Bagian 1
.
.
Hari ini terbilang cerah sekali, mood-nya sangat baik, meski dihinggapi rasa gugup yang berkecamuk, namun ia tetap tidak sabar melihat reaksi kekasihnya —mengenai kabar yang sangat membahagiakan ini. Sebuah kotak sedang berwarna hitam dengan pita silver yang tampak cantik sekali, ia terkekeh mengingat bahwa ia membeli kotak ini dengan mengorbankan hampir sebagian uang makannya 2 hari ke depan. Tidak apalah, hitung-hitung ia memberi hadiah pertama pada sosok baru yang sudah bersemayam di perutnya.
Kakinya terhenti begitu melihat sang kekasih tengah duduk membelakangi, New Thitipoom ―dia menggigit bibir bawahnya merasakan luapan yang menggelitiki dada dan perutnya, sungguh tidak sabar.
"Te.."
Yang dipanggil segera menoleh, tersenyum begitu menyilaukan, seolah ingin menyaingi terangnya matahari.
"Sudah menunggu lama? Maaf, aku harus menyiapkan sesuatu dulu."
Tay Tawan mengusak puncak kepala New, "tidak terlalu lama, hanya sekitar 45 menit." New membulatkan matanya sesaat lalu menyatukan kedua tangan di depan wajah.
"Itu lama sekali, maaf, maafkan aku." Katanya dengan nada menyesal, Tawan tertawa lalu memeluk New, sedikit menggoyangkan ke kanan dan ke kiri, salah satu kebiasaannya.
"Tidak apa. Jadi?"
Pertanyaan itu menggantung, namun New paham maksudnya. Memang terbilang tiba-tiba sekali memanggil kekasihnya untuk bertemu diluar sekolah disaat jam sekolah berlangsung. Untung saat ini sekolah sedang mengadakan Pentas Seni, jadi segala kegiatan belajar mengajar ditiadakan.
"Kemari, duduklah dulu."
Keduanya terduduk di bangku taman, kepala New bersandar di bahu bidang Tawan, senyumannya tidak memudar sejak kemarin saat ia melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Untuk beberapa saat keduanya lebih menikmati semilir angin yang berhembus tanpa sebuah percakapan. Di dalam keterdiaman itu, New sedang merangkai kata bagaimana untuk memberitahu Tawan. Tiba-tiba ia teringat dengan kotak hitam yang ia bawa. New menegakkan tubuhnya, mengambil kotak hitam di sebelah-nya lalu menyerahkannya pada Tawan.
"Woaah, apa ini? Begitu tiba-tiba, hadiah untukku?" New hanya megangguk antusias, Tawan dengan senyum lebar membuka kotak tersebut.
Alisnya menyatu begitu melihat sebuah kertas putih dengan beberapa paragraf, menariknya keluar untuk ia baca, namun kemudian jantungnya terasa jatuh ke dasar perut. Benda panjang pipih, dengan dua garis merah.
Tawan menatap New yang masih setia dengan senyumnya, tatapan Tawan beralih kembali pada kertas yang digenggam, membacanya dengan seksama, dan setelah selesai ia terlihat kosong tanpa sebuah ekspresi. New menelah ludahnya, kenapa? Kekasihnya ini tidak senang? Kenapa New menjadi takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION ✔
FanfictionSetelah 11 tahun berlalu, New memutuskan melupakan semuanya, masa lalu tidak lagi penting, yang terpenting saat ini hanyalah kebahagiaan anak kembarnya. Namun manusia hanya bisa berencana, dan tuhan yang menentukan. Terdapat kendala besar yang mengh...