EGO

3.6K 281 33
                                    

Wanita yang tengah sibuk dengan bahan masakannya itu sedikit terhenyak, manakala lengan kekar itu kembali memeluknya posesif dari belakang, memberikan ribuan kecupan singkat pada ceruk lehernya seolah tiada hari esok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita yang tengah sibuk dengan bahan masakannya itu sedikit terhenyak, manakala lengan kekar itu kembali memeluknya posesif dari belakang, memberikan ribuan kecupan singkat pada ceruk lehernya seolah tiada hari esok. Aroma sabun yang bercampur dengan feromon sang pemilik hati seolah mampu membuat wanita ini mabuk saat ini juga. Beberapa tetes yang meluncur melalui surai si pria yang masih sedikit basah tersebut, mampu membuatnya sedikit meremang di kala birai itu menghujaninya dengan ciuman tanpa batas.

"Seokjin, hentikan aku sedang memasak." Wanita itu masih memancarkan keanggungan bahkan di tengah tawa geli karena ulah si pria yang bersamanya ini. Mengusap sayang pipi Kim Seokjin, hingga membuat pria itu mendongak dengan mata teduhnya yang malah begitu menggemaskan.

"Aku merindukanmu, tidak bisakah kita langsung tidur saja."

"Aku ragu dengan tidur yang kau maksudkan, tolong ambilkan piring itu dan ayo kita makan malam." Dengan sedikit enggan Seokjin melepaskan pelukannya, berjalan menjauh untuk menuruti permintaan wanitanya.

"Kalau kau mau tahu, aku tidak begitu lapar sebenarnya," ucap Seokjin dengan menyerahkan sebuah piring yang diterima wanita itu dengan senyuman hangat. "Aku hanya merindukanmu dan yang ku butuhkan malam ini hanya menghabiskan hari bersamamu."

"Berhenti bicara melantur, kau bahkan pulang telat karena lembur. Aku tidak mau kau sakit hanya karena kekurangan asupan nutrisi." Tepat setelah hal tersebut terucap, ponsel milik Kim Seokjin kembali berdering nyaring untuk kesekian kalinya. Membuat pria itu menarik napas jengah, merasa waktu berharganya telah diinterupsi.

"Ya." Seokjin telah sedikit menjauh dari presesnsi wanitanya yang tengah sibuk menata makan malam. Berharap sang pujaan tak mendengar percakapan yang mungkin akan merusak suasana manis diantara mereka.

"Seokjin, kau di mana?"

"Di tempat biasa." Ada jeda beberapa saat sebelum ia menjawab pertanyaan tadi, membuat lawan bicaranya juga ikut terdiam beberapa sekon.

"Kau tidak pulang malam ini?"

"Maaf, besok pagi aku menyempatkan untuk pulang sebelum bekerja."

"Untuk malam ini saja, bisakah kau pulang?" Seokjin kembali terdiam, kebimbangan itu kembali menggiringnya ke tebing tercuram dalam hidupnya.

"Yoosun, apakah ia mencariku? Tolong jelaskan padanya aku akan menemuinya besok."

"Aku sudah terlalu banyak menjanjikan omong kosong padanya, kumohon bisakah kau pulang malam ini?" jeda kembali terjadi, terdengar jelas lawan bicaranya itu mencoba melanjutkan frasanya dengan mengambil napas beberapa saat. "Sejak tadi pagi ia mengeluh perutnya sakit, ia bahkan tak berhanti menangis dan menanyakanmu sejak sore."

"Kau sudah memanggil dokter?"

"Aku rasa kau sudah mulai lupa jika Yoosun tidak suka menemui dokter, ia hanya akan melakukannya jika bersamamu. Seokjin, ia hanya membutuhkan figur ayahnya bisakah kau mengerti itu." Pria itu kini hanya bisa memijit pelipisnya dengan rasa frustasi yang membuncah.

IN A BINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang