Bagian 12

5.2K 590 171
                                    

Bagian 12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 12

.

.

Hal yang sudah menjadi biasa ketika ia bangun di pagi hari dengan ditemani rasa pening. Ini sudah terjadi beberapa minggu ke belakang, rasanya tidak ingin memeriksakan kembali kondisi terbarunya pada sang dokter, Newwie terlalu takut mendengar kabar yang lebih buruk dibandingkan saat ia pingsan pada waktu itu.

Saat setelah sang adik melontarkan kekesalan dan rasa protes karena New menyembunyikan penyakitnya, Pluem memberitahukan mengenai kondisi terbarunya.

"Dokter mengatakan kondisi ini tidak baik."

Newwie meruntuk, adiknya ini tidak mengerti kata basa-basi atau bagaimana. "Apa katanya?"

"Katanya, beruntung karena beliau yang memeriksamu, jadi ini dapat segera ia sampaikan padaku karena dia juga memeriksamu sebelumnya, dia Dokter Kayavine."

New berdeham sambil memainkan selimut tipis Rumah Sakit, wajahnya memang terlihat tenang. Namun dalam hati ia sungguh ketakutan, dilihat dari wajah Pluem dan sikapnya itu adalah bukan hal baik.

"Tumornya tumbuh dengan cepat, Phi harus segera melakukan operasi sebelum itu semakin buruk dan menjadi kanker otak."

New menelan salivanya, dadanya berdegup kencang. Pikirannya segera dipenuhi si kembar. Yang New takutkan bukanlah kematian, melainkan bagaimana si kembar hidup tanpanya. Apakah mereka akan makan dengan cukup? Tidur dengan baik? Hidup dengan layak? Dan segala pemikiran skeptis lainnya.

"Phi?"

Tubuhnya tersetak dan segera menoleh ke belakang, adiknya yang sudah rapi itu memandang penuh tanya.

"Kau melamun. Apa yang kau pikirkan?"

New berusaha menarik sudut bibirnya meski kedua manik madu itu terlihat begitu kaku dan lelah. Ia menggeleng dan kembali mengaduk sup yang telah mendidih.

Helaan nafas kasar itu sampai ke gendang telinganya seiring tubuhnya dibalik paksa untuk menghadap adiknya.

"Kau sudah berjanji tidak ada yang dirahasiakan. Katakan padaku!"

Alih-alih kedua tangannya menangkup wajah Pluem, New tersenyum manis, "Aku memikirkan, kapan kau akan melaksanakan pernikahan dengan Mon?"

Keruh di wajah Pluem memudar, ia lalu membuang nafas pelan, "Kau tidak sedang berbohong padaku kan, Phi?" tanya Pluem sambil bergerak menjauh untuk mematikan kompor.

New masih diam ditempatnya, ia kembali menoleh dan menepuk bahu adiknya, "Jadi kapan? Tidak baik loh menundanya terlalu lama."

Pluem menautkan alisnya melihat New yang sedang tersenyum jail dengan menaik-turunkan alisnya.

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang