CEO Story

462 8 0
                                    

Hidup selama 23 tahun tidak lantas membuat Kiki tahu apa yang ia tuju dalam hidupnya. Jika ditanya apa yang tengah ia kejar, Kiki akan menjawab tidak tahu. Ibarat kata, ia sudah hilang arah. Semua rencana yang sudah gadis itu rancang, tidak ada yang terealisasi.

Takdir entah kenapa begitu kejam. Atau Kiki saja yang tidak memahami makna di balik semua keinginannya yang tidak terwujud?

Rencana Kiki sebenarnya simpel. Wisuda, kemudian bekerja minimal setahun sebelum akhirnya menikah. Namun sayang, semua itu hanya angan-angan. Hampir dua tahun diwisuda dengan IPK di atas 3.5, Kiki belum juga mendapatkan pekerjaan.
Kandas sudah semua angan-angan yang ia buat semasa sekolah dulu.

“Salahnya di mana, ya, Jeng?” tanya Kiki sembari mengunyah keripik singkong yang baru digoreng mamanya.

Sore itu Ajeng bertandang ke rumahnya. Gadis yang merupakan anak tunggal itu merasa kesepian hanya bertatap muka dengan sang ibu jika ayahnya pergi bekerja. Karena itulah, sesekali Ajeng menyambangi Kiki. Meski lebih seringnya Ajeng pergi bersama sepupunya atau mengelilingi kota sendiri dengan motor.

Ajeng yang juga tengah mengunyah keripik singkong yang sama hanya bisa mengedikkan bahunya. Tanda tidak tahu.

“Perasaan, gue udah lamar ke sana-kemari, tapi nggak ada yang manggil buat interview,” tambah Kiki lagi. Kali ini suara gadis itu sedikit tersamarkan oleh kunyahan mulutnya.

“Mana gue tahu, Ki. Kalau gue tahu di mana letak salah lo, gue mungkin nggak nganggur juga kayak elo.”

Ajeng mengunyah dengan semangat. Sebenarnya ia kesal juga dengan pertanyaan Kiki yang sama setiap harinya. Ia dan Kiki wisuda di hari yang sama, tapi hingga detik ini rezeki untuk bekerja belum mereka dapatkan. Jika dikata, ia juga merasakan hal yang sama dengan Kiki.

Kalau bukan dirinya yang mengeluh di suatu hari, pasti Kiki yang mengeluh mengenai nasib mereka di hari yang lain. Gantian saja mereka mengeluhnya.

“Apa kita nikah aja, ya?” celetuk Kiki. Matanya menerawang ke atas langit sana, dari balik jendela kamar.

“Maunya, sih, gitu. Jangankan lamaran kerja, dilamar orang aja nggak. Ngenes banget nggak, sih, hidup kita ini?”

“Ho’oh. Nggak tahu deh gue mesti gimana lagi.”

Sontak saja, raut wajah kedua gadis itu berubah sendu. Sama-sama jomlo dan pengangguran membuat kedua gadis itu makin lengket. Padahal sebelumnya mereka tidak saling mengenal.

Ya, memang, sih, semua orang berawal dari saling tidak mengenal. Itu pula yang dialami Kiki dan Ajeng. Maksudnya, sebelum berteman seperti sekarang, meski diwisuda di hari yang sama, mereka baru berteman saat tidak sengaja berkenalan di suatu job fair.

***

Halo! I'm back!
Setelah hiatus hampir dua tahun karena kesibukan skripsi, akhirnya aku mencoba kembali menulis.

Kuy mampir ke ceritaku yang berjudul "Kebelet Nikah dengan CEO". Ceritanya update setiap hari lho untuk menemani kalian yang #DiRumahAja.

 Ceritanya update setiap hari lho untuk menemani kalian yang #DiRumahAja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuy baca sekarang!

Xoxo
Winda Zizty

(END) After That MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang