Bagian 11

5.4K 588 79
                                    

Bagian 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 11

.

.

Dirinya duduk termenung di depan jendela kamar. Suasana rumah tampak sepi sekali, ia tidak terbiasa. Maklum saja, ke dua anaknya telah berangkat sekolah, lalu adiknya sudah berangkat kerja, jadi ia sendirian di rumah. Kemarin dirinya baru pulang dari rumah sakit setelah dirawat semalaman, dan hari ini sang adik memaksanya untuk tidak masuk bekerja dulu.

New membuang nafas panjang, merebahkan dirinya diatas kasur. Menatap langit kamar yang nampak polos tanpa ada hiasan. Memorinya berputar pada percakapan yang tidak sengaja ia tangkap tadi malam.

"Ini sudah sebulan, apakah Bunda akan menepati janjinya, Frank?"

"Bunda bukan seseorang yang suka melanggar janjinya, Nanon. Bersabarlah lagi."

"Kau berkata seperti ini tapi sama juga sepertiku kan, Frank!"

"Ya, tentu. Tapi aku percaya pada Bunda. Bunda pasti akan membawa Ayah pada kita."

"Ah.. aku benar-benar ingin bertemu dengan Ayah. Kenapa pula Bunda tidak memiliki foto Ayah?"

"Entahlah, jangan menanyakannya pada Bunda sekarang, biarkan Bunda beristirahat."

Saat itu New hanya mampu bersandar pada dinding. Dirasa pembicaraan itu usai, ia melangkah pergi, urung memasuki kamar si kembar.

New mengalihkan netranya pada nakas disamping ranjang. Disana tidak ada yang berarti, hanya ada gelas berisi air mineral, dua botol obat dan figura dengan foto dirinya serta si kembar. Bibirnya mengulas senyuman tipis.

'Semoga ini yang terbaik..'

***

Tawan bergegas dengan perasaan menyatu. Segera menjalankan mobilnya pada sebuah tempat yang telah mereka setujui untuk mengobrol. Setengah jam lalu ia mendapat sebuah panggilan dari seseorang yang berani menampar pipinya dengan kencang. Kejadian itu sudah lewat satu bulan namun ia masih ingat bagaiama rasa panas dan sakit di hatinya, padahal yang dilukai orang itu adalah pipinya.

Mengambil nafas dalam lalu membuangnya perlahan sebelum keluar dari mobil. Tawan tidak tahu motif New menghubunginya dan memintanya untuk bertemu karena ada sesuatu yang perlu dibicarakan, tapi ia tetap menurutinya karena ternyata rasa rindu itu lebih banyak.

"Sudah lama menunggu?"

Orang itu mendongak lalu tersenyum tipis sambil menggeleng. Tawan duduk di seberangnya, segera memanggil pelayan untuk memesan kopi dan beberapa kudapan. Mereka saling terdiam sampai pesanan Tawan datang.

Tawan tersenyum dalam hati melihat yang dipesan orang itu masih sama, Strawberry Perfait. Ia lalu melihat interior cafe, masih sama pula sejak ia SMA, hanya beberapa pajangan disudut ruangan yang terlihat bertambah.

AFFECTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang