New terbangun ketika merasakan cahaya yang menusuk-nusuk kelopak matanya, seolah mengatakan bahwa sudah saatnya untuk terjaga.
Angin sejuk menerpa wajah dan mengacak helai rambutnya. New mengernyit, apakah ia tertidur tanpa menutup jendela? Ya sudahlah, toh bukan lagi sesuatu yang penting.
New beranjak, mulai membereskan kasurnya, setelah rapi, ia melangkahkan kakinya menuju balkon untuk mengambil handuk. Namun tiba-tiba tubuhnya menegang. Darahnya berdesir mana kala indera pendengaran dan penglihatannya menangkap 2 orang anak kecil sedang bermain bola sepak dengan seorang pria dewasa yang tersenyum secerah matahari.
New masih pada posisinya sampai pandangannya bertemu dengan obsidian tajam namun menenangkan dari sosok dibawah sana.
"New! Selamat pagi!" Pria dewasa itu berseru sambil melambaikan tangannya, tidak lupa dengan gummy smile itu.
"Pagi Bunda! Ayo bermain bersama kami dan Ayah!" Si Bungsu berseru dengan semangat yang disetujui oleh saudara kembarnya.
New berjalan perlahan dan meremas besi penyangga balkon. Pandangannya seketika berkabut, namun senyum manis itu merekah seiring air matanya yang mulai mengalir.
Pria dewasa di bawah sana nampak terkejut, pun dua anak kembarnya. Segera New menghapus air matanya.
"Bunda tidak apa-apa, Bunda akan menyusul sekarang."
New segera berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan tergesa. Jantungnya masih berdegup kencang, ia melihat pada pintu halaman belakang yang terbuka disertai bias cahaya, semakin ingin meledak saja dadanya itu.
Karena terlalu fokus pada tujuannya hingga ia tidak sadar jika ada jengkal lantai yang tak rata. Ketika memikirkan akan mendapati rasa sakit menghantam lantai yang dingin, sekoyong-sekoyong rasa hangat dan semerbak parfume maskulin yang ia dapatnya.
New mendongak, sedikit menyipit karena cahaya matahari yang menyilaukan matanya, namun New masih dapat melihat dengan jelas senyum lebar itu.
Ditariknya tubuh New oleh seseorang itu, lalu dikecupnya kcning New lama.
"Selamat pagi New,"
New tidak pernah merasa seterharu ini ketika fajar menyingsing. Tidak pernah sebahagia ini ketika seseorang menyapa paginya.
"Selamat pagi juga, Te." Jawabnya sambil memeluk leher Tawan.
Iya, Tawan Vihokratana, seseorang yang ia dambakan kehadirannya ditengah-tengah keluarga kecilnya. Seorang Ayah dari anak-anaknya.
New melepaskan pelukannya, menatap dari jauh si kembar yang asik dengan bermain bola sepak.
"Ayo ke sana, temui mereka." New mengangguk ketika Tawan berbisik tepat di telinganya.
Tungkainya berjalan mendekati si kembar, "Frank, Nanon. Selamat pagi!" dua anak itu terhenti dari acara bermainnya, bebalik untuk menatap sang bunda.
Lantas keduanya tersenyum dan menghambur memeluk New.
"Bunda, Bangun!" Ujar mereka dengan serempak, membuat New bingung.
"Bunda, Bangun!" lagi, mereka mengucapkan itu. Kali ini seolah mendesak New.
New menautkan ke dua alisnya, "Bunda udah bangun, ada apa?" tanyanya sambil mengelus puncak kepala si kembar.
"Bangun Bunda!"
Karena bingung, New mencoba bertanya pada Tawan, barang kali pria itu tahu maksud si kembar. Namun ketika ia menoleh, bahkan mengedarkan padangannya, sosok itu tidak ada.
Ada sentakan yang begitu menyakitkan. Rasa cemas dan takut menjadi satu, New hendak berlalu mencari Tawan namun ujung bajunya ditarik si kembar.
***
"Temani kami Bunda! Bangun!"
Maniknya terbuka, menangkap dua anak yang tersenyum cerah, satu diantara mereka sedang mamainkan pipinya sementara yang satunya hanya memandangi New.
"Akhirnya Bunda bangun, selamat pagi Bunda!"
Lalu kecupan di pagi hari diterima New dari Nanon, diikuti Frank.
"Kenapa Bunda hari ini bangun siang? Tidak biasanya, kami kelaparan."
Frank merajuk dengan memegang perutnya yang rata. New yang masih terlihat bingung itu terlihat memaksakan untuk tersenyum.
"Maafkan Bunda. Tunggu di meja makan, Bunda akan ke sana untuk membuatkan sarapan."
Dibalas anggukan oleh si kembar, lalu dua anak kembar itu segera pergi meninggalkan kamar New.
New termenung, tangannya meremas selimut, pandangannya perlahan menatap jendela yang tertutup. Darahnya kembali berdesir, bukan desiran yang menyenangkan seperti sebelumnya, kali ini lebih terasa perih.
Tungkainya berjalan menuju arah jendela, membukanya lalu seketika angin sejuk menerpa. Kali ini sama seperti sebelumnya, angin sejuk yang mulai mengacakan helai rambutnya namun untuk selanjutnya, New hanya bisa mengulas senyum pahit.
"Ternyata hanya bunga tidur."
[Bonus aja ini mah wkwk, bonus-nya aja PHP gini emang :") apa sih yang kalian harapkan dari Affection wkwk indak ado!
Sampe ketemu hari sabtu ya Luv!]
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION ✔
FanfictionSetelah 11 tahun berlalu, New memutuskan melupakan semuanya, masa lalu tidak lagi penting, yang terpenting saat ini hanyalah kebahagiaan anak kembarnya. Namun manusia hanya bisa berencana, dan tuhan yang menentukan. Terdapat kendala besar yang mengh...