AFFECTION : Tawan yang malang.
.
.
Jantung Tawan berpacu cepat seiring langkah yang tergesa mengikuti laju brankar rumah sakit. kemudian, ketika tubuhnya ditahan untuk berhenti di ambang pintu ia semakin gelisah. Pintu UGD ditutup rapat, sementara menyandarkan tubuhnya di tembok. Tubuh pria yang masih lengkap dengan piyama itu bergetar, ketakutan-nya memuncak.
Ini semua bermula ketika kemarin sore, New mengeluh sesak napas namun tidak begitu ia gubris pun pria hamil itu. Pikir mereka itu hal yang wajar karena New memang sedang mengandung, toh saat dengan si kembar pun ia merasakan sesak napas beberapa kali dan tidak begitu mengganggu.
Akan tetapi, semuanya semakin terasa janggal ketika malam hari ia mendapati tubuh pasangannya itu sedikit hangat, lagi-lagi New berkata bahwa ia baik-baik saja selain hanya lelah karena perut besarnya yang sudah memasuki 7 bulan. Pada akhirnya, Tawan hanya mampu menurut dan menyelimuti serta memeluk New sepanjang malam.
Kemudian, pagi hari-nya, Tawan dibuat ketakutan saat mendapati New yang merintih sambil memanggil namanya dengan lemah, sedang pria hamil itu sudah terduduk dengan celana yang dipenuhi bercak darah. Tanpa menunggu apapun Tawan segera mengambil kunci mobil dan menggendong New, dan berakhirnya dia di sini, berada di depan UGD. Menunggui sang pujaan hati yang sedang ditangani oleh para ahli, Tawan merasa deja vu, ini mengingatkannya pada saat-saat ia hampir kehilangan New untuk selamanya.
"Ayah!"
Seruan panik diikuti derap langkah kaki yang semakin mendekat seolah menariknya kembali, di kembar yang sudah remaja itu sudah berada di depannya dengan napas yang memburu. Tidak kalah kacau dengan dirinya.
"Bunda?"
Sebagai jawaban, Tawan hanya menoleh pada pintu UGD. Ketiganya dengan kompak membuang napas lelah bercampur khawatir.
"Frank, Bunda akan baik-baik saja ˈkan? Adik kecil juga?" Frank tanpa bisa berjanji hanya memberikan usapan penenang pada saudara kembarnya, meski pada kenyataan ia pun tidak kalah cemas dan kalut.
Selama itu ketiga-nya masih sibuk memanjatkan do'a untuk New dan calon keluarga baru mereka, sampai pintu UGD terbuka dan seorang dokter paruh baya menghadap mereka sambil mengatakan. "Semuanya baik-baik saja sekarang, pasien mengalami pendarahan ringan dan untungnya bisa dengan cepat dibawa kemari. Sekarang, pasien akan dibawa ke ruang rawat inap, tolong jangan membuat pasien kelelahan."
Desah napas lega terdengar kencang, perlahan detak jantung mereka kembali normal setelah sekian jam berpacu dengan hebat. Tawan merasa tubuhnya lemas saking leganya, ia segera meluruhkan tubuh pada kursi besi sambil berterimakasih pada Tuhan. Sedangkan si kembar entah sejak kapan sudah berpelukan.
***
New masih setia dengan wajah murungnya sejak 1 jam lalu, selama itu pula Tawan asik mengoceh tentang ini dan itu sambil menggenggam tangan New yang terbebas dari selang infus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION ✔
FanfictionSetelah 11 tahun berlalu, New memutuskan melupakan semuanya, masa lalu tidak lagi penting, yang terpenting saat ini hanyalah kebahagiaan anak kembarnya. Namun manusia hanya bisa berencana, dan tuhan yang menentukan. Terdapat kendala besar yang mengh...