Bagian 8

5.1K 560 71
                                    

Bagian 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 8

.

.

Yang ia tahu, kakinya melangkah seiring kata hati berteriak, menjauhi sosok tersebut. Beberapa kali ia menabrak seseorang, tidak ada kata maaf terucap, bibirnya terlalu kelu, sementara pikirannya dipenuhi dua sosok anak laki-laki dan seseorang itu, New.

Bingung dan rasa takut, itu adalah yang paling dominan terasa. Setelah ia menemukan tempat yang agak sepi, nafasnya mulai teratur namun tidak dengan gemetar tangan dan rasa sesak di dadanya. Tawan meremas surainya, terlihat frustasi sekali. Hey, tidakkah kalian berpikir bahwa kesialan selalu mengikutinya disetiap ia melangkah.

"Sial! Sial! Sial!," ia menggeram, "Aku harus mencari tahu siapa dua anak itu." Selanjutnya ia mencoba menghubungi seseorang kepercayaanya dalam mencari infomasi.

"Aku punya tugas untukmu, cari tahu semua informasi tentang orang yang bernama New Thitipoom, akan ku kirimkan fotonya."

Tawan segera mematikan panggilan setelah mendapat persetujuan dengan orang itu, ia menengadah menatap langit cerah yang berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Membuang nafas berat sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.

***

Suara isakan itu masih ada meski lirih, air matanya juga masih menetes meski tidak sebanyak beberapa saat lalu, dan tawa mengejek itu masih terdengar dari saudara kembarannya, membuat anak yang kurang dari 2 minggu akan berusia 11 tahun itu semakin muram.

"Oh sayang, sudahlah, kita sudah berada di luar, lihat." Orang dewasa yang selalu menjadi penengah itu berucap sambil berusaha menenangkan anaknya.

"Nanon takut ―hiks," anak itu menghapus air matanya sambil menatap sayu pada sang bunda, "Nanon tidak mau masuk ke tempat itu lagi!."

Kali ini New tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Mendengar sang bunda yang juga menertawakan dirinya, membuat Nanon melepas kasar gandengannya pada sang bunda, ia lalu berjalan sedikit lebih dulu, meninggalkan saudara kembar dan sang bunda yang masih asik tertawa.

New mengarahkan telunjuknya ke bibir sambil menatap Frank, mengisyaratkan untuk berhenti tertawa, Frank lalu tersenyum lebar sambil mengangguk.

"Nanon, maafkan bunda." menarik pelan Nanon untuk berhenti dan menatap kearahnya,.

"Lihat bunda," Nanon menatap New dengan tatapan merajuk, dan New tersenyum lalu merunduk untuk mengecup kening Nanon, "Berapa umurmu? Kenapa cengeng sekali." Lanjutnya sambil menghapus jejak air mata yang masih berbekas.

"Bundaaa!"

"Ahahaha, sebagai permintaan maaf, bunda belikan ice cream, mau?"

"Mau! Frank mau, Bunda!."

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang