Pokta

13 4 0
                                    

"Pengumuman kepada para pengunjung, perpustakaan akan ditutup 15 menit lagi. Terima kasih atas kunjungan Anda."

Jisoo membereskan kembali buku-bukunya. Laptop yang ia pakai sedari tadi kini ditutup dengan rapat. “Ayo kembalikan bukunya!” Jinyoung membuka suara untuk kali pertama semenjak mereka saling diam satu sama lain. Jisoo mengiyakan ajakannya, mereka berjalan menuju rak buku. Jisoo mengambil dua buku yang paling lengkap untuk dibawa ke asrama.

“Kau akan meminjam buku itu?” Tanya Jinyoung.

“Iya. Kenapa?”

“Jika sudah selesai, aku pinjam ya!” Jisoo hanya mengangguk pelan.

Setelah selesai mengembalikan buku, Jisoo dan Jinyoung kembali ke meja mereka untuk mengambil barang-barangnya. Mereka pun berjalan menuju mesin peminjam buku. ‘Silakan scan id Anda!’ Mesin tersebut mengeluarkan perintah. Jisoo menempelkan id card nya ke mesin scan. “Sudah.” Gumamnya.

Sepanjang perjalanan, Jinyoung dan Jisoo masih tetap saling diam. Tanpa diduga, perut Jisoo berbunyi cukup nyaring. Jinyoung menoleh dan terkekeh pelan “Kau lapar?” Wajah Jisoo memerah, ia mengangguk.

“Ayo kita  ke luar kampus dulu!” Ajak Jinyoung. Mereka mengitari jalanan di depan kampus, Jisoo mengajaknya untuk makan sup kimchi.

“Ah itu dia!” Ujar Jisoo setelah menemukan restoran yang khusus menjual makanan berbahan dasar kimchi.

“Kau ngidam, ya?”

“Diam kau! Ayo masuk, sebelum tutup.” Jisoo menggenggam tangan kirinya. Jinyoung tersenyum tipis.

Ahjumma, kami memesan sup kimchi dua!” Teriak Jisoo kepada seorang pelayan. Ia mengetuk-ngetukan jari tangannya ke atas meja.

“Kenapa kau mengetuk-ngetukkan jari tanganmu?” Tanya Jinyoung heran.

“Maaf, kebiasaan.” Jisoo menghentikan kebiasaannya. Jinyoung merasa bahwa tingkahnya itu sangat lucu.

Dua sup kimchi pun datang ke meja mereka. Aromanya langsung menusuk hidung. Kepulan asap juga menambah nafsu makan mereka. Siapa pun akan setuju jika hal ini sangatlah menggugah selera. Jisoo segera mengambil alat makannya.

“Selamat makan!” Ujarnya. Jinyoung masih lekat memandangnya dengan senyum tulus. Ia pun ikut melahap makanannya.

“Enak, kan?” Tanya Jinyoung.

“Sangat enak. Aku benar-benar kangen masakan rumah. Huhu.”

“Kau ini, baru juga beberapa hari.” Jisoo hanya tersenyum. Kehangatan mulai menyelimuti mereka.

Jinyoung beranjak lebih dulu untuk membayar makanannya. Jisoo mengikutinya dari belakang. “Berapa?” Tanyanya setelah mereka ke luar dari restoran. “Sudah tidak apa-apa.” Ujar Jinyoung. “Wow, Park Jinyoung!” Ledek Jisoo, Jinyoung mempercepat langkahnya, membuat Jisoo tertinggal di belakang.

“Hei, tunggu aku!” Teriaknya, ia berlari menyusul Jinyoung.

“Wah, kakimu benar-benar pendek.” Ledeknya.

“Hei!” Jisoo memukul punggungnya. Jinyoung tertawa puas. Mereka kembali memasuki gerbang kampus.

“Benar-benar sepi.” Ujar Jinyoung.

“Sudah jam 10 malam.” Balas Jisoo seraya memandangi jam tangan di lengan kirinya.

“Kita benar-benar rajin, kan?”

“Aku ingin tertawa mendengar hal itu.” Sarkas Jisoo.

Di hadapan mereka, sudah terlihat pohon sakura yang sangat dikagumi oleh Jisoo. “Bahkan di malam hari pun terlihat sangat indah.” Gumamnya. Jisoo terhenti sejenak di samping pohon sakura tersebut.

Dear ArchitectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang