Tinggal satu bulan lagi menuju ujian akhir semester. Sudah menjadi hal lumrah bagi para mahasiswa untuk begadang dan pulang malam demi menyelesai-kan tugasnya, apalagi untuk tugas akhir semester. Begitu pula dengan Kim Jisoo dan teman-temannya.
Weekend, hari mulai gelap. Senja mulai menyapa menampakkan dirinya. Namun, Jisoo memilih untuk keluar dari bilik kamarnya karena ada beberapa hal yang harus ia kerjakan.
“Jennie-ya, aku harus pergi ke kampus.” Ujarnya kepada teman sekamarnya.
“Iya, lagipula aku juga harus berkonsentrasi untuk membuat lagu.” Jawabnya. Jennie berkuliah di Jurusan Seni Musik, ia mendapat tugas akhir untuk menciptakan sebuah lagu.
“Sebaiknya kau juga harus berjalan ke luar, siapa tahu kau dapat inspirasi.” Ujar Jisoo sambil mengambil tasnya. “Aku berangkat.” Jisoo menyambung ucapannya.
Jennie hanya mengangguk dan mengucapkan ‘hati-hati’. Ia termangu memikirkan apa yang barusan dikatakan oleh sahabatnya itu. Jennie memutus-kan untuk ke luar asrama malam itu. “Rose-ya, kau sibuk?” Ujar-nya via telepon.
Orang di sambungan teleponnya menjawab “Iya, aku sibuk mengerjakan laporan praktikum. Kenapa?”. Jennie berdecak, ia lupa jikalau Rose kuliah di Jurusan Biologi. “Sial, aku lupa. Tidak apa-apa, maaf meng-ganggumu. Semangat ya!” Jennie memutuskan panggilannya.
Ia berjalan mengitari kampus, namun tidak satupun hal yang dapat dijadikan inspirasi. Setelah lama berkeliling, ia berakhir masuk ke Fakultas Seni. Berbeda dengan Fakultas lainnya, Fakultas Seni adalah satu-satunya fakultas yang tak pernah ‘tidur’, banyak mahasiswa yang berlatih di sini.
Langkahnya terhenti saat ia melewati ruang latihan milik jurusan seni tari. Alunan musik yang indah, menggema hingga ke luar ruangan. Ia menengok ke dalam, memandang lekat-lekat. Tampak seorang pria tegap sedang menari dengan lincah-nya.
Ia terkagum-kagum hingga seseorang mengagetkannya. “Kau siapa?” Tanya pria tersebut. Sontak, ia menoleh. “Ah, maaf. Aku hanya penasaran.” Jennie yang merasa malu memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu, sosok pria di dalam ruangan menoleh dan menyadari kehadirannya.
***
Jisoo adalah orang terakhir yang datang pada pertemuan kelompok. Ia memasuki ruangan kecil yang disebut ‘studio room’. Suatu ruangan yang sudah tidak asing bagi mahasiswa jurusan arsitektur. Kim Suho sebagai leader yang meminta izin menggunakannya untuk kegiatan kelompok agar lebih efektif dan efisien.
“Maaf, aku terlambat.” Ujarnya.
“Tidak apa-apa.” Jawab yang lainnya.
“Kita mulai saja.” Suho segera mengambil alih. “Maketnya sudah 50% jadi.” Ujarnya kembali.
“Apakah cukup dalam waktu sebulan kita menyelesaikan sisanya?” Tanya Jisoo.
“Bagaimana kalau kita mulai membagi tugas?” Ujar Jinyoung.
“Tugas seperti apa?” Tanya Jaebum kemudian.
“Jadi begini, sebelumnya mohon maaf karena aku melangkahi leader. Tapi menurutku akan lebih efisien jika kita membagi tugas, masing-masing membuat bagian-bagian maket yang belum terbentuk, baru nanti kita satukan.”
“Boleh juga. Karena kita semua sudah tahu konsep apa yang akan kita buat dalam maket ini, jadi kali ini lebih baik jika kita membagi tugas seperti yang dikatakan oleh Jinyoung tadi.” Suho menyetujui idenya.
“Kalau begitu, kita obrolkan dulu saja. Siapa dan bagian apa yang akan dibuat oleh masing-masing orang.” Ujar Ryujin.
Mereka pun duduk melingkar dan bermusyawarah mengenai bagian mana saja yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang. Semua dibagi sama rata, sesuai kemampuan masing-masing. Setelah selesai, mereka memutuskan untuk membuat bagian maket yang belum selesai secara kelompok terlebih dahulu. Mau tidak mau, mereka harus pulang larut malam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Architecture
FanfictionMenjadi arsitek adalah impiannya yang tak pernah berubah. Namun, seseorang terus mengunggulinya. Tetapi dia adalah Kim Jisoo, si ambisius yang pantang menyerah.