

Pengumuman upacara akan dimulai membuat Abel segera bergegas menaruh tasnya di kelas dan berlari menuju lapangan, tidak peduli perutnya yang meronta ingin diisi.

Setelah sampai di barisan, Abel yang masih ngo-ngosan mengibaskan tangan di depan mukanya sendiri.

"Haahhh capek banget!",

Dan mungkin hari senin memang hari sial Abel, pasalnya ternyata cewek itu lupa mengenakan topi, ingin balik ke kelas mengambil, tapi di barisan paling belakang sudah ada pak Danis yang menjaga.

"Aduuh abel pinter banget! Trus sekarang gimana dong?!",

Tiba-tiba seseorang sudah memakaikan Abel topi dikepalanya. Cewek itu mendongak, lalu bertanya heran.

"Loh bil? Emang lo nggak ikut upacara? Lo sakit?", reflek Abel menyentuh dahi seseorang didepannya yang ternyata Bila.

"Enggak. Gue cuma lagi males banget. Dah pake aja topinya. Bhay! Selamat panas-panas an! Gue mau rebahan dulss di UKS",

"Haha. Ada-ada aja lo bil. Btw, thanks!",

Bila hanya mengangguk dan langsung berjalan keluar lapangan menuju UKS.

Cewek itu merebahkan tubuhnya disalah satu kasur sesampainya disana.

Memang ada beberapa bilik yang dibatasi tirai dengan masing-masing kasur. Dan untungnya masih banyak yang kosong.

"Huffftt. Gini kan enak",

Bila hanya memejamkan mata, entah kenapa akhir-akhir ini dia sangat moody-an.

Sreeekkk

Suara tirai dibuka dari bilik samping kanan bila membuat cewek itu reflek membuka mata dan menoleh.

"Bila?",

"Ry...an?",

Kampret malah ketemu disini! Aghss!

"Lo sakit?",

"Hehe", Bila hanya meringis canggung. Cewek itu malah gagal fokus dengan ujung bibir Ryan yang sobek.

"Eh, emm, bibir lo kenapa?",

"Oh ini, hasil riasan abang tiri lo",

Dahi Bila mengernyit heran.

"Dah ga usah dipikirin, salah gue juga. Eh lo sakit apa?", tanya Ryan mengalihkan topik.

"Pusing doang ko",

"Lo udah makan?",

"Emm, udah ko",

"Makan lagi aja. Siapa tau pusingnya ilang",

Apalagi kalo lo suapin, ga cuma pusing yang ilang. Raga gue sama hati gue langsung raib!

Ryan membenarkan posisi berbaring menjadi menyamping ke arah bila dengan tangan kanan sebagai tumpuan kepalanya. Cowok itu tidak berhenti menatap Bila.

Apa gue jelasin sama minta maaf sekarang ya?, batin Ryan.

Sedangkan Bila malah seolah lupa dengan kejadian dare itu, sekarang sudah seperti terbang ke atas awan karena ditatap Ryan seperti itu.

Apa yang Nu bilang benar. Bila memang dengan mudahnya bisa memaafkan dan melupakan perbuatan Ryan, bahkan rasa sukanya pada cowok itu tidak berkurang sedikitpun.

pelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang