|15| Spekulasi Berubah Menjadi Kenyataan

4.9K 663 61
                                    

Kukira ini sudah kupublish_T
Ternyata belum:(

➖🔻🙄

Acara kumpul-kumpul dibatalkan sepihak oleh teman Haechan, yang mana membuat semua tampak merengut kecewa. Mereka sudah sangat mendambakannya, namun mau bagaimana lagi, orang yang menjadi tujuan utama acara kumpul itu berhalangan hadir dikarena suatu urusan yang mendesak. Sangat-sangat mendesak sampai membuat Haechan ingin memukul kepala orang itu menggunakan sendok, tepat di kening.

Tidak terasa, sudah sekitar sebulan lebih tiga hari Renjun menetap di Korea. Yang semula berjalan hambar, kini penuh rasa. Banyaknya orang yang menyayanginya membuat hari-hari Renjun seakan berwarna. Kedekatannya dengan keempat sahabatnya yang lain pun tak dapat dipungkiri semakin dekat saja, namun ada satu yang membuatnya menahan sesak di dada.

Awal-awal masuk sekolah Renjun sempat mendengar rumor tentang sahabat-sahabatnya yang memiliki hubungan khusus, namun lambat laun rumor tak berdasae itu diketahui kebenarannya, bahwasanya tidak ada hubungan semacam itu di antara mereka—Mark, Haechan dan Jeno, Jaemin. Mereka memang dekat, namun hanya sebatas sahabat—dan lebih cenderung seperti saudara.

Renjun dapat memahami itu. Lagipula mereka berempat pun memperlakukan Renjun dengan sama. Jadi, jika iya mereka memiliki hubungan, apakah Renjun termasuk untuk keempatnya?

Tidak. Itu sangat tidak mungkin, dan Renjun tidak dapat membayangkan seberapa banyak lagi orang yang akan membencinya.

Spekulasi awal tentang rumor percintaan keempat lelaki tampan itu lambat laun sirna. Namun agaknya, spekulasi tersebut mulai tumbuh di diri Renjun saat melihat kedekatan mereka. Renjun tahu sejak awal mereka memang dekat, namun rasanya agak berbeda. Seperti kala itu, dia yang hendak pergi ke perpustakaan bersama Mark, tiba-tiba saja lelaki itu membatalkannya. Mengatakan bahwa dia melupakan janjinya dengan Haechan—yang lebuh dulu ia buat. Renjun yang memang pada dasarnya orangnya tidak enakan, pada akhirnya menganggukkan kepala, membiarkan Mark menuju rumah Haechan dan meninggalkan dirinya di depan halte. Hujan memang sudah mulai reda, namun dinginnya udara membuat Renjun seakan membeku. Dan benar saja, keesokan harinya dia demam. Saat di sekolah Renjun harus masuk ruang uks karena pening di kepala tidak dapat dia tahan.

Lagi, spekulasi terhadap yang lainnya muncul. Mark yang meninggalkannya sendirian di halte, di saat hujan mulai reda dengan udara dingin, berbeda dengan Jaemin. Saat di mana dia istirahat di uks, Jaemin menjenguknya. Memberikan wejangan-wejangan yang membuat pemuda itu tampak menggemaskan. Hati Renjun berdegub kencang saat Jaemin menyempatkan diri menyium kening Renjun sebelum akhirnya kembali ke kelas. Renjun senang, bahkan warna merah menjalar di seluruh wajahnya—terlampau tersipu dengan perlakuan manis Jaemin , namun seakan meminum kopi, kenyataan pahit menghampiri. Saat di mana Jeno jatuh sakit hingga dirawat di rumah sakit, Renjun yang memang telah berada di kamar inap pemuda Lee memperhatikan setiap gerakan Na Jaemin yang baru datang, dengan sekotak penuh buah-buahan yang dia bawa. Jaemin menghampiri Jeno tanpa menatapnya. Renjun, sih, tidak masalah, pemikiran positif berseliweran, menganggap Jaemin hanya tidak melihatnya yang tengah duduk di sofa. Namun hal lain yang membuat hatinya terasa sakit ialah saat Jaemin memeluk erat Jeno, lalu bibir tipis lelaki mendarat di bibir tipis milik Jeno. Hanya kecupan, tidak lebih, namun sangat membekas (sakitnya) di hati Renjun.

Seakan spekulasi tak mendasarnya kian berubah menjadi suatu fakta, lagi-lagi Renjun harus menelan pahitnya ampas kopi. Setelah dirawat di uks, Renjun tidak diperbolehkan Kun untuk masuk ke sekolah pada keesokan harinya, pun keempat sahabatnya yang diam-diam bersekongkol dengannya. Renjun seharian hanya diperbolehkan di rumah saja, tanpa melakukan apapun. Bahkan untuk sekedar keluar kamar saja Kun tidak mengizinkan, dengan dalih ada dirinya yang akan membantu jika Renjun membutuhkan sesuatu, juga tidak boleh terlalu lelah, karena memang Renjun jarang sekali sakit,  maka dari itu Kun cukuo khawatir saat Renjun jatuh sakit—karena terakhir kali dia ingat, saat Renjun duduk di bangku dua sekolah menengah pertama, Renjun harus dirawat di rumah sakit karena tifus. Dan Kun tidak ingin itu terjadi lagi terkadap adiknya. Selang beberapa hari, Haechan datang ke kediamannya. Memutuskan untuk menginap semalam dan dengan senang hati Renjun sanggupi. Mereka menghabiskan waktu satu hari penuh hanya berdua. Tidur berdua, makan berdua, hingga menikmati semilir angin malam di balkon kamar Renjun dengan Haechan memetik sebuah gitar sebagai alunan musiknya, ditemani bintang-bintang yang terang-benderang. Sangat romantis, namun sayang hanya dapat dia nikmati sekali. Keesokkannya, Haechan berseru kepada Mark untuk menginap di rumah pemuda itu, dan kebetulan Renjun tengah berbincang dengan Mark di tribun penonton. Mark baru saja selesai latihan basket. Melihat seberapa antusias Haechan untuk menginap di rumah Mark selama seminggu—ya, seminggu. Itu tidak salah. Haechan yang mengatakan. Katanya, berhubung kedua orang tuanya akan pergi keluar kota, juga orang tua Mark yang memang tidak tinggal serumah—Renjun hanya dapat tersenyum miris. Haechan ketika dengannya, sangat berbanding terbalik dengan Haechan yang tengah bersama dengan Mark.

Kenyataan pahit lainnya, agaknya juga diperkuat dari Jeno. Malam di mana ada sebuah festival, Jeno mengajaknya pergi ke sana. Berhubung hari libur, katanya. Renjun kira, itu hanya akan ada mereka berdua, namun nyatanya Jaemin turut memeriahkan jalan mereka. Renjun bukannya tak senang, hanya saja—Renjun cukup hafal sikap Jaemin yang sama dengan Haechan yang akan jauh berbeda saat dengan Jeno (Haechan dengan Mark)—dan benar saja. Entah ini hanyalah perasaan berburuk sangkanya saja atau bagaimana, nyatanya Jeno lebih banyak tersenyum bersama Jaemin. Mereka bahkan saling berbagi permen kapas. Renjun yang suka manis dipesankan permen kapas untuknya seorang, berbentuk Minnie Mouse, sedang Jaemin yang memang kurang suka manis, namun ingin sekali makan permen kapas, pada akhirnya dipesankan oleh Jeno yang berbentuk beruang. Renjun tidak iri, justru dia senang memiliki permen kapasnya seorang diri, namun kembali lagi pada kenyataan pahit yang sekonyong-konyong hinggap, hati Renjun rasanya perih bagaikan teriris pisau saat melihat Jaemin menyuapkan Jeno permen kapas miliknya, dan berakhir Jeno yang mengusak gemas surai pemuda Na. Sedang Renjun seakan hanyalah seorang tak dikenal, yang diabakan keduanya di dalam dunia mereka. Renjun tampak seperti orang ketiga di antara mereka, membuatnya sakit hati membayangkan.

Rupanya, tak hanya perihal permen kapas, namun nyatanya pada perihal lain pun banyak Renjun jumpai kejanggalan. Jeno lebih banyak tersenyum dengan Jaemin seakan hari itu adalah hari kencan mereka. Renjun senang saat keduanya tampak bahagia, namun dia juga sedih saat dirinya hanya sesekali diperhatikan. Jika Jeno mengajaknya dan berakhir hanya mengabaikannya, lalu mengapa pemuda itu memutuskan untuk membawa serta dirinya?

Oh, atau mungkin perjanjian awal hanya ada mereka berdua, namun entah apa yang merasuki Jeno hingga dia memutuskan mengajak Renjun turut serta. Renjun benar-benar tidak habis pikir dengan mereka.

"Njun," Jeno menoleh, mendapati Renjun yang menatap lurus jalanan yang sedang mereka pinjaki. Jeno tersenyum, lalu melepas rangkulannya dengan Jaemin, yang memang sejak awal keduanya jalan lebih cepat dibandingkan dengan Renjun. "Makasih, ya. Gomawoyo, saranghae!" Jeno mengusak surai Renjun dengan gemas. Senyum bulan sabit terpampang di wajahnya.

"Lalu denganku?" Jaemin yang sedari tadi memperhatikan kedua orang di belakangnya bersedekap dada. Pura-pura merajuk kepada Jeno dengan suara yabg dibuat-buat saat bertanya. "Kau tidak berniat mengucapkan itu juga terhadapku, Lee?" Jaemin berujar sedih. Ekspresi kecewa dia buat-buat, membuat Jeno terkikik, lantas memeluk Jaemin erat. Tertawa, dengan tangan mengusak surai hitam Jaemin dengan gemas. "I love you so muchhhhh, Nana!" keduanya terkekeh, meninggalkan Renjun yang hanya dapat menyaksikan drama yang bagaikan sepasang kekasih yang tengah mengucapkan cintanya untuk satu sama lain.

Baiklah, Renjun kini paham bahwasanya cinta Jeno terhadapnya, tidaklah sebesar cinta pemuda itu untuk Jaemin.

—To Be Continued—

Merinding gitu, ya, membuat adegan nomin 😊👌

ₐₙₜₐᵣₐ ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang