Pokerface

9 3 0
                                    

Semburat mentari menyeruak masuk melalui jendela. Jennie sedang bersiap menuju kampus, sudut matanya melihat tubuh Jisoo yang menggeliat. Tubuhnya masih tertutup oleh selimut.

“Kau akan pergi ke kampus?” Jisoo mengangguk.

“Aku sarankan kau untuk bolos saja.” Ujarnya sambil memoleskan lip tint ke bibirnya. Posisi Jisoo sudah berubah, kini ia duduk di tepian ranjang.

“Kenapa? Aku tidak mau bolos.” Jennie menyodorkan sebuah kaca ke hadapannya.

“Lihat matamu!” Jisoo terkejut melihat kedua matanya yang bengkak. Ia menghela nafas.

“Aku tidak apa-apa. Kau duluan saja.”

“Kau tidak apa-apa? Serius?”

“Iya. Jangan khawatir. Aku mandi dulu.”

“Jangan lupa sarapan, ya! Aku pergi.”

Jisoo masih memandangi kedua matanya, ia  bingung bagaimana caranya untuk menyembunyikan hal tersebut. “Aigoo, apa aku masuk jam ke dua saja, ya?” Jisoo menggumam, ia memutuskan untuk masuk di jam ke dua.

Sementara itu, Ryujin bertanya-tanya ke mana perginya Jisoo. Ia mengirimkan teks kepadanya, namun Jisoo tidak membalas. “Ryujin-ah.” Sebuah tangan memegang bahu kanannya, ia menoleh. “Jinyoung-ah.” Wajahnya berseri-seri.

“Kau sendirian?”

“Iya. Kenapa?”

“Jisoo mana?”

“Jisoo? Aku tidak tahu, pesanku tidak dibalas.”

“Apa yang kau bicarakan kemarin dengannya?”

“Apa maksudmu? Aku tidak mengatakan hal yang aneh. Kenapa? Kau khawatir aku mengatakan hal aneh kepadanya?”

Jinyoung tidak menjawab pertanyaannya. Ia memilih untuk kembali ke bangkunya. Berkali-kali ia menatap layar ponselnya, namun tangannya tidak juga bergeming mengikuti perintah otaknya. Tak lama, dosen memasuki ruang kelas mereka, jam kuliah di mulai tanpa kehadiran Jisoo.

***

Kim Jisoo bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Ia kembali memandang kedua matanya lagi, masih bengkak. “Apa aku harus memakai kacamata hitam, ya?” Jisoo mencoba memakainya. “Tidak! Ini jelas bukan ide yang bagus, memalukan.” Jisoo menyimpan kembali kacamata-nya ke dalam laci, ia memutus-kan untuk membiarkan kedua matanya yang bengkak.

“Jisoo-ya!” Teriak seorang pria di belakangnya. Jisoo menoleh, ia melihat sosok Suho berlari ke arahnya.

“Matamu kenapa?” Jisoo langsung memalingkan wajahnya.

“Tidak apa-apa.”

“Kau menangis?” Jisoo menggeleng.

“Kau tadi tidak masuk kelas Bahasa Korea, kan?”

“Aku ketiduran.” Ia berdalih.

“Ya sudah, ayo masuk kelas!”

Mereka berdua pergi ke kelas. Ia kembali melihat pemandangan yang tidak ia inginkan. “Kim Jisoo!” Teriak Ryujin. “Kau kenapa tadi?” Tanyanya. “Aku ketiduran.” Jawabnya singkat. Jisoo mencari tempat duduk yang masih kosong, letaknya cukup jauh dari mereka.

Jinyoung memandanginya. “Apa dia sudah menangis?” Tanya Ryujin. “Sudah jangan dihiraukan, dia tidak apa-apa.” Ujar Suho. Jinyoung tidak bisa menyingkirkan rasa khawatirnya terhadap Jisoo, tetapi ia tidak mampu berbuat apa-apa.

“Baiklah, untuk ujian nanti saya ingin kalian membentuk sebuah kelompok dan membuat maket sederhana. Temanya bebas.”

“Baik, Professor Yang.”

Dear ArchitectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang