9

98 3 2
                                    


Abel, nisa, dan husna sedang duduk-duduk di tepi lapangan basket. Tentunya tidak dengan bila karena cewek itu ijin sakit hari ini. Sedangkan mila tetap dikelas, sedang malas keluar katanya.

Suasana kantin yang penuh dan berdesak-desakan membuat mereka memilih menonton basket sambil membawa minuman yang sudah dipesan, walau sebenarnya dilapangan hanya ada alan dan teman-temannya yang berebut bola orange itu untuk dimasukkan ke dalam ring.

"Bila sampe kapan ijin nya?", tanya abel.

"Gatau juga. Lagian gue nggak habis pikir, ngapain dia nekat kabur sampe tengah malem gitu lho", kata nisa.

"Kayaknya lagi dapet masalah yang serius deh",

"Tapi apa? Perasaan kemarin happy-happy aja",

"Mana gue tau. Mending kita habis pulang sekolah mampir jenguk dia aja gimana?",

Nisa mengangguk mengiyakan.

Husna sendiri, daritadi hanya diam, matanya tidak lepas melihat ke arah lapangan, sambil sesekali meminun air mineralnya.

Nisa yang sadar akan arah pandang husna, berdecak.

"Pantesan dari tadi diem aja lu",

"Devan kok bisa ganteng gitu ya?",

"Namanya juga cowok, ganteng lah",

"Tapi ganteng nya diatu limited edition, kayak ada tambahan polesan dari yang MahaKuasa gitu",

Nisa dan abel hanya tertawa maklum, karena sudah biasa mendengar ocehan husna seperti itu.

BUG!

Seketika pembicaraan mereka terhenti dan reflek menoleh ke arah suara. Terlihat seorang cewek di tepi lapangan sebelah selatan, mengusap jidatnya sambil mengaduh. Sepertinya bola orange tadi berhasil mendarat di dahi mulus itu.

Ternyata faza.

"Woy! Kalo maen hati-hati dong!", faza berseru marah.

Dan entah disengaja atau bagaimana, pelaku yang melempar bola adalah devan.

Dengan seragam yang sudah berantakan dan keringat yang bercucuran, cowok itu berlari kecil menghampiri faza.

"Lo lagi! Tanggung jawab, jidat gue benjol gini! Untung gue nggak pingsan!",

"Alhamdulillah, jangan sampe deh. Gue males direpotin sama lo, lagian lo kan berat",

"Ih nyebelin banget! Bukannya maaf malah ngejek! Kebiasaan banget si!",

Devan tertawa pelan. Dia lalu mendekat ke arah faza, tidak peduli padahal sudah menjadi tontonan banyak orang sejak tadi, entah yang di lapangan atau yang sengaja berhenti untuk menonton.

Cup!

Devan mengecup dahi faza singkat, sontak membuat semuanya heboh.

"Sembuh ya jidat, biar nggak kayak lohan", setelah mengatakan itu sambil menyeringai jahil, devan berlalu begitu saja, tidak mempedulikan pipi faza yang kian memerah entah marah atau malu.

"Devan gila!", desis faza tajam, lalu memilih menjauh dari lapangan, karena malas menjadi pusat perhatian.

Kedatangan devan kembali bergabung ke tengah lapangan, disambut teman-teman nya yang terus mengolok-olok.

Berbeda dengan alan, cowok itu melempar senyum miringnya.

"Berubah jadi angsa lo? Maen nyosor aja", alan berusaha kalem meski dia sangat geram dengan kelakuan devan yang seenaknya.

pelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang