1. Hari sial

287 16 10
                                    

Happy Reading

***

Rolls-Royce keluaran terbaru, berhenti di parkiran sebuah cafe yang ada di pusat kota Istanbul. Tak lama seorang pria dengan setelan jas mahalnya keluar, seketika itu pula auranya yang begitu mempesona bagai magnet jelas menarik setiap insan untuk menatapnya. Terutama kaum hawa, tidak memandang usia, setiap pasang mata akan menatap memuja pada dirinya.

Bagaimana tidak, dari ujung kepala hingga ujung kaki tidak ada yang tidak berkelas. Ketampanannya berpadu dengan kemewahan, pastinya membuat para gadis dan wanita single berebut untuk mendapatkan hatinya, atau... Hartanya.

Tidak perlu di gemborkan, siapa sosoknya. Wajahnya sudah sangat familiar di depan umum, bukan berarti pasaran, camkan itu. Wajahnya hilir mudik di setiap majalah dan televisi. Reputasi yang di buatnya sangat membanggakan, mengharumkan nama besar yang bersandang pada dirinya.

Suara lonceng pintu saat ia mendorongnya, menarik perhatian pengunjung cafe yang ada. Termasuk sang pemilik cafe yang menyambutnya ramah. Anggukan dan senyum tipis ia berikan sebagai sikap sopan santun menghargai orang yang lebih tua darinya.

Pandangannya mengedar mencari seseorang yang bertemu janji dengannya. Begitu menemukan langkahnya segera menghampiri. Tanpa permisi langsung duduk di seberang meja, dimana seorang wanita cantik terkesiap karena kehadirannya tanpa suara.

"Setengah jam aku menunggu," mengibaskan rambut panjangnya kebelakang, wajah wanita itu memerah karena marah bercampur kesal.

"Maaf rapat baru saja selesai," Baritonnya selalu mengalun tegas dan hangat secara bersamaan. "Apa kau sudah makan?"

"Kau sudah berjanji dan mengingkarinya Raka," Wanita itu masih mengungkapkan kekesalannya tanpa perduli pertanyaan yang di lontarkan lawan bicaranya. Wajah yang di poles make-up tebal membuatnya terlihat seperti boneka barbie, ditambah dress ketat berwarna tosca mencetak setiap lekuk tubuhnya.

"Bukankah aku sudah meminta maaf, Rissa? Klien ku datang terlambat, aku bisa apa?" Suara dering ponsel mengalihkan fokus Raka. Melihat nama yang tertera membuatnya harus mengangkat panggilan itu.

Emosi wanita di hadapannya semakin memuncak. Rissa meraih tas miliknya lalu beranjak dari sana. Raka yang menyadari hal itu, segera mengejarnya masih dengan menimpali percakapan seseorang di seberang telpon. Walau keterlambatan ini bukan karenanya, tetapi karena kliennya tetap saja ia harus bernegosiasi dengan amarah Rissa.

Prank

Tangan Raka tidak sengaja menyenggol sebuah gelas, membuat isinya tumpah di atas meja dan sebuah laptop sebelum akhirnya jatuh di lantai menjadi kepingan kecil.

"Jancuk!"

Umpatan itu meluncur begitu saja dari seseorang yang Raka yakini pemilik laptop. Raka tidak asing dengan kata itu, tapi ia berusaha abai.

"Maaf, sekali lagi saya minta maaf," Raka mengulurkan sebuah kartu nama dari saku jasnya. "Ini kartu nama saya. Saya akan ganti semua kerugian kalian. Berapapun."

Salah satu dari dua gadis yang duduk di hadapannya secepat kilat menyambar kartu nama miliknya dengan mata berbinar, seakan menemukan tambang emas. Sedangkan gadis yang satunya, menatapnya sekilas tapi dengan sorot membunuh.

"Wong lanang sok sugih," Gumam gadis itu, namun masih bisa di dengar oleh Raka, juga dimengerti.

Ingat dengan tujuan utamanya, Raka segera berlalu dari sana. Menoleh kanan kiri di luar cafe untuk mencari Rissa, namun tidak ia temukan. Ia juga baru menyadari sambungan telpon sudah terputus. Mencoba menghubungi ponsel Rissa tapi sayang tidak ada respon. Kekasihnya marah.

Kecantikan Hati (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang