Bagian 6

5.1K 582 79
                                    

Bagian 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 6

.

.

Diskusi mengenai pekerjaan sudah selesai sejak 15 menit lalu, makan siang juga sudah merek lakukan, seharusnya inilah waktu yang tepat untuk berpamitan, namun entah mengapa rasa enggan menghampiri.

Singto sedang mengangkat telfon di luar caffe, asisten yang parasnya tidak kalah mempesona itu terlihat sibuk sekali, alih-alih atasannya sedang menyesap kopi dengan padangan lurus menilik si bening di depannya.

"Kau... Bagaimana kabarmu?"

New yang sedari tadi terdiam dengan berpura-pura mengerjakan sesuatu di laptopnya, sekarang menatap sekilas pada lawan bicara. Disini hanya ada dirinya dan Tawan, jadi Tawan memang sedang mengajaknya berbicara ˈkan.

New tersenyum namun terlalu takut untuk menatap balik manik kembar yangs serupa anaknya. "Seperti yang anda lihat, Tuan."

Masih terlalu canggung, semakin canggung setiap kali New memberikan embel-embel kehormatan seperti itu. Tawan sejujurnya tidak nyaman. Hanya... tidak bisakah mereka baik-baik saja? Setelah apa yang kau lakukan? Jangan bercanda!

Tawan mendengus dalam hati, "Kau terlihat... kurusan?"

New menutup laptopnya, senyum tipis itu masih tersirat. "Begitukah? Itu baik atau buruk?"

Seketika Tawan termangu, kedua manik mereka bersibobrok meski sesaat tadi, ternyata memang tidak mudah ya. Kepalanya di miringkan mencari jawaban yang pas.

"Baik.. namun juga buruk." Diujung ia hanya berdesis kecil

"Anda mengatakan yang lain, Tuan?"

Tawan dengan cepat menggeleng, "Aku hanya mengatakan itu adalah hal yang baik, dan berhenti memanggilku seperti itu, New."

Senyum tipis New perlahan hilang, ia kembali menundukan kepalanya sesaat, lalu menatap keluar caffe. "Lalu harus seperti apa aku memanggilmu?"

"Se-seperti yang biasa kau memanggilku?"

New terkekeh miris sambil menggeleng kepalanya pelan, ketikas suara pintu caffe terbuka, ia beranjak dan mengambil tas kerja nya.

"Terimakasih atas kesempatan besar ini, adapun detail rancangannya akan saya kirim secepatnya, semoga kedepannya kita bisa terus menjalin kerjasama."

New mengulurkan kembali tangannya di depan Tawan, mau tidak mau ia menjabat kembali tangan New.

"... Ya..."

New tersenyum simpul, lalu berjabat tangan dengan Singto, "Terimakasih."

***

Dua bocah kembar tampak terdiam di bangku taman, manik kembarnya menatap setiap interaksi orang yang lewat. Sirat kerinduan bercampur sendu selalu terdapat di kedua netra mereka, ketika melihat seorang anak yang sedang bermain dengan sang ayah. Seperti saat ini.

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang