Hai, ini aku, si Upik Abu. Kamu lagi apa? It's been long day semenjak aku mengakhiri semuanya. Tentang aku, tentang kamu, atau bahkan tentang kita sudah aku singkirkan jauh-jauh dari pikiran bebalku ini. Kenangan-kenangan di kedai eskrim yang lucu di tanah Yogyakarta, atau warung-warung kaki lima yang kerap kita sambangi, sudah aku musnahkan semuanya; tanpa jejak.
Penyihir Jahat, ini tidak pernah mudah bagi aku untuk melepaskan kamu. Mengingat kembali bahwasanya kita merupakan sebuah kesalahan membuatku harus mengakhiri segalanya. Kamu dengan dia yang telah kamu pilih, dan aku—dengan lelakiku. Kita telah menjadi kesalahan sejak pertama kali kita berbincang. Menutupi segalanya agar semua ini tetap baik-baik saja.
Penyihir Jahat, Upik Abu kamu merindukan saat-saat dimana kita saling mengejek satu sama lain. Berbicara tentang gosip-gosip terbaru, atau hanya sekedar merekomendasikan buku antara aku dan kamu. Menghabiskan malam-malam dengan jajanan-jajanan pinggir jalan atau sekedar bermain ABC lima dasar—yang sayangnya kamu selalu kalah.
Kamu tahu tidak alasan aku meninggalkan kamu pada pertengahan Desember tahun lalu? Menghilang secara tiba-tiba dari dunia kamu? Ini salah, Penyihir Jahat. Semuanya salah. Kamu yang diam-diam menemui aku saat kamu tidak bersama wanitamu, dan aku yang juga tak kalah merahasiakan semuanya dari lelakiku. Aku dihantam kenyataan bahwasanya aku dan kamu terlarang.
Aku ditikam pilu bertubi-tubi. Gamang akan segalanya. Mencintai kamu begitu rupa, namun masing-masing dari kita sudah terikat. Penyihir Jahat, semenjak malam itu, hari kesebelas di bulan Desember tahun lalu, aku selalu menangisi kamu diam-diam. Merindukan kamu dengan begitu biru dan sembab oleh kenyataan pahit yang aku ciptakan sendiri.
Berpikir bahwasanya mungkin saja aku gila karena aku terus-menerus memikirkan kamu. Jari-jemariku begitu gatal rasanya ingin menuliskan pesan dan menghubungi kamu. Mencerca kamu dengan pertanyaan-pertanyaan dan cerita-cerita yang belum kamu dengarkan. Upik Abu kamu menangisi kamu sejadi-jadinya, menyalahkan takdir yang begitu kejam dalam menuntun hidup.
Malam itu, mungkin kerawasanku masih tersisa sedikit. Sehingga aku mampu berpikir bahwasanya ini salah. Kamu dan aku salah, kita berdua adalah kesalahan. Pikirku, melepaskan kamu akan begitu mudah. Toh, dulu tanpa adanya kamu aku juga tetap bahagia dengan lelakiku. Namun aku salah besar, Penyihir Jahat. Aku menangisi kamu, meraung, dan hilang arah.
Kenangan-kenangan sialan itu terus berputar diotak gilaku ini. Sekeras apapun aku mencoba menyingkirkannya, kenangan-kenangan sialan itu masih berputar dengan jelas. Penyihir Jahat, coba jelaskan padaku, mengapa aku bisa sejatuh ini kepada kamu? Mengapa aku bisa secandu itu dengan kamu? Aku tidak paham, dan tidak akan pernah paham.
Hari-hari terasa semakin berat dan panjang setelah aku melepaskan segalanya. Kamu dengan hidup kamu, dan aku dengan hidup aku. Aku juga tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak lagi setelah hari itu. Aku bagai pesakitan yang terus memburuk dan menunggu mati. Penyihir Jahat, aku tidak pernah menyangka jika merindukan kamu akan sebegitu menyakitkan.
Kadang aku menyesali pertemuan-pertemuan kita. Menderita sendirian dan merindukan kamu dalam dinginnya ringkukan. Bersikap seolah-olah kita adalah masing-masing yang asing saat tak sengaja bersua. Selanjutnya mengurung diri untuk membunuh rasa yang juga tak kalah sialnya.
Penyihir Jahat, aku mencoba merelakan kamu. Aku mencoba membangun kembali hidupku dengan lelakiku. Menata sisa-sisa harapan yang dulu pernah aku buang mentah-mentah dan membangun kembali riuh bersamanya. Kamu memang kesalahan, tapi aku tidak pernah menjadikan kamu alasan untuk benci. Penyihir Jahat, kini Upik Abumu sedang berusaha. Semoga ia bisa, semoga ia mampu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Heart
PuisiHalo! Jika kamu mengira bahwa ini adalah sebuah cerita, jawabannya adalah bukan. Saya tidak tahu ini apa, tetapi jika kamu ingin, kamu boleh membacanya. Lalu, jika ada yang tidak tepat dengan isi hati dan kemauanmu, maka tinggalkanlah koreksi dan ke...