Pagi ini bau tanah basah menyeruak, embun-embun pagi bergelanyut manja pada dedaunan itu. Aku tercenung sejenak, memutar kembali kenangan-kenangan pada hari kemarin. Ah, rasanya ini terlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin kamu menjadi milikku.
Kamu tahu? Seberapa keraspun usaha yang aku upayakan untuk melupakan kamu, kenangan-kenangan sialan itu terus saja mengikuti ku, beputar-putar dikepala ku ini, membuatku semakin gila. Ini terlalu berat untuk aku yang sangat pecundang.
Katakan padaku, sihir apa yang kamu gunakan? Mantra apa yang kamu ucapkan? Sehingga dengan begitu aku sangat sulit mengenyahkan kamu dari pikiranku. Kenangan-kenangan sialan itu terus saja menghantuiku. Tentang malam-malam panjang penuh pelukan atau hari-hari menyenangkan dengan berbagai kecup dan ciuman.
Kamu tahu tidak? Sebegitu sedihnya aku, aku sampai tidak bisa menitihkan air mataku ini. Bahkan kata sedih sajapun tidak bisa menggambarkan seberapa besarnya sedih yang aku alami. Air mataku kering, tidak berbekas ataupun tersisa. Aku gamang, aku kehilangan arahku. Tentang kamu yang begitu rumit, dan aku yang juga tak kalah sulit.
Semenjak aku resmi bukan lagi menjadi milik kamu, espresso-espresso milikku terasa semakin pahit ditenggorokan. Aku mencoba menghilangkan segala hal tentang kamu, namun sialnya banyak sekali benda-benda yang mengalamatkannya kepada kamu.
Aku merindukan kamu. Merindukan Kartonyono Medot Janji atau Sugeng Dalu yang tidak sengaja terselip diantara playlist Sal Priadi aku. Dulu aku akan marah, mengutuk kamu karena kamu dengan jahilnya mengganggu Sal aku. Namun, tidak. Aku menangisi kamu sekarang, tersedu-sedan. Menyadari bahwasanya aku mulai merindukan kamu dengan pilu, yang lama semakin jadi biru.
Pun dengan strawberry-strawberry masam kala itu. Tawa-tawa yang tidak pernah henti dan rengkuhan-rengkuhan yang begitu menenangkan.
Hingga kini, semuanya sirna. Kamu bukan lagi menjadi milik aku. Aku melepaskan kamu. I gotta set you free. Meski berat, meski tidak mudah. Meski rasanya tanganku gatal ingin mengirimi kamu pesan bertuni-tubi. Meski aku marah karena kamu tidak membalas pesanku. I gotta set you free.
Selamat tinggal, aku akan melepaskan kamu dengan ikhlas. Dengan rasa yang tak kalah bergemuruh di dada. Sampai jumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Heart
PoesiaHalo! Jika kamu mengira bahwa ini adalah sebuah cerita, jawabannya adalah bukan. Saya tidak tahu ini apa, tetapi jika kamu ingin, kamu boleh membacanya. Lalu, jika ada yang tidak tepat dengan isi hati dan kemauanmu, maka tinggalkanlah koreksi dan ke...