Bagian 3

5.3K 622 67
                                    

Bagian 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 3

.

.




Pluem memasuki rumahnya, kakinya tergerak ke kamar si kembar dilantai atas, itu sudah menjadi kebiasaannya ketika si kembar memasuki sekolah dasar. Setiap pulang sekolah hingga sampai saat ini ia sudah bekerja, ia selalu pergi mengecek apakah si kembar sudah pulang dari sekolah atau belum. Meski ia sudah tahu jawabannya namun untuk tetap memastikan bahwa keponakannya itu sampai dengan selamat.

Hendak membuka pintu, namun terhenti ketika ia mendengar percakapan dua keponakannya. Tidak ingin menguping tapi dirinya penasaran, Pluem akhirnya terdiam di depan pintu, memasang dengan seksama Indra Pendengarannya.

"Bagaimana? Kau setuju tidak jika kita tanyakan pada Bunda?"

Hidup bertahun-tahun bersama, Pluem hafal ini adalah suara Nanon.

"Tidak usahlah, lagi pula kita sudah pernah bertanya, dan jawaban Bunda selalu sama. Ayah sedang bekerja ditempat yang jauh, suatu hari pasti menjemput kita setelah Ayah mengumpulkan uang."

Pluem terhenyak, ada peraduan rasa dalam dirinya ketika Frank dan Nanon ternyata membahas dia yang sangat Pluem benci. Seseorang yang sudah menghancurkan hati kakaknya, seseorang yang tidak bertanggung jawab, seseorang yang tega meninggalkan kakaknya ketika sang kakak tengah mengandung anaknya. Nafas Pluem menjadi memburu, rahangnya mengeras begitu pula kepalan tangan yang siap melayang. Pluem berniat menghentikan perbincangan mereka, lagi-lagi gagal karena rasa penasaran.

"Tapi... Tidakkah itu aneh? Ini sudah terlalu lama, Bunda juga tidak memiliki foto Ayah. Apakah kau tidak ingin bertemu dan mengenal Ayah?"

Seketika hati Pluem mencelos, ia paham dengan perasaan bingung dan rindu yang menjadi satu, ia paham atas kegundahan hati keponakannya karena ia pun pernah merasakan posisi tersebut. Ketika kedua orang tuanya meninggal saat ia berusia 4 tahun dan Newwie 10 tahun.

"Aku ingin, tapi..."

"Bagus! Sepulang Bunda bekerja ayo kita tanyakan. Kali ini kita harus mendapat jawabannya dan kita buktikan bahwa kita juga memiliki Ayah pada Marc dan teman-temannya yang sombong itu!"

".... Ok.."

Pluem membuang nafas lelahnya, apa yang akan kakaknya katakan untuk menjawab pertanyaan mereka? Apakah akan terus berbohong dan memuji dia sebagai sosok Ayah yang tengah merantau demi menafkahi mereka? Kenapa tidak berkata jujur bahwa dia bahkan tidak pantas mendapat sebutan Ayah dari bibir Frank dan Nanon. Seorang Ayah tidak akan pernah berniat membunuh Anaknya sendiri.


***


"Lagi?"

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang