Move On?

7 2 0
                                    

Semburat senja hadir menembus jendela kamar B-35. Tangannya sibuk merapikan pakaian beserta dandanannya. Dering ponsel memenuhi seluruh ruangan. “Ya, aku akan segera ke bawah.” ujarnya sambil menutup sambungan telepon.

Pandangannya kemudian dialihkan ke sebuah benda yang tertutupi selimut di atas kasur. “Jisoo-ya! Kau tidak akan ke mana-mana?” Jisoo  hanya menggeram, Jennie melepaskan selimut yang menutupi wajahnya. “Kau akan terus seperti ini, hah? Sudah seminggu kau bertingkah seperti ini! Tolong hentikan!” Jisoo menatap Jennie dengan tajam. Ia bangkit dari tidurnya, lalu duduk di tepian ranjang.

“Hei, Kim Jennie! Lagipula jika aku bangun, memangnya kau akan mengajakku pergi ke festival, hah? Kau akan pergi dengan pacarmu, kan? Menyebalkan!” teriakannya cukup memekakan telinga. Jennie mengorek telinga kirinya.

“Memang. Tapi kau bisa meminta Rose menemanimu, kan?” Jisoo terdiam, ia tidak ingin menjawab pertanyaannya.

“Lagipula, sudah berapa lama kau tidak bertemu dengannya? Mumpung dia sedang senggang minggu ini.” Jennie meneruskan ucapannya, Jisoo hanya menatap kosong.

“Urus saja urusanmu sendiri, Kim Jennie-ssi.”

“Terserah, ah! Jangan tidur lagi dan beraktivitas-lah! Kau bukan kayu balok.” Jennie menatap jam tangan yang melingkar di tangannya.

“Aku berangkat dulu, Kai sudah menungguku di bawah.”

Hening. Jisoo tidak menjawab ucapannya, Jennie pun melenggang ke luar kamar begitu saja. Tampilan Jisoo begitu urakan, ia tidak mandi seharian bahkan merasa tidak nafsu makan. Ia kembali memikirkan perkataan Jennie. “Tidak buruk juga.” gumamnya.

Tangannya menelusuri setiap bagian ranjang, mencari keberadaan ponselnya. “Rose-ya? Kau ada janji tidak hari ini? Aku ingin mengajakmu pergi ke Festival Light di Namsan Tower.” Ajakannya disetujui oleh sahabatnya ini. Jisoo bergegas mengambil handuk yang menggantung di atas kursi.

Sebuah tangan melambai dari kejauhan. “Jisoo-ya!” teriaknya kencang. Jisoo menghampiri Rose yang sedang berdiri berdampingan dengan teman satu jurusannya. Ia berlari kecil menghampiri mereka. “Maaf, aku sedikit terlambat.” Rose menggeleng pelan, ia merasa tidak keberatan dengan hal itu. Toh, Jisoo hanya telat selama 5 menit. Mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke Namsan dengan menggunakan bus.

Ketiganya melongo melihat keindahan yang tepat berada di depan mereka. “Wow! Mengagumkan!” ujar Rose takjub. “Ayo beli tiket!” ajak Lisa, mereka pun segera membeli tiket yang harganya cukup terjangkau. Pandangan mereka mengitari sekelilingnya. Jisoo sedikit melupakan semua kejadian menyakitkan yang ia alami.

Tanpa diduga, mereka melihat sosok yang sangat familiar bagi mereka. “Itu Jennie-ssi, kan?” tanya Lisa meyakinkan dirinya. “Wah, itu benar Jennie! Dia berhasil dalam hubungannya dengan orang yang ia sukai.” tutur Rose, sesaat kemudian ia menyadari bahwa ucapannya tidak baik. “Maaf Jisoo.” ucapnya lagi. Jisoo berkata bahwa ia baik-baik saja. Tidak ada yang menghiraukan Jennie, mereka sepakat untuk mengambil beberapa foto di berbagai tempat yang berbeda.

***

Jennie berkencan layaknya orang-orang biasa, tangannya menggenggam tangan Kai yang terasa begitu hangat. Meskipun hanya berjalan berdua dan terkesan sederhana, tapi ia merasa dunia serasa milik berdua. Hubungan mereka baru memasuki usia 100 hari,  namun Jennie sudah merasa sangat nyaman dan terbuka kepadanya. Berbeda dengan Kai yang masih sangat tertutup, walaupun di sisi lain Kai memberikan begitu banyak perhatian kepadanya.

Matanya tanpa henti memperhatikan kedai-kedai yang terjejer di sana. Hingga kedua manik matanya berhenti ketika melihat sesuatu yang sangat ia sukai. “Ke sana, yuk!” ajak Jennie seraya menarik lengan Kai. “Kau mau beli gulali?” Jennie mengangguk, ia menuruti keinginannya. Kai menunggunya sementara ia memesan gulali.

Dear ArchitectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang