Special Chapter

6K 514 132
                                    

AFFECTION : The Real Ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AFFECTION : The Real Ending

.

.

Salah satu hal terpenting dalam hidup adalah cinta. Dalam cinta semua menjadi benar, apakah kalian setuju? Seseorang dapat melakukan apapun demi cinta. Seseorang yang keras dapat menjadi lemah lembut hanya karena cinta, seseorang yang tidak bisa apa-apa seketika bisa melakukan apa-apa atas dasar cinta. Menjadi pribadi lebih baik, bahkan buruk. Semua hanya tergantung bagaimana kalian memahami hal tersebut. Kembali lagi kepada setiap pola pikir manusia.

New memahami cinta sebagaimana itu adalah Matahari. Sinarnya yang cerah, agung, penuh kehangatan dan sumber kehidupan. Selalu memberi dan tidak mengaharapkan imbalan. Lalu Tawan memahami cinta sebagaimana itu adalah hidupnya. Harus ia jaga sebaik mungkin.

Dengan cinta mereka memulai maka dengan cinta pula seharusnya mereka mengakhiri. Setelah semua yang terjadi, banyak alasan untuk New pergi menjauh, melupakan seolah-olah itu bukanlah bagian dari hidupnya, tetapi ia tidak bisa dengan hanya mengingat bahwa rasa cintanya pada Tawan telah mengakar.

Pun Tawan, ia tidak ingin lagi bermain-main dengan hidupnya, cintanya. Cukup sekali ia merasakan hidupnya begitu kosong dan gelap, ia tidak ingin kembali pada masa-masa itu, tetapi juga Tawan tidak ingin melupakan, karena menurutnya jika tidak seperti itu Tawan mungkin masihlah Tawan yang dulu. Berengsek, bajingan dan semua hal-hal buruk umat manusia.

Sekarang, dua insan itu ingin membangun suatu hal yang baru, mengukir kenangan manis demi setiap waktu-waktu lampau yang teramat perih.

"Sedang apa?"

Seulas senyuman terpatri di wajah pria manis itu, mana kala kedua maniknya menangkap sosok pemilik hati. Tangannya menepuk-nepuk sisi kosong di sebelahnya. Kemudian, tangan itu terulur menujukan salah satu video kucing berwarna putih.

"Lucu ˈkan?"

"Hm, lucu. Tapi aku lebih menyukai anjing dari pada kucing."

Bibir ranum itu mengerucut, matanya mendelik kecewa. "Kucing lebih menggemaskan." Entah menyadari sosok di hadapannya ini sedang merajuk atau hanya pura-pura tidak tahu, tetapi Tawan menggeleng kencang.

"Tidak, anjing lebih menggemaskan, mereka sangat loyal dengan pemiliknya."

New menyipitkan matanya. "Kau menyebalkan."

"Dan kau sangat menggemaskan, New."

Seketika pipinya bersemu, ia lantas mencubit punggung tangan Tawan. "Kita bukan lagi anak remaja!"

Tawan berdesis sakit sembari menatap New dengan memelas. "Memang siapa yang mengatakan kita ini remaja?"

"Te!"

"Hahahaha!"

Tawan paling senang jika menggoda New seperti ini, pipinya yang akan dihinggapi semburat merah jambu ketika malu sungguh sangat membuat nyaman. Sedang New begitu menikmati saat-saat ia bersama dengan Tawan.

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang