J(-)10,0

14 3 0
                                    

Sekarang kami sedang berada di luar rumah. Kami menyusuri kota Seoul. Ini benar-benar menyenangkan jika aku menyusurinya dengan namjaku ini.

Kami berlarian di trotoar jalanan Seoul. Mengejar satu sama lain. Banyak kulihat orang-orang pejalan kaki yang memperhatikan kami.
Mungkin hampir semua(?)

Tapi siapa peduli. Dia adalah pacarku. Dia tampan. Jadi wajar saja jika setiap kami melewati orang, dan orang itu akan melihat kami. Itu wajar, ya kan?

🐰🐰🐰

Hari mulai siang. Tapi mentari masih juga belum menampakkan dirinya. Seharusnya sekarang kota Seoul sudah didatangi oleh salah satu bintang terbesar di alam semesta ini.

Aku benar-benar dibuat capek oleh namjaku ini. Dia selalu menjahili ku. Setiap kali dia melakukannya, pasti dia akan berlari menjauhiku. Sebab itu kami berlari-lari disepanjang trotoar.

Grrr...

Perutku mulai menggeram. Meminta untuk memasukkan makanan kedalamnya. Aku juga sudah mulai letih dan haus. Ini karena kau jeon, aku lelah.

"Aku mendengarnya"

Sepertinya jeon mendengar suara geraman perutku(?)

"Mwo??"

"Kau lapar. Ayoo ke kafe itu"

Jeon menunjuk ke arah kafe yang berada tepat didepan kami. Aku menyipitkan mataku.

Magic shop..??
Emm.. Nama yang indah..

"Kajja"

Dia menggenggam tanganku dan menarik ku. Kami berlari di tengah jalanan.

Tapi ada sesuatu yang mengganjal. Kenapa tidak ada mobil yang berlalu lalang disini?? Orang-orang yang tadi nya berhambutan juga sudah pergi. Jalanan ini seperti kota mati

Kriiing...

Welcome into the magic shop...
Any words you'd like to share?
Any wish you'd like to make come true?
Magic shop will be your guidance...
But first, i will need your keys...
After that, open the door to the magic shop.

"Woaah.. Jeon-ah.. Ini indah"

Ruangan ini benar-benar membuatku takjub. Dipenuhi oleh banyaknya bintang. Seperti di luar angkasa.

"Kau suka?? Aku selalu ingin mengajakmu kemari. Aku sangat menyukai kafe ini. Sudah sering juga aku kemari"

"Ndee. Jinjja?? Tapi sepertinya kafe ini tidak ada sebelumnya.."

Ya. Benar. Kafe itu memang tidak ada ditengah-tengah bangunan ini sebelumnya. Apakah ini baru-baru saja dibuka?? Tidak...

Jika benar kafe ini baru saja dibuka, pasti banyak orang yang mengantri untuk masuk kedalam. Tapi nyatanya kafe ini benar-benar tak ada pengunjungnya.

Seperti hanya aku dan jeon lah pengunjung pertama dan terakhir di kafe ini. Apalagi.. Lihatlah! Kafe ini terlalu sayang untuk dilewati.

"Jeon-ah! Lihat lah itu! Ada photobox disana!! Ayo, kita harus foto disana"

Aku menarik tangan jeon dan langsung pergi ke tempat photobox itu. Tepat didepannya. Tertera tulisan disana.

Magic Box

Nama yang bagus.

Kami masuk kedalam sana. Mesinnya tak hidup.

"Jeon-ah.. Kenapa photobox ini tidak menyala?? Bagaiman cara menggunakannya?? Haruskah kita menggunakan koin?? Aku tidak memiliki koin"

Aku merogoh-rogoh tas ku. Mencari koin. Jeon tertawa lepas.

"W-wae???", tanyaku sedikit kikuk

"Mesin ini tidak perlu memakai koin. Kenapa kau lucu sekali eoh??"

Jeon tertawa. Tangannya tak diam. Dia mencubit pipi ku.

"Aw! Sakit.."

Jeon lalu merogoh sakunya. Mengerluarkan sesuatu dari sana.

"Ini.."

Dia mengeluarkan kunci dari sakunya. Kunci itu berwarna ungu bening. Ada manik-manik didalamnya dan hidup. Seperti galaxy yang sedang berputar

"Kunci?? Untuk apa ini?? Darimana kau dapat?? Kenapa ada kunci seperti ini?? Menarik sekali..."

Aku bertanya pada jeon seraya memutar-mutar kunci itu dan melihat kedalamnya. Aku benar-benar takjub
Darimana asalnya kunci ini??

"Aku sudah bilang padamu. Aku sering ke kafe ini. Dan aku mendapatkan kunci ini"

"Ya! Kau sering kemari?? Kenapa tak mengajakku ha?? Aku juga ingin kemari.. Apakah kau dengan orang lain pergi kesini?? Dengan siapa kau pergi?? Katakan padaku.."

Aku langsung menoleh jeon yang berada dibelakangku. Aku melontarkan beberapa pertanyaan padanya.

Tidak.

Aku melontarkan banyak sekali pertanyaan padanya.

"Haiiis.. Kenapa kau cerewet sekali hari ini?? Aku ingin menghabisi pipimu itu jika kau bertanya sebanyak itu padaku", katanya gemas

"Aku hanya sendiri disini. Tidak ada orang yang kuajak. Bahkan aku menunggumu sangat lama agar kau ikut terpanggil denganku kemari."

"Apa maksudmu ikut terpanggil kemari?? Cakaplah dengan benar. Aku sudah disini sekarang denganmu"

Jeon. Ada-ada saja tingkahnya. Dia berkata itu seperti kami tidak akan bertemu lagi untuk waktu yang sangat lama.

"Aku akan pergi denganmu sesering mungkin kesini. Jadi kau tak perlu khawatir."

Aku menepuk pucuk kepala kelinciku ini dan mengecup keningnya.

"Iya. Kau akan pergi denganku ke tempat ini jika kondisi nyatamu sekarang sedang seperti ini"

Haah.. Jeon..
Dia bersikap konyol lagi.

"Hey.. Berhentilah berkata-kata konyol. Sekarang ayo kita berfoto saja"

Jeon tertawa pelan. Pelan sekali. Tapi aku masih bisa mendengarnya.

"Baiklah.. Ayo kita buat pose-pose lucu!!"

Aku terlalu bersemangat di kafe ini. Kurasa aku akan sesering mungkin pergi dengan jeon-ku ini.

Cekrik

Cekrik

Cekrik





























































































Aku akan bertahan 10 hari lagi, venus-ah.
Maafkan aku.

-jeonjeongguk-

DIMENSION || COMPLETE📍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang