Langkahnya semakin menjauh meninggalkan ruang kepala sekolah, pun semakin dekat ke ruang kelasnya. Saat ini dirinya berada di gedung B. Hanya perlu melewati kamar mandi pria, juga berbelok ke kanan setelahnya, dirinya telah sampai di gedung C, dan melewati beberapa ruang, barulah dirinya sampai di kelas barunya. Oh, astaga... dirinya ingin cepat sampai, karena demi Tuhan berjalan dari gedung ke gedung itu melelahkan, asal kalian tahu!
"Mmpphh!! A-akhh!!"
Oh, sialan. Hantu macam apa yang berbuat mesum di sekolah?!
Tubuhnya menegang—antara takut dan "hal" lainnya. Dengan patah-patah, kepalanya memutar ke kiri, di mana letak toilet berada. Langkah ragu ia berikan—antara ingin memeriksa atau abaikan saja.
"Mmpphh, Ma-shhh!"
Oke, Renjun rasa hantunya itu semakin menggila, membuatnya meremang. Suara-suara aneh itu pun membuatnya semakin penasaran, namun takut juga.
Brak!!
Oh, tidak! Hantu itu mulai melakukan tindakan kekerasan! Renjun membelalakkan matanya, lantas dengan tergesa menuju kamar mandi untuk melihat hantu yang—
"Shh.. I love you.."
"Love you to—mphh!!"
—Mark dan Haechan?!
🔸🔸🔸
Kaki itu terus melangkah—menjauh dari toilet menyeramkan—karena, hell! Baru kali ini Renjun melihat hantu tengah bercumbu, juga jangan lupakan kedua hantu itu telah menyerupai sahabat-sahabatnya. Astaga... hal konyol macam apa itu?! Renjun tidak habis pikir!
Dan kurasa, yang tidak habis dipikir itu mengenai pemikiran sempit Renjun mengenai hantu. Hantu yang menyerupai manusia memang ada, namun apakah semudah itu dia dapat percaya kedua sosok di kamar mandi? Tidak bisakah dia berpikir bahwasanya kedua orang itu ialah sahabatnya sendiri?!
Tidak, tidak. Sebenarnya Renjun tak sebodoh itu dan tak selugu itu. Renjun tahu, bahkan sangat. Tidak ada hantu, yang ada hanya dua sahabatnya yang telah lama tak berjumpa dengannya.
Setelah melihat itu, pikirannya kosong, bahkan kakinya bergemetar. Seumur-umur, dirinya hanya pernah menyaksikan adegan cumbuan panas dalam film—dan asal kalian tahu, matanya saja merem-melek melihatnya, dan sekarang apa? Dia baru saja melihatnya di depan matanya langsung dengan objek kedua sahabat yang dirinya rindukan?!
Astaga... tolong selamatkan mata polos Renjun!
"Kuharap tadi hanya salah lihat." Yeah, biarkan pemikiran positif itu melayang bebas.
11-3
Papan nama kelas sudah berada di depannya, maka dengan seluruh keberanian yang ia miliki, kepalanya menengadah—berupaya sebisa mungkin kembali menjadi Renjun kala di Cina karena, demi Tuhan, Renjun yang introvert ini sangat takut bertemu orang baru!!
"Ya, masuk." Sesaat setelah dirinya mengetuk pintu, suara wanita mengalun indah yang Renjun yakini merupakan gurunya. Dengan langkah ragu, Renjun memasuki ruang kelas. Suasana ricuh menjadi hening saat kelas kedatangan seseorang. Renjun menelan susah payah salivanya.
"Ah, kau anak baru itu? Perkenalkan dirimu." Renjun melirik name tag gurunya, Byun Irene. Oke, Renjun akan mengingatnya.
Menghembuskan napas, lantas memasang wajah seangkuh yang ia punya. Kepalanya mendongak karena, sebelumnya ia tundukkan. "Namaku Huang Renjun, mohon bantuannya." Bantuan apaan! Bahkan Renjun tak berharap sedikit pun!
"Baik, Renjun. Kau bisa duduk di tempat yang kosong." Oke, Renjun lelah terus diperhatikan, maka dari itu dia mengangguk singkat secepatnya.
Matanya merotasi—mencari di mana letak kursi kosong untuknya duduk. Di mulai dari depan hingga bagian belakang dekat jendela—"Jaemin?!"
🔸🔸🔸
"Aku rasa, seseorang melihat kita tadi, Hyung."
"Biarkan saja. Lagi pula, tidak ada yang tidak tahu tentang hubungan kita, 'kan? Untuk apa diurusi, Chan-ah?"
"Kau benar!"
Kedua pemuda itu bersama-sama keluar toilet setelah selesai dengan adegan sedikit panas—bercumbunya. Bahkan dengan repot pun Haechan membantu Mark merapihkan rambutnya yang berantakan—tentu ulah pemuda berkulit tan itu, yang dengan barbarnya meremas surai sekelam arang.
"Kembalilah ke kelas. Bel istirahat berbunyi, istirahatlah bersama Jeno dan Jaemin. Hyung ada urusan dengan salah satu guru." Haechan mengangguk. Senyumnya mengembang kala Mark mengusak surainya gemas. Kecupan perpisahan mampir di pipi gembilnya.
"Okay!"
🔸🔸🔸
"Bo-boleh aku duduk—"
"Ya, silahkan."
"Makasih."
Oh, Dewa Neptunus... Renjun yang angkuh telah jatuh ke dalam sumur yang dalam, hingga nampaklah Renjun sih bocah idiot yang dapat seenaknya pemuda pemilik senyum selebar sungai Amazon memotong pembicaraannya dengan wajah super datar yang baru pertama kali Renjun lihat!!
Astaga... astaga... Jantung Renjun berdegub dua kali cepat saat mendudukkan bokongnya di kursi tepat samping sahabat yang sangat ia rindukan. "Gegeeeee, seriusan, Renjun ingin menangis!!"
Bukan apa-apa dia ingin menangis, hanya saja sebab Jaemin yang sepertinya tidak mempedulikannya barang sedikit pun, membuat hatinya bagaikan kaca yang pecah berkeping-keping. Renjun acap kali melirik Jaemin, namun agaknya lelaki itu tidak mengetahui—ATAU LEBIH PARAHNYA dia tidak mau peduli dengan atensi Renjun di sampingnya.
Oh, sialan... apakah pilihan pindah sekolah—bahkan tempat tinggal—merupakan jalan yang baik untuknya?
—To Be Continued
Ouu—geezzzz! Hanya sekedar nulis mph aja asdfghjkl 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
ₐₙₜₐᵣₐ ☑️
RandomRenjun yang merasa dirinya hanyalah seorang penghalang antara hubungan "khusus" sahabat-sahabatnya, kini memutuskan untuk menjauh. Mencoba merelakan walau nyatanya sangat menyakitkan. 16 April sampai 15 Mei 2020 ©Njunieyoo