|18| Apalagi Ini?!

4.8K 636 99
                                    

Pertemuan dua hari yang lalu sungguh canggung. Keduanya—Renjun dan Lucas—berkenalan kembali, seolah tidak pernah terlibat dalam sebuah situasi yang terus berulang. Saat Haechan mengenalkan Lucas kepada Renjun dan saat lelaki tinggi itu mengulurkan tangan dengan ragu, Renjun menatap gugup. Sudah lama keduanya tidak berjumpa atau sekedar berkomunikasi, dan kali ini pertemuan keduanya tidak dapat diduga sekali oleh Renjun.


Lucas yang memang umurnya lebih tua dari Renjun setahun, saat pindah ke sekolah langsung loncat kelas. Lagipula lelaki itu pintar, maka tidak akan sia-sia pihak sekolah mempercepat pelajaran untuk Lucas. Dan suatu fakta lainnya lagi, Lucas satu sekolah dengan mereka—Renjun dan kawan-kawannya.

Renjun tidak mengerti. Dia harus senang atau kecewa. Lalu harus bersikap apa dia dengan Lucas nanti? Dan lagi, keempat sahabatnya—juga dua kawan barunya; Jisung dan Chenle—tidak mengetahui hubungan Renjun dan Lucas. Keduanya tampak bagus dalam bermain peran; seolah tidak saling mengenal.

Kepergian Lucas memang tidaklah lama. Hanya kisaran dua tahunan, tidak seperti dirinya yang meninggalkan sahabat-sahabatnya hingga bertahun-tahun lamanya. Meski begitu, ikatan keduanya bagaikan saudara kandung—selayaknya Renjun dengan Kun. Faktor lain mungkin karena satu kebangsaan.

Dan kali ini Renjun tengah berjalan seorang diri. Dia baru saja pergi ke toilet di saat jam pelajaran kelima tengah berlangsung. Sekolah tampak tenang, karena memang sedang melaksanakan kbm. Hanya suara samar dari murid di ruang ganti—biasanya digunakan untuk menganti pakaian atau mungkin mandi setelah melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler.

Lorong yang sepi membuat langkah kaki Renjun terdengar menggema. Cepat-cepat pemuda itu menuju kelas—melewati ruang ganti. Namun, tepat saat dirinya berada di depan ruang ganti, seseorang mencekal tangannya. Menarik masuk ke dalam ruang ganti yang ternyata tidak ada orang selain dirinya dan orang yang menariknya secara tiba-tiba itu.

Orang itu memeluk Renjun erat, tanpa ada niat membalikkan tubuh Renjun agar menghadap ke arahnya. "Junjun, aku rindu." Suara beratnya terdengar tepat di telinga kanan milik Renjun. Deru napas seseorang—yang bahkan (masih) Renjun hapal betul suara berat itu milik siapa, membuatnya meremang. Apalagi saat pelukan orang itu semakin erat, seakan tidak ingin berjauh-jauh darinya.

"Maaf.. Maafkan aku.."

Renjun menghela napas. Tangannya melepaskan kaitan tangan Lucas di perutnya. Berbalik, lalu menatap Lucas dengan raut wajah lelah. Namun bagaimana pun juga kelegaan tersirat di balik matanya. "Tidak. Aku.."

"Kalian sedang apa?"

Keduanya menoleh, lalu membulatkan mata saat melihat Mark berdiri di depan pintu ruang ganti. Lelaki itu membawa baju di pundak dan juga handuk kecil di kepalanya.

Renjun dan Lucas saling bertatapan. Mencoba berbicara melalui mata untuk memberikan alasan yang tepat kepada Mark. Apalagi saat Mark semakin melangkah maju, jantung keduanya semakin berdebar tidak karuan.

Mark merangkul Renjun, "kau.. bukankah tidak sedang olahraga, Injun-ah?" Mark bertanya sembari menatap wajah Renjun yang hanya berjarak sejengkal—yang membuat jantung Renjun berdetak lebih tak karuan.

"A-ah.. itu, tadi Renjun memberikan handukku. I-iya.. handukku terjatuh saat kusampirkan di bahu!" Lucas berujar cepat sebelum Mark semakin berpikiran macam-macam.

Melihat Lucas memberikan gesture untuk hendak menyetujui ucapannya, Renjun dengan gugup mengiyakan. Senyum kikuk terpampang di wajahnya. "A-ah.. i-iya.. itu tadi, iya. Kulihat seseorang tidak sengaja menjatuhkan handuknya, lalu kuikuti sampai sini dan.. dan ternyata itu Lucas. Haha," demi Tuhan Renjun tidak pandai berbohong. Untuk sekedar mengucapkan itu saja keringat dingin keluar di pelipisnya.

Mark tersenyum, "ah, seperti itu. Baiklah! Jja, kembali ke kelas, nanti kau dicari oleh gurumu." Mark mengusak gemas surai Renjun, lalu melepaskan rangkulannya.

"O-ou? Hehe, y-ya, sudah.. aku duluan, Mark Hyung, Lucas."

🔻➖🤔

"Kau tidak berkumpul dengan temanmu yang itu?"

Renjun menoleh, mendapatkan lirikan mata Baejin yang tertuju pada Jaemin. Pemuda itu—Jaemin—menatap Renjun di bangkunya. Menunggu Renjun untuk pergi ke kantin bersama dengannya—seperti biasa.

"Kau ikut, ya?"

Baejin mengeryit. Dia sudah sejak lama tidak beristirahat di kantin dengan alasan selalu membawa bekal. Dan sebab Renjun tidak melihat pemuda itu membawa kotak makan merahnya, Renjun pun spontan bertanya—juga salah satu alasan lainnya, setidaknya jika Lucas benar-benar beristirahat bersama, mungkin saja kehadiran Baejin akan sedikit membantunya. Membantu menghilangkan lingkup atmosfer yang terasa aneh, sebab bagaimana pun sahabat-sahabatnya yang lain ataupun Chenle dan Jisung sekalipun tidak dapat membuatnya demikian. Jika kalian lupa, dua hari yang lalu mereka makan bersama.

"Uhm, maksudku.. kau tidak membawa bekalmu itu, 'kan? Mari ikut saja. Akan aku kenalkan kau dengan teman-temanku sekalian. Tidak ada penolakan!" Renjun berbicara cepat saat Baejin berniat memotong ucapannya. Tanpa persetujuan lainnya pun dia menarik lengan Baejin untuk mengikutinya.

"Kurasa kau tidak perlu berkenalan dengannya, Na." Renjun berujar cepat saat Jaemin seolah menatapnya minta penjelasan, karena sebelumnya Renjun tidak pernah membawa turut serta teman sebangkunya itu. "Dan kurasa, keikutsertaan Baejin bukanlah hal yang perlu dijelaskan. Dia temanku, dan seharusnya kalian mengetahui itu."

Ketiganya berjalan beriringan menuju kantin yang ternyata sudah ditunggu pula oleh yang lainnya—dan tebakan Renjun benar. Lucas turut serta di meja yang sama dengan sahabat-sahabatnya. "Baejin, perkenalkan mereka teman-teman—"

"Luke?!"

Renjun menoleh cepat saat Baejin berjalan cepat ke arah Lucas. Lelaki tinggi yang dipanggil 'luke' bangkit dengan cepat saat menemukan teman kamar (apartemen) sebelahnya. Semua memperhatikan, termasuk Renjun yang hanya dapat terdiam di tempat saat Baejin dengan mimik gembiranya menatap Lucas berbinar, begitupun sebaliknya.

Luke itu merupakan seseorang yang kerap kali Baejin ceritakan kepada Renjun. Dan Luke yang selama ini ternyata sahabat Renjun yang lainnya, yang pergi dari dirinya saat di Cina dulu. Dan Luke itu pula merupakan seseorang yang Renjun tahu benar, bahwasanya teman sebangkunya—Baejin—menyukai lelaki bertubuh kelewat tinggi. Dan fakta kesekian membuat Renjun tak dapat lagi berkata banyak. Semua di luar praduganya, dan itu membuat kepalanya pening menerimanya.

—To Be Continued—

Wkwk. Ada yang mikir demikian gak?
Di part sebelumnya samar-samar sudah aku kodekan padahal—tentang teman sebelah kamar apartemen Baejin yang kelakuannya absurd 🤭

ₐₙₜₐᵣₐ ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang