Bagian 29

111 8 1
                                    

Sepulang dari pemakaman Dito, Rara memilih untuk langsung pulang ke rumah. Ia mendudukkan bokongnya di atas tempat tidurnya. Rara membuka iphonenya lalu beralih membuka galeri dan menemukan fotonya saat bersama Dito di puncak tempat mereka selalu membuang keluh kesah.

"hmm.." Rara tersenyum dengan mata yang mulai berkaca-kaca memandangi foto itu

"Dit, gue ikhlasin lo pergi kok. Tapi kenangan lo pasti ngga akan bisa gue hapus begitu aja." kini balutan kaca di mata hazel Rara pecah menjadi butiran air jatuh di pipinya.

Pintu kamar Rara terbuka. Menampakkan seorang paru baya yang tidak pernah tega melihat gadisnya itu rapuh.

Mama Rara kini duduk di samping anaknya, mengusap rambut Rara agar Rara lebih tenang.

"Semua yang di ciptakan di dunia ini pasti akan kembali lagi kepada penciptanya. Jadi, Rara harus ikhlas. Dito juga pasti akan sedih kalau melihat kamu terus sedih, ya kan? Sekarang kamu keluar gih. Di luar ada Nayla nungguin kamu dari tadi." ucap mama Rara.

Rara menghapus air mata yang tersisa di pipinya.

"Makasih yah ma. Mama selalu buat Rara merasa lebih tenang" Rara tersenyum bangga kepada mamanya.

"yuk kita ke bawah" Mama merangkul Rara dan berjalan keluar dari kamar.

"Nay, udah lama yah? maaf udah buat lo nunggu lama"

"Hehe..santuy aja Ra. Gue kesini juga ngga sendiri kok"

"Emangnya lo kesini sama siapa?" Rara melihat ke arah luar untuk memastikan dengan siapa Nayla datang kerumahnya.

"Naufal.." panggil Nayla.

"Kenapa Nayla malah ngajakin Naufal?" pikir Rara.

"Hai Ra" Sapa Naufal dengan senyum saat baru saja masuk ke rumah Rara.

"Hai Fal" balas Rara tersenyum.

Nayla menyenggol lengan Naufal seakan memberi kode agar Naufal membuka bicara.

"Khm..gini Ra, gue kesini mau minta maaf sama lo. Gue tau selama ini gue egois. Gue ngga pernah sadar kalau cinta lo emang bukan buat gue lagi. hm..gue juga mau ngasih ini ke lo" Naufal memberikan smartphone milik Dito kepada Rara.

"Di hp itu banyak tentang lo yang Dito simpan diam-diam. Dan gue harap itu bisa lo simpan sebagai kenang-kenangan"

"Iya Fal, gue udah maafin lo. Dan hp ini, pasti bakalan gue jaga kok. Makasih yah"

"Lo buka aja dulu, siapa tau ada sesuatu yang Dito simpan dan ngga mau sampai lo tau. Dan sekarang sudah saatnya lo harus tau"

Rara mengangguk dan membuka hp itu.

Rara membuka galerinya dan mendapati banyak potret dirinya yang sengaja di ambil Dito tanpa ia sadari. Rara tertawa saat melihat banyak foto candid dirinya. Ia sedikit malu tapi untuk malu rasanya tak perlu lagi. Toh hp ini juga sudah jadi miliknya. Tak perlu khawatir kalau ada yang akan melihat potret dirinya.

"Gue jadi rindu sama Dito. Gue rindu nungguin senja di rooftop bangunan itu, mungkin sekarang bangunan itu juga udah jadi. Gue ngga bisa lagi naik ke atas rooftopnya."

Nayla tersenyum dan mengusap pundak Rara.

"Tenang aja Ra, gue atau pun Naufal, siap kok nememin kapan pun lo mau liat senja."

"Makasih yah Nay" Rara memeluk Nayla. Begitu hangat. Nayla sangat tidak tega melihat sahabatnya yang periang kini menjelma seseorang yang penuh pilu.

***

Tiga minggu kemudian.

"Yeaayy...akhirnya Ra, kita lulus juga. Lo hebat yah bisa jadi lulusan kedua terbaik di sekolah. Gimana, lo jadi ngga ngambil beasiswa di Inggris?"

Rara memang mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Inggris karena menjadi lulusan kedua terbaik setelah Naufal.

"Iya dong. Ini kan kesempatan yang berharga."

"Jadi, kita ngga sama-sama lagi nih? lanjut di UI hanya wacana dong?"

"Nayla ku sayang, lo kan masih bisa nerusin hidup tanpa gue. Gue yakin banyak kok yang mau jadi teman lo. Lo kan sahabat terbaik di hidup gue. Dan lo ngga bakalan tergantikan."

"Iya iya. Gue juga akan selalu dukung lo kok Ra"

"Hei..pada gosipin gue yah?" Naufal datang mengagetkan Rara dan Nayla.

"Ih Naufal..resek banget sih! Ngga usah gr deh lu!" Ucap Nayla.

Rara terkekeh melihat muka Nayla yang terlihat lucu saat sedang marah.

"Maaf maaf"

"Btw, fal, lo jadi ngambil beasiswa itu? lumayan loh Italy!" tanya Rara.

"Yah gue sih mau aja, tapi kan gue udah terlanjur ngambil yang di Australia. Orang tua gue juga bakalan pindah kesana. Karena bokap gue punya perusahaan yang harus di urusin di sana."

"Hm..gitu. yaudah sih terserah lo aja. Semoga kita bisa sukses bareng yah. Walaupun kita bakalan pisah jauh, masing-masing dari kita jangan ada yang lupa. Gue pasti bakalan rindu banget sama kalian" Rara kini berada di tengah dan merangkul Nayla dan Naufal.

"Ciee dari musuh jadi pacar trus sekarang jadi temen. Siklus yang langka!" Tawa Nayla pecah di antara kerumunan murid Nusa Bangsa yang sama-sama bahagia.

Kini mereka bertiga memilih jalan hidup yang berbeda. Rara yang serius di jurusan Fotografer di salah satu universitas di Inggris, Nayla yang tekun dengan jurusan hukum di Universitas Jakarta, dan Naufal dengan jurusan Bisnis Administrasi di salah satu Universitas terkenal di Australia.

     
_________________________________

Assalamu'alaikum readers...🙂
Senang banget karena Memendam Rasa sudah finish. Jangan lupa voment yah. Maaf jika cerita ini masih banyak kurangnya, karena saya juga masih belajar dalam dunia menulis. Makasih karena sudah mau singgah untuk membaca cerita ini.

Dan buat temen-temen, saat ini tetap di rumah aja. Untuk menghindari penyebaran pandemik covid-19. Di rumah adalah salah satu tindakan baik kita untuk mengurangi penyebarannya. Buat yang hobby baca, aplikasi orange ini sangat bisa untuk mengisi kekosongan kita. Semoga kalian enjoy yah😊

salam,
@annurmsvira

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memendam Rasa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang