J(-)5,0

27 4 0
                                    

Aku bangun dari tidur ku dan langsung melihat ke arah jam.

Jam 12?!

Aku melompat dari ranjang dan berlari ke toilet yang berada tidak jauh dari kamarku. Lalu aku mandi secepat mungkin

Bagaimana mungkin aku bangun jam 12?? Jeon pasti sudah menunggu ku disana!!!

Selesai ku dari mandi. Aku berlari lagi ke dapur. Bibi ada disana. Aku hanya menyapa bibi sekilas dan langsung merampas kasar roti yang sudah dibuat oleh bibi.

"Nona?? Mau kemana?? Terburu-buru sekali.. Makanlah dulu.."

"Tidak bii.. Tidak bisa.. Aku akan ke taman sekarang.. Jeon sudah menunggu disana pasti!!"

Bibi hanya tersenyum melihat ku

"Pergilah.. Jangan sampai dia menunggu sangat lama"

🐰🐰🐰

Aku benar-benar lari sangat cepat. Roti yang dibuat bibi tadi pun masih belum ada ku makan sedikit pun.

Haah.. Hahhh..

"JEON-AH!!!"

Ya.. Jeon-ku sudah ada disana. Dia sedang memegang gelang ku. Aku bisa melihatnya dari jarak atas sini.

Aku langsung mengayunkan kaki ku cepat untuk sampai ke bawah sana. Jeon tersenyum melihat tingkah ku yang dimana roti tadi berada di mulutku. Aku langsung memeluknya.

"Venus-ah.. Apa kau belum makan??"

Tanya nya seraya melepas pelukan kami.

"Belum.. Apakah kau baru sampai??"

"Tidak. Aku sudah daritadi sampai disini."

Jeon tertawa geli melihatku yang merasa bersalah padanya. Karena seharusnya yang lebih dulu sampai itu aku bukan dia. Dia mengacak-acak gemas rambutku.

"Makanlah dulu.. Nanti kau sakit. Aku tidak mau melihatmu sakit. Kau harus sehat"

Jeon-ku lembut bukan??

"Nee..", aku membalasnya dengan senyuman

Aku melahap roti ku. Jeon melihat ku makan. Dia memangku kepalanya dengan tangan dan sesekali memainkan rambutku yang mulai panjang ini.

"Jeon.. Kenapa kau tidak membalas pesan ku semalam?? Apa kau sudah tidur??"

"Ah.. Iya, aku tertidur. Ada apa??", tanyanya yang masih memainkan rambutku

"Ani.. Kau tidak membaca pesanku eoh??"

"Ada apa?? Baterai ku ponsel ku habis.. Aku lupa untuk mengecas nya"

"Ada yang ingin kukatakan padamu"

Setelah mendengar itu, dia langsung membenarkan posisi duduknya.

"Apa itu??", tanyanya antusias

"Semalam sepulang dari taman, eomma ternyata akan pergi ke rusia untuk membantu appa.. Tapi eomma sangat terkejut ketika dia tau bahwa semalam aku menemuimu. Eomma juga ada bilang padaku sesuatu"

Aku bercerita ini padanya.

"Terus?? Apa yang dikatakan eomma mu??", tanya dia lagi

"Eomma bilang 'sadarlah venus-ah, dia tidak ada dan dia tidak nyata juga'.", lanjutku

"Aneh kan jeon?? Aku kaget dengar perkataan eomma semalam. T-tadinya aku berpikir itu kau, karena setelah aku menceritakannya semalam, eomma langsung berkata seperti itu padaku. Tapi eomma salah. Aku tau eomma salah. Buktinya sekarang aku berada didepanmu. Aku juga bisa melihatmu", kata ku membara

Jeon mendengar semua itu. Aku dikejutkan dengan jeon yang tibatiba tertunduk dan menangis.

"Yaa!! Jeon-ah!! Ada apa??? Kenapa kau menangis???"

Sumpah. Baru kali ini aku melihat jeon-ku menangis dengan isakan yang cukup kuat. Ada apa dengannya??

"Jeon-ah.. Bicaralah.. Apa ada kata-kata yang menyinggung mu?? Maafkan aku.. Maaf"

Melihat jeon-ku menangis. Aku juga jadi ingin menangis.

"Mianhe venus-ah.. Hiks.. Mianhe.."

Dia berulang-ulang kali mengatakan permintaan maaf padaku. Untuk apa kata maaf itu. Dia tidak ada salah apapun. Sumpah.

"Apa yang kau katakan?? Kenapa kau meminta maaf?? Kau tidak salah apa-apa.."

Aku semakin khawatir dengannya yang tak kunjung diam dari tangisannya. Aku menjulurkan kedua tanganku dan ku ambil tubuhnya. Ku peluk dia.

"Jangan mengatakan kata-kata maaf lagi. Kau sudah terlalu banyak mengatakannya. Berhentilah menangis, atau kau akan ku jitak"

Ya. Dia berhenti. Mungkin karena memang karena perkataan 'akau akan menjitaknya'(?). Ntahlah.

Aku mengangkat kepalanya. Muka kelinci nya yang ceria itu kali ini hilang. Benar-benar hilang. Ada kesedihan disana. Matanya yang indah juga jadi memerah. Dia menatapku. Dan sebaliknya. Aku masih memegang kedua pipinya.

"Hey.. Berhentilah menangis. Kau jelek jika menangis.."

Kata ku sambil menggesek-gesekan kedua hidung kami. Dia tertawa. Senyuman itu pun kembali sempurna terbentuk disana.

Aku melihatnya kembali. Memang, dia tak menangis. Tapi tetap ada saja air mata yang keluar di mata indah nya itu.

Kesal karena air itu terus keluar dari matanya. Aku menjitaknya.

"Aiish.. Venus-ah, itu sakit sekali"

Katanya dan menatap ke arahku. Aku masih memgang kedua pipi tembem nya ini.

"Makanya air di matamu itu suruh diam saja. Jangan keluar keluar.."

Aku tertawa kecil. Dia pun juga ikut tertawa denganku. Aku mencium nya sekilas. Dan langsung menyatukan kening kami.

DIMENSION || COMPLETE📍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang