Bagian 26

115 5 0
                                    

  Entah mengapa, pagi ini Rara tidak enak badan. Tubuhnya tak sanggup bangkit dari tempat tidurnya.

"Bi,"panggil Rara dari dalam kamar dengan suara sedikit keras.

Bibi pun datang. "Iya non, ada apa?"tanyanya kemudian.

"Bi, Rara sepertinya ngga enak badan. Bibi, tolong dong ambilin Rara obat." Pinta Rara dengan sopan.

Bibi pun memegang jidat Rara dan kaget karena jidat Rara terasa hangat.

"Non Rara demam ini. Non Rara tunggu disini yah, bibi ke bawah dulu cari obat."

"iya bi makasih."

  Rara meminta bantuan pada Bibinya karena di rumahnya sekarang hanya ada Bi Ratih dan Pak Wahyu--supirnya. Mamanya keluar kota, papanya juga. Rara merasa begitu kesepian di tambah lagi saat ia merasa kehilangan Dito sebelum sempat menjadi seseorangnya.

  Bi Ratih datang kembali dan membawa nampan yang berisi bubur, air segelas, dan juga obat."Non ini buburnya di makan dulu baru deh minum obatnya." ucapnya kemudian.

"Makasih yah bi. Kalau ngga ada bibi, Rara mungkin akan sangat kesepian."

"Iya..Bibi akan selalu ada untuk Non Rara. Yang penting sekarang, non Rara harus banyak istirahat jangan mikirin yang ngga-ngga."

"siap bi." jawab Rara tersenyum.

Saat Rara sedang memakan bubur yang di bawakan oleh bi Ratih, tiba-tiba ada suara notif khas dari aplikasi Whatsapp di ponselnya. Ia pun segera meraih ponsel itu di atas nakas. Ia tak menyangka bahwa yang mengiriminya chat adalah Dito.

Dito? pikir rara yang merasa heran karena setau Rara, Dito kini menjauhinya.

Lo sakit?

Pesan singkat itu membuat Rara bahagia. Karena ternyata Dito masih perhatian dengannya. Rara pun segera mengetikkan balasan untuk chat Dito.

                                                  Cuman demam kok.
Ntar juga baikan.
   
   

Demam juga sakit kali Ra.
Ntar gue kesana yah.

  Rara sontak tak percaya dengan chat terakhir dari Dito. ia tak membalasnya tapi itu membuat Rara merasa lebih baik lagi karena Dito masih peduli dengannya.

Kenapa Naufal ngga ngabarin yah? apa dia ngga nyariin aku di skolah? Dito emang lebih peduli.
Pikir Rara.

               ***
  Sepulang sekolah, Dito memilih langsung ke rumah Rara. Dalam hatinya ia merasa bersalah karena telah membuat Rara menangis kemarin. Dito pun memarkirkan motornya di depan rumah Rara.

"Assalamu'alaikum" Ucap Dito mengetuk pintu.

"Wa'alaikum salam. Silahkan masuk den. Non Raranya ada di kamar, lagi tidur." ucap Bibi yang membuka pintu.

"Bibi bisa ngga temenin saya untuk liat keadaan Rara? Tadi saya juga udah ngabarin dia kalau nanti saya akan kesini."

"ow iya bisa. Mari bibi antar." Bibi pun berjalan ke kamar Rara dan di ikuti oleh Dito dibelakangnya.

Setelah sampai di kamar Rara, Dito pun masuk dan Bi Ratih juga. Karena Dito tidak ingin ada salah paham jika dirinya hanya berdua dengan Rara.

"Ra, ini gue Dito. Gue kesini buat lo. Maafin gue udah buat lo kepikiran karena kata-kata gue kemarin." ucap Dito yang telah duduk disamping spring bed Rara. Rara yang tadinya tidur, kini ia membuka mata dan langsung tersenyum saat melihat Dito yang benar-benar datang.

Memendam Rasa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang