Duri

12 4 3
                                    

“Jisoo-ya, bolehkah aku main ke kamarmu?” Tanya Ryujin, tepat di saat mereka baru ke luar dari ruang kelas.

“Kenapa?” Tanya Jisoo heran.

“Aku ingin menceritakan suatu hal kepadamu.”

“Baiklah, tapi aku akan memberi tahu teman sekamarku dulu.”

“Oke.” Ujarnya, diiringi dengan isyarat jari.

Saat Jisoo sedang sibuk dengan ponselnya, Jinyoung dan Suho berjalan melewati mereka berdua. “Jisoo-ya, Ryujin-ah, sedang apa kalian di sini?” Tanya Suho. Jisoo menengadahkan pandangannya.

“Oh, Oppa! Aku akan mampir ke kamarnya Jisoo. Ia sedang mengabari teman sekamarnya.”

“Begitukah?”

“Iya.” Jawab Jisoo singkat.

“Jinyoung-ah, kau sudah makan?”

Pertanyaan Ryujin sedikit membuatnya terperangah. Jinyoung gugup tanpa alasan yang jelas. “Be-belum. Aku akan pergi makan bersama hyung.” Jisoo menatap keduanya sinis.

“Baiklah hati-hati.”

“Ryujin-ah, ayo berangkat!” Ajak Jisoo.

“Ayo kita bareng saja!” Ajak Ryujin pada yang lainnya.

“Baiklah.” Ajakannya diiyakan oleh Kim Suho.

Di sepanjang koridor, Ryujin terus berusaha untuk berada di dekat Jinyoung, hingga me-ninggalkan Jisoo dan Suho di belakang. Suho menatap Jisoo, ia menggigit bibir bawahnya seraya mengumpulkan keberanian untuk membuka suara.

“Jisoo-ya, boleh aku bertanya sesuatu?”

“Apa?”

“Apa aku berbuat salah padamu?”

“Tidak.” Jisoo menjawab singkat.
“Lalu kenapa sikapmu sangat dingin padaku?”

“Aku tidak apa-apa. Maaf jika membuatmu tidak nyaman.”

“Syukurlah kalau tidak ada apa-apa.”

“Oppa-” Jisoo menghentikan ucapannya, pandangannya ter-paku lurus ke depan. Tubuhnya kaku.

“Apa?” Jisoo tetap diam mematung.

“Jisoo-ya? Kau kenapa?” Tanya Suho sedikit panik.

Pandangan Suho mengikuti arah pandangan Jisoo, ia ingin mengetahui apa yang Jisoo lihat sehingga ia bisa diam mematung seperti itu. Kebingungan menyelimuti dirinya, namun Suho menarik hipotesis.

“Kau menyukai Jinyoung, kan?”

“A-Apa??” Jisoo terperangah dari lamunannya.

“Kau menyukainya, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Penyebab kau diam mematung seperti itu hingga tidak me-nyelesaikan ucapanmu adalah karena hal itu, kan?”

“Hal apa?” Jisoo tampak gugup.

“Kau melihat Ryujin menggandeng erat tangannya.”

“Bicara apa, sih? Jangan menarik kesimpulan sendiri!”

Jisoo merasa kesal dan memper-cepat langkah kakinya. Mening-galkan Suho, berusaha me-lampaui Jinyoung dan Ryujin. Kini, Suho semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan.

“Ryujin-ah, percepat langkahmu!” Ujarnya seraya menarik lengan kanan Ryujin.

“Hei, kenapa buru-buru?” Teriaknya. “Jinyoung dan Suho Oppa, kami duluan!” Sambung-nya.

Dear ArchitectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang